Ratu Ani Saraswani yang dihidupkan kembali dari kematian telah menjadi "manusia abadi" dan dianugerahi gelar Ratu Sejagad Bintang oleh guru ayahnya.
Aninda Serunai, mantan Ratu Kerajaan Siluman yang dilenyapkan kesaktiannya oleh Prabu Dira yang merupakan kakaknya sendiri, kini menyandang gelar Ratu Abadi setelah Pendekar Tanpa Nyawa mengangkatnya menjadi murid.
Baik Ratu Sejagad Bintang dan Ratu Abadi memendam dendam kesumat terhadap Prabu Dira. Namun, sasaran pertama dari dendam mereka adalah Ratu Yuo Kai yang menguasai tahta Kerajaan Pasir Langit. Ratu Yuo Kai adalah istri pertama Prabu Dira.
Apa yang akan terjadi jika ketiga ratu sakti itu bertemu? Jawabannya hanya ada di novel Sanggana ke-9 ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudi Hendrik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Kesaktian Mahasakti
“Akkr!” jerit Kentang Kebo sembari menahan setruman sepuluh tali sinar merah yang terus menyakiti kepalanya dan menyegel kekuatan Sabda Batin Dewanya.
Melihat kondisi musuh sedang terkena jeratan ilmu Sepuluh Kepeng Pengungci, Penyair Ngik Ngok dan Sari Sani segera mengabaikan luka dan sakitnya. Keduanya segera bangkit dan mengerahkan ajiannya masing-masing.
“Syair Urat Bumi!” teriak Penyair Ngik Ngok keras, seolah-olah dia berteriak kepada alam semesta.
Setelah berteriak seperti itu, Penyair Ngik Ngok yang berdiri dengan kuda-kuda nan kokoh, menempelkan kedua ujung telunjuknya di kedua pelipisnya. Tatapannya tajam kepada Kentang Kebo dan mulutnya bergerak cepat merapal mantera.
Zrezzz!
“Hekrr!”
Tiba-tiba dari dalam tanah yang dipijak oleh Kentang Kebo berkeluaran sinar kuning dalam wujud tali yang merupakan rangkaian aksara Jawa kuno.
Ilmu yang mirip dengan Rapalan Penghuni Kubur itu, memiliki fungsi dan daya serang yang jauh lebih keras.
Para tali sinar kuning itu bergerak cepat melilit kedua kaki Kentang Kebo dan merambat naik ke badan hingga ke tangan-tangan. Jika Rapalan Penghuni Kubur sebelumnya tidak memberi sakit, ilmu Syair Urat Bumi memberi sengatan listrik yang kuat, tidak jauh berbeda dengan ilmu Sepuluh Kepeng Pengunci milik Penjebak Kepeng.
Maka, wajarlah jika di dalam jeritannya Kentang Kebo menambah sedikit volumenya.
“Sari! Serang dengan Hujan Kebusukan!” teriak Penjebak Kepeng kepada Sari Sani.
Tanpa menyahut lagi, Sari Sani cepat menghentakkan kedua tangannya dengan kesepuluh jari mengepal kuat. Kedua tangan itu langsung memunculkan energi tenaga sakti berupa lapisan sinar hijau gelap yang bergerak bergelombang seperti rayapan ulat.
Sementara itu, Kentang Kebo terus berjuang melawan sengatan di kepala, kaki dan badannya. Ilmu Sepuluh Kepeng Pengunci mencegahnya menggunakan pikirannya dan ilmu Syair Urat Bumi mencegahnya untuk bergerak berpindah tempat.
Di saat dua lawannya sedang menjeratnya dan satu lainnya siap menyerang dengan ajian pamungkas, Kentang Kebo mencoba memunculkan satu kesaktiannya yang lain demi selamat.
“Kuat sekali orang ini,” desis Penjebak Kepeng yang bisa merasakan kekuatan Kentang Kebo dalam bertahan. Dia terus dalam posisi mengendalikan kesaktiannya dari jarak jauh.
Penyair Ngik Ngok kian mengerenyitkan wajah bulatnya. Dia merasakan muncul tenaga dalam yang tinggi pada lawan. Meski terpisah jarak, tetapi Penyair Ngik Ngok dapat merasakan.
Memang, meski kedua tangan Kentang Kebo dililit tali sinar kuning yang juga menyengat, kini pada kedua tangan itu muncul kilatan sinar ungu.
Sementara itu dari kejauhan, Perwiramadya Tanggal Muda dan Pasukan Buaya Samudera, Komandan Serut Perut dan Pasukan Kaki Gunung, serta Adipati Kubis Ganda dan pengawalnya, dilanda ketegangan melihat sengitnya pertarungan tingkat tinggi tersebut.
“Hiaaat!” pekik kencang Sari Sani dengan tubuh telah melambung tinggi ke udara. Sepasang tangannya telah diselimuti sinar hijau gelap yang cenderung hitam.
Susss!
Pada saat di udara itulah, Sari Sani menghentakkan kedua lengannya dengan jari-jari mengepal. Dari kedua tangan itu melesat dua bola sinar hijau sangat gelap, seperti membungkus sesuatu. Ekor kedua sinar itu meninggalkan gumpalan asap hitam pekat. Kedua sinar melesat dalam sekejap kepada Kentang Kebo.
Bluarrr!
“Hakkk!” pekik Sari Sani nyaring.
