NovelToon NovelToon
From Hell To Absolute

From Hell To Absolute

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:946
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ia dulu adalah Hunter Rank-S terkuat Korea, pemimpin guild legendaris yang menaklukkan raid paling berbahaya, Ter Chaos. Mereka berhasil membantai seluruh Demon Lord, tapi gate keluar tak pernah muncul—ditutup oleh pengkhianatan dari luar.

Terkurung di neraka asing ribuan tahun, satu per satu rekannya gugur. Kini, hanya dia yang kembali… membawa kekuatan yang lahir dari kegelapan dan cahaya.

Dunia mengira ia sudah mati. Namun kembalinya Sang Hunter hanya berarti satu hal: bangkitnya kekuatan absolut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Udara masih dipenuhi aroma darah dan debu yang menyengat. Reruntuhan rumah sakit berasap tipis, puing-puing berserakan, dan langit tampak muram seolah turut berduka atas tragedi yang baru saja terjadi. Di tengah kehancuran itu, samar-samar terdengar suara lirih seseorang yang mengerang kesakitan.

Mark perlahan membuka matanya. Pandangannya kabur, kepalanya berdenyut seperti dihantam palu berkali-kali. Dengan susah payah, ia mendorong tubuhnya untuk duduk, tangannya meraih kepalanya yang terasa berat.

“Ugh… di mana aku…?” gumamnya dengan suara serak.

Namun, begitu kesadarannya sedikit pulih, rasa panik langsung menyeruak dalam dirinya.

“Lily!” serunya, matanya membelalak. Ia menoleh ke segala arah, mencari sosok gadis kecil itu. Napasnya tersengal, tubuhnya yang penuh luka membuat setiap gerakan terasa menyiksa.

Kemudian, terdengar suara tawa kecil—bening, polos, dan penuh keceriaan.

“Hehehe…”

Mark mematung. Perlahan, ia menoleh ke arah suara itu, dan jantungnya seketika terasa lebih ringan. Lily duduk dengan manis di pangkuan seorang pria yang duduk tegap di tengah reruntuhan. Di tangannya, Lily memegang lolipop warna-warni, memakannya dengan lahap seperti anak kecil pada umumnya.

Namun bukan hanya itu yang membuat Mark terdiam.

Sosok yang menggendong Lily… Jinwoo.

Bukan Jinwoo yang lusuh dan berambut gondrong yang ia kenal sebelumnya. Sosok ini memancarkan wibawa yang sulit dijelaskan—rambut hitam pendeknya tampak rapi, matanya bersinar tajam namun hangat, dan aura yang mengelilinginya begitu kuat hingga udara di sekitarnya terasa lebih berat.

Mark tertegun, sementara matanya mengitari sekeliling. Dan yang ia lihat membuat napasnya tercekat.

Rumah sakit itu… sudah tidak ada.

Yang tersisa hanyalah puing-puing, tanah yang terbelah, dan bangunan di sekitar yang hancur berantakan. Seolah tempat itu baru saja diguncang gempa besar.

“Apa yang… sebenarnya terjadi di sini…?” bisik Mark tak percaya.

Di saat yang sama, Chris dan Daniel juga mulai sadar. Keduanya terbatuk keras, lalu mendongak. Mereka pun langsung terpaku pada pemandangan yang sama, wajah mereka memucat.

“Ap-apa ini… neraka?” Chris berbisik lirih.

“Tidak… ini jauh lebih buruk dari neraka,” jawab Daniel, suaranya bergetar.

Jinwoo menoleh perlahan, melihat mereka yang kini sadar.

“Apakah kalian sudah baikan?” tanyanya tenang, seakan kehancuran di sekitarnya tak berarti apa-apa.

Mark menelan ludah, lalu menjawab sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.

“Tidak… lebih buruk dari tadi.” Ia menghela napas, lalu menatap Jinwoo dari bawah ke atas, matanya penuh keraguan sekaligus kekaguman. “A-anda… tuan Jinwoo?”

Jinwoo mengangguk pelan. “Iya, ini aku.”

Chris yang masih setengah sadar langsung terperangah.

“Woah… aku tidak tahu Anda bisa berubah drastis seperti ini. Belum lama Anda itu seperti gelandangan, dan sekarang—”

Belum sempat ia melanjutkan, Daniel langsung menyikutnya keras.

