NovelToon NovelToon
KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Musoka

Ketua OSIS yang baik hati, lemah lembut, anggun, dan selalu patuh dengan peraturan (X)
Ketua OSIS yang cantik, seksi, liar, gemar dugem, suka mabuk, hingga main cowok (✓)

Itulah Naresha Ardhani Renaya. Di balik reputasi baiknya sebagai seorang ketua OSIS, dirinya memiliki kehidupan yang sangat tidak biasa. Dunia malam, aroma alkohol, hingga genggaman serta pelukan para cowok menjadi kesenangan tersendiri bagi dirinya.

Akan tetapi, semuanya berubah seratus delapan puluh derajat saat dirinya harus dipaksa menikah dengan Kaizen Wiratma Atmaja—ketua geng motor dan juga musuh terbesarnya saat sedang berada di lingkungan sekolah.

Akankah pernikahan itu menjadi jalan kehancuran untuk keduanya ... Atau justru penyelamat bagi hidup Naresha yang sudah terlalu liar dan sangat sulit untuk dikendalikan? Dan juga, apakah keduanya akan bisa saling mencintai ke depannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gosip?

Happy reading guys :)

•••

Mobil sedan mewah berwarna hitam milik Kaizen secara perlahan-lahan berhenti tepat di depan warung Abah, membuat Naresha yang masih asyik mendengarkan musik melalui earphone seketika mengerutkan kening sempurna, lantas sesegera mungkin mengalihkan pandangan ke arah kanan—menatap sang suami yang saat ini tengah sibuk melepaskan seatbelt.

Naresha mematikan alunan musik yang masih terus berputar, melepaskan earphone dari kedua telinganya guna berkomunikasi dengan Kaizen. Ia memasukkan benda itu ke tempat semula, sebelum pada akhirnya berdeham pelan untuk membuka obrolan.

“Ngapain berhenti di tempat ini? Kita harusnya langsung masuk ke sekolah,” tanya Naresha dengan nada suara masih sangat ketus, tetapi diikuti oleh rasa penasaran cukup tinggi.

Kaizen mengalihkan pandangan ke arah Naresha, berkedip beberapa kali sebelum mengambil handphone dari belakang persneling dan memasukkan ke dalam saku celana. “Lu aja bawa ini mobil ke parkiran sekolah … Gue masih ada urusan di sini … lagian, Lu emang mau ada gosip tentang kita?”

Mendengar hal itu, Naresha hanya bisa berdecak pelan sambil memutar bola mata penuh rasa malas. Ia memperhatikan Kaizen yang mulai turun dari dalam mobil—meninggalkannya sendirian di sana.

Beberapa menit berlalu, Naresha menghela napas panjang, lantas melepaskan seatbelt yang sedang melindungi tubuhnya sebelum berpindah tempat duduk ke kursi kemudi.

“Awas aja kalau sampai bikin ulah yang ngerugiin kinerja anak-anak OSIS … aku pastiin dia nyesel seumur hidup,” gumam Naresha, melihat Kaizen sedang menyapa para anggota Valefor yang telah berada di area warung Abah, kemudian sesegera mungkin menjalankan kendaraan roda empat itu menuju gerbang sekolah.

•••

“Sumpah, aku masih ngerasain pusing … Padahal dulu nggak pernah kayak gini walaupun minum alkohol banyak … apa ini efek karena beberapa hari nggak minum, ya? Tapi, nggak mungkin … harusnya toleranku masih sangat tinggi walaupun beberapa hari aja nggak minum ….”

Naresha merintih pelan, memberikan pijatan pada kening kanan dan kirinya, sambil melangkahkan kaki menuju ruangan OSIS—guna mengistirahatkan tubuh hingga sedikit merasa lebih baik.

Sepanjang perjalanan, Naresha mengabaikan beberapa sapaan dari adik kelas, teman seangkatan, serta para senior yang sedang berpapasan dengan dirinya, karena fokusnya sekarang hanyalah satu, yaitu menghilangkan rasa pusing yang terus-menerus menyerangnya secara membabi-buta.

Beberapa menit berlalu, begitu tiba di dalam ruangan OSIS, Naresha tanpa aba-aba mendudukkan tubuh dan merebahkan kepala di atas meja pribadinya. Ia mulai menutup mata, berusaha masuk ke dalam alam mimpi untuk menghilangkan semua rasa pusing yang ada.

Akan tetapi, itu tidak berlangsung lama, lantaran Naresha spontan kembali membuka mata saat tiba-tiba saja mendengar suara seseorang sedang memanggil namanya dari arah pintu masuk ruangan OSIS.

Dengan begitu sangat malas, Naresha secara perlahan-lahan sedikit merubah posisi kepalanya, mengalihkan pandangan ke arah sumber suara—untuk melihat wajah orang yang telah mengganggu aktivitasnya—tanpa mengangkat kepala sedikit pun dari atas meja.

“Nayla,” gumam Naresha dengan sangat lemas, mengembuskan napas panjang saat melihat sang sahabat sedang melangkahkan kaki mendekat sambil mengukir senyuman tipis.

“Lemes banget, Sa … nggak kayak biasanya?” tanya Nayla, mendudukkan tubuh di sisi kanan Naresha sambil menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi indera penglihatannya.

Naresha mengangguk pelan, sebelum kembali menutup mata. “Gue ngantuk … jagain … gue mau tidur dulu sebentar.”

