Mengisahkan tentang Alvero Bramasta CEO sombong yang dikutuk oleh Dewa Agung karena sikapnya yang arogan. Kutukannya itu menyebabkan kehidupannya yang normal seketika berubah drastis. Ia tiba-tiba memiliki kekuatan mata batin yang dapat melihat mahluk tak kasat mata.
Vero lalu di pertemukan dengan Kayla Angelica salah satu pegawai baru di perusahaannya yang juga memiliki kekuatan mata batin yang dapat membantunya mengatasi rasa takutnya.
Kebersamaan mereka pun akhirnya menumbuhkan cinta, namun perjalanan cinta mereka memiliki banyak rintangan dan mereka juga dihadapi oleh kehadiran roh jahat yang mengganggu ketentraman dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arie Cybermon Susy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Robby
"Benarkah orang ini diutus oleh Vero,,? tapi kalau memang benar kenapa dia mengutus pengacara lain bukannya pak Gunawan,,?" Robby memicingkan matanya penuh curiga.
"Baiklah kalau begitu aku akan memberikan kalian waktu untuk berdiskusi,, bila butuh sesuatu aku ada di ruangan sebelah,," ucap polisi tersebut lalu dibalas anggukan kepala oleh pengacara itu.
Setelah kepergian petugas polisi tadi barulah pengacara itu membuka siapa sebenarnya yang telah mengutusnya dan apa maksudnya hingga ia mau datang membantu Robby.
"Baiklah aku nggak mau berpura-pura lagi,, aku kesini atas perintah pak David,, beliau meminta ku untuk menjadi pengacara anda agar anda mau mengakui bahwa anda benar-benar telah melakukan tindak korupsi itu." tutur Rangga yang masih berdiri di hadapan Robby.
"Oh jadi David lah yang telah mengutus mu kesini,,? Pantas saja ada yang tak beres begitu kamu mengatakan bahwa putraku lah yang mengutus mu kesini sebab tak mungkin putraku akan mengutus pengacara lain selain pengacara keluarga kami." sahut Robby
"Atau jangan-jangan dia lah yang telah merencanakan penangkapan ku ini,,? Itu sebabnya dia langsung mengutus seorang pengacara padahal berita penangkapan ku saja belum tersebar keluar." tebak Robby.
"Aku tidak peduli dengan masalah itu yang jelas aku datang kesini diperintahkan untuk membuatmu mengakui atas tuduhan korupsi itu." jawabnya.
Mendengar perkataan Rangga tadi membuat lelaki paruh baya itu tersenyum sinis lalu memalingkan wajahnya.
"Hahaha dasar gila,, untuk apa juga aku mengakui perbuatan yang sama sekali tidak pernah aku lakukan,, kamu pikir aku tuh budaknya David yang mau begitu saja menuruti semua keinginannya,,?"
"Aku tahu kamu pasti tidak akan mau menuruti keinginan pak David tapi bagaimana jika perusahaan putramu yang jadi taruhannya,,?" tanya Rangga yang seketika membuat wajah Robby jadi terlihat lebih serius.
"Apa maksudmu dengan perusahaan putraku jadi taruhannya,,?"tanyanya balik.
"Asal kamu tahu perusahaan putramu sekarang tengah mengalami masalah,, proyek pembangunan hotel yang sekarang tengah berjalan harus dihentikan karena permasalahan hak milik tanah. Tanah tempat putramu membangun hotel ternyata adalah tanah milik pemerintah yang dipalsukan oleh pihak lain sebagai tanah hak milik pribadi. Pemerintah sekarang tengah melayangkan gugatan pada putramu dan minta agar pembangunan hotel tersebut dibatalkan." terang pengacara itu.
"Kamu pasti tahu berapa banyak uang yang telah dikeluarkan oleh perusahaan putramu untuk pembangunan hotel tersebut. Walaupun hotel itu belum sepenuhnya dibangun namun tetap saja dana yang telah keluar cukup besar dan dana itu pun akan mengendap disana. Dengan begitu perusahaan putramu akan mengalami pailit dan tak lama ia pun pasti akan bangkrut. Gimana? Kamu nggak mau kan kalau hal itu sampai terjadi pada putramu?" Imbuhnya bertanya.
Robby mengepalkan kedua tangannya mencoba menahan emosinya. Wajahnya memerah padam dengan tatapan mata yang tajam dan intens serta giginya yang menggertak.