“Chris! Jaga ucapanmu!” serunya marah.

Chris meringis, “Aduh! Sakit, tahu!”

Daniel lalu membungkuk sedikit ke arah Jinwoo. “Maafkan sikap blak-blakan teman kami, tuan Jinwoo. Tapi… terima kasih. Anda sudah menyelamatkan kami dua kali. Kami… benar-benar tidak tahu bagaimana harus membalasnya.”

Jinwoo hanya menggeleng pelan.

“Tidak perlu kalian pikirkan,” ucapnya lembut. Ia menatap Lily yang masih memakan lolipop dengan senyum polos. “Selama kalian hidup dengan baik, itu sudah cukup.”

Mark tiba-tiba tersadar, wajahnya penuh kecemasan.

“Tuan Jinwoo! Bagaimana dengan Ethan!? Apakah dia—”

“Tenang saja,” potong Jinwoo. “Dia sudah ditangani dengan baik di rumah sakit lain. Aku yakin dia akan baik-baik saja.”

Mendengar itu, Mark akhirnya bisa bernapas lega. Ia memegang dadanya yang berdebar, lalu tak sengaja menyentuh bahunya sendiri. Ia tertegun.

“Luka ini…” gumamnya. Tubuhnya yang sebelumnya penuh luka parah kini benar-benar pulih. Tidak ada rasa sakit sedikit pun.

Ia lalu menatap Jinwoo dengan kaget, terutama pada benda yang terikat di punggung pria itu—holy staff tua yang terlihat penuh bekas pertempuran.

“A-apa ini karena… Anda seorang healer?” Mark bertanya ragu.

Jinwoo menggeleng. “Tidak. Aku hanya memberikan setetes esensi jiwa untuk penyembuhan kalian.”

Mark tersenyum canggung, merasa pikirannya sudah ditebak mentah-mentah oleh Jinwoo.

Chris yang mendengar itu langsung menoleh dengan antusias.

“Esensi jiwa? Apa itu? Aku belum pernah dengar potion seperti itu!” serunya, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

Jinwoo menatapnya sekilas.

“Itu wajar. Karena yang bisa membuatnya hanya satu orang di dunia ini.”

Mata Chris semakin berbinar.

“Wah! Orang itu pasti sangat hebat! Hanya seorang healer tingkat tinggi yang bisa menciptakan potion healing sekuat ini! Kalau dijual… pasti cuan banyak!” katanya penuh semangat.

Bugh!

Daniel langsung menyikut Chris sekali lagi dengan keras.

“Bodoh! Tidak bisakah kau diam satu menit saja!?”

“Aduh! Sakit lagi!” Chris mengeluh sambil mengusap sisi tubuhnya yang memar.

Jinwoo hanya tersenyum tipis melihat interaksi mereka.

“Tidak masalah,” katanya datar.

Mark yang mulai tenang akhirnya memberanikan diri bertanya lagi.

“Tuan Jinwoo… apa yang terjadi dengan bawahan Kevin?”

Jinwoo diam sejenak, lalu menunjuk beberapa area di sekitar mereka. Di sana, terlihat serpihan tubuh yang tersebar tak berbentuk. Lengan, kaki, dan bagian tubuh lain bercampur dengan puing-puing, seolah seseorang membongkar boneka dan menjadikannya lego.

Mark, Chris, dan Daniel langsung membeku. Wajah mereka pucat pasi. Mereka tidak perlu penjelasan lebih lanjut—jawabannya sudah jelas.

“…”

Lalu suara riang Lily memecah ketegangan.

“Paman Jinwoo sangat hebat dan kuat! Bahkan tangannya bisa mengeluarkan cahaya yang keren!” serunya polos. “Saat Lily sudah besar dan sehat, Lily akan menjadi Hunter hebat seperti Paman Jinwoo!”

Namun tiba-tiba, Lily terbatuk keras.

Khak! Khak!

“Lily!” Mark dan yang lain langsung panik.

Jinwoo segera menenangkan gadis kecil itu. Ia menatapnya dengan lembut.