Nayla hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala pelan saat mendengar permintaan Naresha. Ia mengambil sebuah selimut yang selalu dirinya bawa di dalam tas, lantas menyelimuti tubuh sang sahabat agar bisa segera beristirahat dengan sangat nyaman dan aman.

Setelah memastikan seluruh tubuh Naresha tertutupi oleh selimut, Nayla memberikan tepukan lembut di lengan Naresha—seakan sedang menenangkan anak kecil yang sedang sangat rewel sebelum tidur.

“Tidur aja, gue jagain,” bisik Nayla, meskipun dirinya tahu Naresha tidak benar-benar mendengarkan karena mata sahabatnya itu telah terpejam dengan sangat rapat.

Sesekali, Nayla menundukkan kepala untuk memastikan bahwa sang sahabat telah masuk ke dalam alam mimpi, lantas kembali menegakkan tubuhnya dan mulai mengeluarkan laptop dari dalam tas—untuk melanjutkan beberapa pekerjaan yang belum sempat dirinya selesaikan.

Akan tetapi, sebelum larut di dalam pekerjaan, Nayla mengambil botol minum miliknya dari dalam tas, kemudian meletakkannya di dekat tangan kanan Naresha.

“Biar gampang kalau nanti dia bangun,” gumam Nayla, memberikan elusan lembut di puncak kepala Naresha, lantas mulai berkutat dengan tugas OSIS-nya.

•••

Suara dering handphone berbunyi terdengar, membuat Naresha yang masih terlelap di dalam alam mimpi spontan mengerang karena merasa begitu sangat tergantung. Ia secara perlahan-lahan mulai membuka mata dengan begitu sangat malas, lantas menggerakkan tangan kanan yang sedari tadi menopang kepalanya untuk mengambil handphone dari dalam saku seragam sekolah.

Naresha membuka handphone, sedikit mengerutkan kening saat pandanganya masihlah begitu sangat buram pada saat ini.

Decakan pelan terdengar keluar dari dalam bibir mungil milik Naresha, tetapi itu tidak berlangsung lama, karena dirinya mengembuskan napas panjang penuh rasa malas ketika pada akhirnya dapat melihat sosok orang yang telah mengganggu tidur cantiknya.

Tanpa mengatakan apa-apa, Naresha segera menolak panggilan telepon—saat melihat nama ‘New Baby’ di dalam layar handphone miliknya.

Setelah menolak panggilan telepon itu, Naresha mulai menegakkan badan sembari merentangkan seluruh bagian tubuhnya yang terasa begitu sangat kaku. Beberapa detik berlalu, ia mengalihkan pandangan ke arah kanan ketika mendengar suara Nayla sedang melontarkan sebuah pertanyaan kepada dirinya.

“Nyenyak tidurnya?” tanya Nayla, tanpa mengalihkan pandangan sedikit pun dari dalam laptop.

Naresha mengangguk pelan, mengukir senyuman tipis sambil kembali mengeratkan selimut yang masih menempel pada tubuhnya. “Iya. By the way, ini selimut dari lu, Nay?”

Nayla menghentikan aktivitasnya sejenak, menatap ke arah Naresha sambil menganggukkan kepala pelan. “Iya … siapa tadi yang nelpon? Kenapa nggak diangkat?”

Naresha diam sejenak, menyingkirkan serta menyelipkan beberapa helai rambut yang sedikit berantakan ke belakang telinga, sembari melihat ruangan OSIS yang sudah diisi oleh beberapa anggota. “Si Gavin … Gue udah bosen sama dia … Jadi, seperti biasa.”

Nayla hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala pelan saat mendengar jawaban yang telah diberikan oleh Naresha—sudah merasa tidak heran dengan kelakuan sang sahabat yang sangat gemar membuat para cowok mengalami depresi, sakit hati, serta susah untuk move on ketika ditinggalkan.

“Eh, Thalita ke mana? Kok, gue nggak lihat dia sama sekali,” tanya Naresha dengan suara serak khas orang baru bangun dari tempat tidur, ketika menyadari Thalita tidak berada di dalam ruangan OSIS.

“Dipanggil sama Bu Dina … Dia gantiin lu buat diskusi bareng beberapa guru di kantor,” jawab Nayla, sebelum kembali berfokus pada layar laptop.

Naresha spontan terkekeh pelan saat mendengar jawaban yang telah diberikan oleh Nayla—entah kenapa begitu bangga karena kedua sahabatnya itu begitu sangat care dengan dirinya—tetapi tidak berlangsung lama, karena kekehannya itu seketika terhenti saat melihat sebuah notifikasi pesan dari ‘Ayah Dari Anak-anakku’.

To be continued :)

1
Vlink Bataragunadi 👑
what the..., /Shame//Joyful//Joyful//Joyful/
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha puas bangett akuu/Joyful//Joyful//Joyful/
Musoka: waduh, puas kenapa tuh 🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha Reshaaaa jangan remehkan intuisi kami para orang tua yaaaaa/Chuckle//Chuckle/
Musoka: Orang tua selalu tahu segalanya, ya, kak 🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
ada ya yg ky gini/Facepalm/
Musoka: ada, dan itu Resha 🤭🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
gelooooo/Facepalm/
Musoka: gelo kenapa tuh kak 🤭🤭🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!