Ketika dua sinar hijau gelap menghantam Kentang Kebo, kedua tangan lelaki itu bisa bergerak cepat melawan jeratan tali sinar kuning yang melilit. Kedua tangan Kentang Kebo mengeluarkan sinar ungu terang yang mengadu kedua sinar hijau milik Sari Sani.
Ledakan dahsyat dari peraduan dua tenaga sakti terjadi memberi guncangan terhadap alam setempat. Seiring ledakan terjadi, tubuh berat Sari Sani melesat mundur seperti lemparan tombak dan menghantam tanah keras. Setelah itu, Sari Sani tidak bergerak. Terlihat jelas satu kakinya menekuk ke sisi yang salah, menunjukkan bahwa kaki itu menderita patah yang telak.
“Sari Sani!” pekik Penjebak Kepeng dan Penyair Ngik Ngok bersamaan. Terkejut melihat kondisi rekan mereka yang tidak bergerak.
Hebatnya Kentang Kebo, dia tetap berdiri dalam perjuangannya melawan dua kesaktian yang memasungnya. Dia tidak menderita luka fisik atau luka dalam.
Sinar ungu dari ilmu Kesaktian Maha Sakti kini menyelimuti tubuh Kentang Kebo. Ilmu itu melawan kekuatan dua kesaktian lawan yang menjeratnya.
Meski Kentang Kebo masih mengerenyit tebal, tetapi erangannya sudah tidak sekeras tadi. Kali ini lebih mirip erangan malam pertama.
Sinar ungu Kesaktian Maha Sakti mulai menjalar merayapi kesepuluh sinar merah dari kepeng dan merayapi tali-tali sinar kuning dari ilmu Syair Urat Bumi. Sinar ungu tampak mencoba mendominasi.
Giliran Penjebak Kepeng dan Penyair Ngik Ngok yang mengerenyit semakin keras dan mengerang lebih kencang. Otot dan urat mereka kian kencang menegang.
Penyair Ngik Ngok terlihat lucu. Di saat wajahnya menahan adu kuat, bibirnya tetap merapal mantera dari ajiannya.
Kedua pendekar Kerajaan Sanggana itu dapat merasakan bahwa kekuatan Kentang Kebo terus melawan dan perlahan mendominasi.
Hanya dalam hitungan detik, pada akhirnya sinar ungu menyelimuti semua tali sinar milik Penjebak Kepeng dan Penyair Ngik Ngok.
“Heaaak!” teriak Kentang Kebo keras. Itu bukan teriakan sakit, tetapi itu teriakan merasa menang.
“Akr!” erang Penyair Ngik Ngok pendek ketika tiba-tiba di lehernya muncul sinar ungu yang menyelimuti.
Dia mencoba menahan cekikan kuat yang timbul di lehernya, sementara dia juga berusaha terus merapal mantera ajiannya, meski tampaknya sudah kalah oleh ilmu Kesaktian Maha Sakti musuh.
Set!
Penjebak Kepeng yang sudah merasakan tanda-tanda kalah kuat, segera melakukan tindakan tambahan dengan melesatkan lima keping kepeng.
Lima kepeng melesat yang di tengah jalan menyala kuning seperti bara api yang ditiup.
Dengan kondisi yang belum bisa lepas dari jeratan tali-tali sinar di kepala, kaki dan seluruh badan, Kentang Kebo membiarkan kelima kepeng itu mengenai badannya. Namun faktanya, kelima kepeng maut itu terpental jatuh ke tanah.
“Akk!” pekik Penjebak Kepeng saat tiba-tiba lapisan sinar ungu juga muncul menyelimuti lehernya.
Tidak hanya dicekik, tetapi Penjebak Kepeng juga diangkat. Perlahan tingginya naik seiring kedua kakinya lepas dari pijakan. Penjebak Kepeng mengejang. Kedua tangannya berusaha memegang kekuatan yang mencekik lehernya, tetapi sinar ungu itu tidak bisa dipegang.
“Akkr!”
Ternyata, Penyair Ngik Ngok juga sudah terangkat ke udara tanpa menginjak tanah lagi.
Wajah kedua pendekar itu merah kelam menahan cekikan. Sepasang mata mereka merah dan berair. Urat-urat wajah pun bertonjolan. Penyair Ngik Ngok sudah tidak bisa merapal, kecuali di dalam hati. Sebab itulah, ilmu Syair Urat Bumi masih bekerja terhadap Kentang Kebo, meski tidak maksimal lagi.
Melihat kondisi ketiga pendekar pemimpin mereka, Perwiramadya Tanggal Muda segera bertindak.
“Heah heah!” gebahnya kencang sambil menghentakkan tali kendali kudanya.
Sang kuda langsung berlari sprint menuju ke area pertarungan para pendekar sakti.
Penjebak Kepeng dan Penyair Ngik Ngok semakin kewalahan untuk bertahan dari cekikan gaib Kentang Kebo.
Bdak!
“Hukh!” keluh Tanggal Muda saat ada tenaga besar yang tidak terlihat menghantam dadanya.
Tubuh Tanggal Muda langsung terpental keras ke belakang meninggalkan punggung kudanya. Sementara sang kuda terus berlari maju, tapi tidak kepada Kentang Kebo.
Blugk!
“Hukr!” keluh Tanggal Muda saat tubuh kekarnya menghantam tanah dengan keras. Ada darah yang keluar dari dalam mulutnya, menunjukkan dia terluka.
Apa yang dialami oleh Tanggal Muda menandakan bahwa Kentang Kebo telah mampu menggunakan ilmu Sabda Batin Dewa miliknya lagi. (RH)