Demi menutupi identitas aslinya, Elvano Abraham memilih Sena sebagai pendampingnya dalam suatu acara. Sena yang tak menyadari niat Elvano sesungguhnya menerima tawaran tersebut, karena ia pun ingin lebih dekat dengan Elvano.
Tapi Elvano salah, karena pilihannya tersebut malah membawa dirinya terjebak dalam pesona Sena, begitu pula sebaliknya.
Apakah yang akan Sena lakukan setelah mengetahui motif Elvano yang sesungguhnya? Apa mereka akan terus bersama? Atau justru motif Elvano menghancurkan hubungan keduanya?
Yuk! Ikuti kisah Elvano dan Sena yang harus menemukan cinta sejati di tengah banyaknya rahasia dan kesalahpahaman yang penuh dengan ketegangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SBDST 20.
"Kekasih?" ulang Elvano. Terlihat sedikit kerutan yang muncul di keningnya. Pria itu tampak berpikir keras. "Aku rasa itu tidak perlu. Kita bukan anak remaja lagi."
Sena sontak saja tercengang dengan ucapan Elvano. Jantungnya berdetak lebih kencang. Apa maksud Elvano sebenarnya?
"Lantas kita ini apa?" Suara Sena sudah terdengar tajam. Ia reflek memundurkan duduknya, tak lagi tepat di atas pangkuan Elvano.
Reaksi yang Sena perlihatkan sempat membuat Elvano juga terkejut, tapi dengan cepat, tangannya yang melingkari pinggang Sena, menarik dan menahan tubuh Sena agar tetap berada di posisinya.
"Tidak perlu dipertanyakan lagi, kau adalah wanitaku." Melihat perubahan dari raut wajah Sena, Elvano lekas ingin mencium bibir wanita itu, ia berusaha ingin membuat tenang wanitanya.
Namun, Elvano semakin terkejut saat Sena menolak dengan mendorong keras dadanya. Sena bahkan langsung beranjak berdiri dari atas pangkuan pria itu.
"Wanitamu? Maksudmu wanita simpananmu?"
Deg!
Wajah Sena mengeras. Perasaan kesal akan perkataan rendah Bianca yang terus berputar-putar di kepala kini semakin menyeruak akibat tersulut emosi karena merasa tidak puas setelah mendengar ucapan Elvano.
Dan semua itu tampaknya sudah sangat siap Sena lampiaskan pada prianya.
"Kau ingin menyembunyikan aku? Kau hanya ingin menjadikan aku pelampiasan nafsumu?! Makanya kau sebut aku wanitamu?!"
Deg!
Berang Sena, yang membuat Elvano terdiam. Matanya semakin berkilat marah saat menatap Elvano yang terus saja bungkam, sama sekali tidak menyangkal tuduhannya. Reaksi yang semakin membuat Sena kecewa dan terluka.
"Kau salah, Elvano Abraham!" tekan Sena dengan menunjuk wajah pria yang sebenarnya sangat ia cinta itu. "Kau salah, jika menilai aku mau menjadi wanita yang kau sembunyikan!"
Suara Sena semakin keras. Untung saja ruang kerja sang atasan kedap suara. Jika tidak, entah apa yang terjadi di luar sana saat mendengar teriakkan Sena.
Sena memiliki prinsip dan sangat tahu, bahwasannya ia begitu layak untuk dicintai tanpa perlu disembunyikan. Sena menuntut pengakuan.
Elvano menghela napas berat, tangannya terangkat memijat pelipisnya, kepalanya tiba-tiba saja terasa pusing. Sena benar-benar melampiaskan kekesalan juga amarahnya atas ucapan Bianca pada Elvano.
"Sena, kau sala..."
"Aku tidak mau! Aku tidak mau disembunyikan! Apalagi hanya menjadi pelampiasanmu!!"
Sena bersikeras. Dan ini adalah sifat Sena yang mulai dipahami oleh Elvano. Sekali saja Sena mengatakan tidak atau tak menginginkan sesuatu, maka seterusnya wanitanya itu tidak akan mau melakukannya.
Elvano semakin sulit menyela ucapan Sena. Wanita cantiknya itu sama sekali tak memberikan dirinya kesempatan untuk bicara.
"Jika kau tidak bisa serius, jangan berpikir bisa bermain-main denganku. Aku tidak ingin menjadi bagian dari permainanmu, Elvano Abraham!" Dengan mata yang sudah berkaca-kaca Sena mengatakannya. Ia kecewa, kesal, marah, semua perasaan bergumul di dalam hati dan ingin ia keluarkan semuanya.
Merasa puas dengan kemarahannya, Sena berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Elvano yang hanya bisa terdiam dan terhenyak dalam keheningan.