“Kalau begitu… jangan menyerah pada penyakitmu,” ucapnya pelan. “Kau harus bisa mengalahkan penyakitmu sebelum menjadi yang terkuat.”

Mata Lily yang berkaca-kaca perlahan bersinar, lalu ia tersenyum lebar.

“Iya, Paman!”

Chris yang melihat momen itu bergumam pelan, kebingungan.

“Kalau begitu, kenapa Tuan Jinwoo tidak memberikan esensi jiwa kepada Lily saja? Dengan itu, pasti dia otomatis sembuh…”

Jinwoo yang mendengar langsung menoleh sekilas.

“Penyakit Lily… unik. Tidak bisa sembarang disembuhkan,” jelasnya singkat.

Daniel langsung menatap Chris dengan marah, lalu memukuli kepalanya.

“Bisa diam, tidak!?”

“Aduh! Aku cuma tanya!” Chris meringis kesakitan.

Lily kemudian menatap sekeliling reruntuhan, matanya mulai berkaca-kaca.

“Sekarang rumah sakit yang merawat Lily sudah hancur… Lily tidak tahu harus ke mana…” suaranya gemetar. “Lily masih harus diobati… agar Kak Ethan tidak khawatir…”

Jinwoo berjongkok di hadapan gadis itu, lalu mengusap kepalanya dengan lembut.

“Kalau begitu, kita pergi saja ke rumah sakit kota,” ucapnya tenang.

Lily menggeleng pelan, air matanya jatuh satu per satu.

“Lily… tidak punya banyak uang… Rumah sakit kota pasti mahal. Lily terkadang berpikir… apakah orang miskin… tidak boleh berobat?”

Semua orang terdiam.

Pertanyaan sederhana itu terasa seperti palu yang menghantam dada mereka. Bahkan Daniel dan Chris yang biasanya banyak bicara hanya bisa terdiam seribu bahasa.

Jinwoo menutup mata sejenak, lalu berbicara dalam hati. Gadis ini masih kecil… tapi pikirannya sudah dewasa. Dunia ini memang tidak adil.

Ia lalu tersenyum hangat dan berkata,

“Dunia ini memang tidak adil, Lily. Tapi yang bisa kita lakukan adalah terus bergerak maju.”

Ia menatap mata Lily dalam-dalam.

“Jangan menyerah karena kau tidak bisa. Menyesal lah… hanya jika kau tidak pernah mulai mencoba.”

Lily terdiam, lalu mengangguk dengan mata berbinar.

“Sekarang ayo,” kata Jinwoo sambil berdiri. “Kita temui kakakmu yang sedang dirawat di rumah sakit lain. Dan setelah itu, kita akan memberimu beberapa pengobatan.”

“Tapi…” Lily hendak menolak.

“Tenang saja.” Jinwoo tersenyum dan menggendongnya ke pelukannya.

“Paman Jinwoo yang akan membayarnya.”

Wajah Lily langsung cerah.

“Benarkah!?”

“Tentu saja. Ayo, kita berangkat.”

Jinwoo menoleh pada Mark sebelum pergi.

“Karena kalian sudah pulih, coba hitung kerusakan di sini. Lalu cari pihak yang bisa membantu membangun rumah sakit baru di daerah ini.”

Mark terkejut. “Tapi… biayanya akan sangat besar—”

“Tidak usah ragu soal biaya,” potong Jinwoo tegas.

“Tidak ada yang terlalu mahal… untuk bantuan kemanusiaan bagi mereka yang layak.”

Mark menggenggam tinjunya erat, matanya berkaca-kaca.

“…Mengerti, Tuan Jinwoo!”

Jinwoo hanya mengangguk, lalu melesat pergi sambil membawa Lily. Bayangan mereka perlahan menghilang, meninggalkan harapan baru di tengah reruntuhan yang penuh tragedi.

1
Rudik Irawan
nanggung banget
RDXA: hehe/Blackmoon/
total 1 replies
Rudik Irawan
up terus Thor
Ilham bayu Saputr
mantap
Ilham bayu Saputr
crazy up thor
RDXA: insyaallah, terimakasih atas dukungannya 💪
total 1 replies
Rudik Irawan
sangat menarik
Rudik Irawan
lanjutan
mxxc
lanjut bg
Rudik Irawan
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!