Tak lama ia pun lalu memejamkan matanya sembari mengatur nafasnya dan berkata
"Aku nggak bisa jawab sekarang beri aku waktu untuk berpikir sampai besok,, karena ini adalah pilihan yang sulit bagiku,, bagaimanapun juga perusahaan putraku atau hidupku yang akan menjadi taruhannya jadi aku perlu waktu untuk mempertimbangkan nya dulu,," pinta Robby
"Baiklah akan aku berikan waktu hingga besok pagi,, tapi ingat walaupun nanti kamu lebih memilih untuk tidak mengakuinya tapi aku bisa memberikan beberapa bukti palsu yang akan membuatmu terbukti bersalah. Tak hanya itu selain perusahaan putramu yang hancur tapi istri serta putrimu juga akan merasakan akibatnya,, jadi pikir lah matang-matang dari sekarang" ancam pengacara itu yang lalu beranjak dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Flashback off
"Baiklah aku akan mengakui semua tuduhan itu, tapi dengan syarat kalian jangan pernah mengusik perusahaan putraku maupun mengusik keluargaku lagi,," ucap Robby yang akhirnya mau menerima tuduhan korupsi yang diberikan padanya.
"Kamu tenang saja aku pasti akan menepati janjiku,," jawabnya sembari membuat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk tanda silang yang ia sembunyikan dibelakang punggungnya.
Rangga pun lalu menyodorkan selembar kertas pada Robby "Baiklah kalau begitu sekarang kamu tanda tangani surat ini,,"
"Surat apa ini,?" tanya Robby yang lalu mengambil surat tersebut dan membacanya.
"Itu adalah surat yang menyatakan bahwa kamu telah mengakui semua tuduhan dan menerima hukuman serta menerima penyitaan aset."
Robby begitu terkejut begitu mendengar kata penyitaan aset yang keluar dari mulut pengacara itu, ia tak menyangka kalau semua aset yang dimilikinya akan disita.
"Tunggu dulu,, penyitaan aset,,? Apakah tidak cukup dengan aku dipenjara saja,,?" tanyanya yang tak terima aset miliknya disita.
"Tentu saja karena itu adalah konsekuensi dari tindakan korupsi yang kamu lakukan,, kamu telah mengambil uang negara jadi semua aset milikmu akan dilelang untuk menggantikan uang negara yang telah kamu korupsi itu." balas Rangga menerangkan.
"Iya aku tahu itu adalah konsekuensi nya,, tapi aku kan tidak pernah melakukan korupsi,,? Aku kan mengakuinya karena ancamanmu,,?" tutur Robby yang kekeuh menolak tidak ingin aset miliknya disita.
"Kamu tidak boleh menolaknya atau perjanjian kita tadi batal,," ancam Rangga kembali.
Robby menundukkan kepalanya dengan kedua tangannya ia satukan lalu ia letakkan di atas ubun-ubun kepalanya. Tak lama ia pun lalu mengacak-acak rambutnya seperti orang gila. Lalu diambilnya kertas serta pena di atas meja dan ia pun lalu menandatangani surat pernyataan tersebut.
Rangga pun mengambil surat pernyataan tadi dan pena dari atas meja setelah Robby menandatanganinya kemudian memasukkannya kedalam tas jinjing nya.
"Bagus pilihan yang tepat,, kalau begitu aku pamit dulu dan sampai jumpa lagi di pengadilan,," Rangga lalu melangkah ke arah pintu. Namun saat hendak memegang handle pintu ia seketika menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya menatap Robby.
"Ingat di pengadilan nanti kamu nggak boleh merubah pernyataanmu kalau kamu tidak mau nasib buruk menimpa keluargamu,," ancamnya lagi lalu membuka handle pintu dan keluar dari ruangan tersebut.
...****************...
Di tempat lain Vero dan Kayla kini telah tiba di kediaman keluarga Bramasta. Begitu mendengar suara mobil kakaknya Vallen pun langsung menemui kakaknya itu ke luar.
"Kakak,, syukurlah kak Vero datang tadi aku dapat telpon kalau besok kami harus segera meninggalkan rumah ini karena rumah ini beserta isinya akan disita oleh pemerintah. Memang benar ya kak rumah ini akan disita,,? Lalu bagaimana dengan nasib aku dan mommy kak,, lantas kita akan tinggal dimana kalau rumah ini disita,,?" ucapnya dan mulai menangis.
"Kamu tenang saja,, kakak datang kesini untuk menjemputmu dan mommy,, kalian bisa tinggal di apartemen kakak. Sebaiknya sekarang kamu kemasi barang-barang mu yang penting dan barang-barang mommy biar kakak yang mengemasi nya,," jawab Vero lalu diiyakan oleh adiknya itu.
Sesampainya di kamar mommy nya, Vero pun lalu menghampiri Ranti yang kini tengah terkulai lemas di atas kasur.
"Kay, tolong kamu bantu aku mengemasi pakaian mommy ku,, kopernya ada di atas lemari kamu pilihkan saja kira-kira pakaian apa saja yang diperlukan oleh mommy ku nanti dan kemasi juga beberapa barang yang menurutmu penting untuk dibawa,," titah Vero lalu diiyakan oleh asisten pribadinya itu.