Brak!
Pintu ruang kerja itu bahkan berdentum keras saat Sena membantingnya.
Elvano menutup mata, ia memijat kepalanya yang terasa berdenyut karena menerima semua amarah Sena. Tangannya segera meraih ponsel dan menghubungi sang asisten, Tracker.
"Cari tahu apa penyebab Sena marah-marah padaku!" perintah Elvano pada Tracker yang tidak langsung dipahami oleh asisten pribadinya itu.
"Maaf, Tuan. Kenapa Nona Sena berani marah pada Anda yang adalah atasannya?"
"Dia mulai berani padaku, dan aku pasti akan memberinya hukuman nanti. Tapi sekarang, pastikan kau menemukan apa penyebab Sena kesal sampai marah-marah padaku."
Meski terlihat bingung, Tracker tetap melaksanakan tugas dari bosnya itu.
"Jangan menemuiku sebelum kau menemukan jawabannya, Tracker!" kata Elvano dengan nada yang dingin sebelum ia memutuskan panggilan.
"Huft!" Elvano melepaskan dasi yang terasa mulai mencekik, ia juga melepaskan kancing jasnya. "Kau membuat kepalaku sakit dan berdenyut, Sena."
Elvano tidak mengerti dengan perubahan sikap Sena yang drastis kali ini. Wanitanya yang biasa menurut, tiba-tiba saja meledak-ledak dengan amarah tak terkendali padanya. Elvano bahkan tak diberikan kesempatan untuk bicara oleh Sena.
Aku tidak mau! Aku tidak mau disembunyikan! Apalagi hanya menjadi pelampiasanmu!
"Siapa yang ingin menyembunyikanmu, Sayang. Siapa juga yang ingin menjadikan kau hanya pelampiasan," gumam Elvano saat mengingat kemarahan Sena padanya. Ia memijat pelipisnya dan merebahkan kepala pada sandaran kursi kerja seraya menutup mata.
Memikirkan prihal wanita, ternyata sungguh menguras energinya.
"Aku tidak sebajingan itu, Sayang," ucap Elvano lagi dengan suara yang berbisik lemah.
*
*
*
Sena yang kembali ke kursi kerjanya dengan wajah ditekuk sempat menjadi perhatian Katie. Namun, rekan kerja Sena itu terlihat enggan bertanya. Apalagi ia melihat Sena yang duduk di kursinya dengan cara menghempaskan diri. Sepertinya temannya itu memiliki masalah yang teramat berat.
"Sena?" panggil Katie akhirnya. "Sena?!" Katie sampai melempar tutup bolpoin untuk mengambil alih perhatian Sena yang ternyata melamun.
"Ponselmu dari tadi berbunyi," beri tahu Katie. Karena itulah ia memanggil Sena, wanita itu tidak sadar ponselnya yang berada di atas meja dari tadi berulang kali bergetar.
Sena mengusap wajahnya, ia meraih ponselnya dan memeriksa.
Terlihat beberapa panggilan tak terjawab dari Rexi, dan sebuah pesan yang cukup panjang dari pria itu.
Aku dengar Rett sempat menemui mu. Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja? Aku tahu Elvano Abraham, bosmu itu adalah Mr.K. Aku tidak ingin kau terlibat dalam permainan apapun bersama pria bajingan itu! Jadi pulanglah sekarang juga! Sebelum aku melakukan apa saja untuk membawamu pulang!
Sena membaca pesan yang dikirim oleh Rexi, dan belum sempat ia ingin meletakkan kembali ponselnya, benda pipih itu kembali bergetar; sebuah pesan dari Rexi masuk.
Jangan main-main dengan Elvano, Riella. Aku serius! Elvano tidak seperti yang terlihat. Jika kau masih ingin bermain, aku akan mencarikanmu taman bermain yang jauh lebih aman.
"Ck! Usia kita hanya berbeda satu tahun, Rex! Tapi kau sama saja dengan Daddy; selalu menganggapku seperti anak kecil!"
Sena meletakkan ponselnya begitu saja. Ia mengabaikan pesan Rexi. Sena mengusap kasar wajahnya. Daddynya dan Rexi kompak sekali terus memaksanya untuk pulang. Terutama Rexi, pria itu keras meminta Sena menjauh dari Elvano.
Rexi khawatir dan tidak ingin Sena terlibat lebih jauh dalam masalah yang bisa saja ditimbulkan dari dunia gelap yang Elvano serta dirinya geluti.
Sena abaikan aja terus Elvano. Buat dia jadi mayat hidup karena terlalu merindukan mu. Jangan mudah kasih maaf/Determined//Facepalm//Facepalm/