Gala, pemuda sebatang kara yang hidup sendiri di sebuah kostan tiba-tiba mendapatkan Sistem Check-in legendaris.
Pada hari pertamanya dia langsung mendapatkan seluruh kemampuan milik Antares, Monarch of Destruction.
Akan tetapi, sebuah sistem yang lain datang untuk membuatnya lebih kuat.
Dengan sistem kedua, yaitu Sistem Grup Obrolan, Gala mampu bepergian ke berbagai dunia dan berkenalan dengan karakter fiksi kesukaannya.
Playboy Kaya (Tony Stark): Bukankah dia anomali mengerikan?! Bagaimana bisa dia memiliki 10 juta naga?!
Domba Besar Hokage (Tsunade): Ehem, awalnya aku tidak mengakuinya, kamu memang tampan dan kuat.
Baby Girl (Ellie): Kakak Gala memang yang terbaik!
Tanpa disadari, Gala telah menjadi primadona di berbagai dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riizer13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20: Anak Buah Ayah Mela
Pria berkacamata itu memandang temannya dengan raut tidak percaya, meskipun temannya ini selalu berkata jujur.
"Ayolah, Geri, kamu jangan berbohong, bagaimana bisa penampilannya sama dengan ketua kita yang kuat?"
Geri, pria yang hobi mengunyah permen karet, dia menoleh menatap pria berkacamata itu, tatapannya sangat dalam. "Kamu lebih lemah dariku, Marno, kamu tidak bisa merasakan auranya."
"Sialan! Aku tidak lemah! Ingin bertarung sekarang?!" Marno tiba-tiba meraih kerah Geri.
Sikap Geri terlihat santai ketika diprovokasi oleh temannya sendiri, tapi sudut matanya terlihat menyeramkan dan meremehkan.
Perlahan tangan Geri mencengkeram pergelangan tangan Marno, urat-urat di lengannya menonjol dengan kekuatan yang besar.
Kulit wajah Marno menjadi pucat setelah merasakan kekuatan tangan Geri. Dengan paksa tangannya terlempar oleh kekuatan Geri.
"Kamu sudah mengatakan itu tiga puluh tiga kali hari ini. Apa kamu tidak bosan yapping seperti itu terus?"
Marno menggigil sedikit, belakang punggungnya mulai berkeringat, dan tekanan kecil muncul di hatinya.
Berpura-pura tenang, Marno mendengus kesal. "Kamu beruntung, sekarang kita di dalam Mall, kalau saja kita di luar, kamu akan aku habisi!"
"Kalau begitu, aku akan menunggu ketika kita menyelesaikan misi ini." Ekspresi Geri acuh tak acuh mendengar ucapan Marno.
"Kalian berdua seperti anak kecil yang bertengkar karena mainan, memalukan!"
Suara dingin yang terasa kental akan perasaan mengejek terdengar di telinga keduanya. Kalimat itu berasal dari Andre, rekan misi mereka berdua.
Dia terkenal dingin dan pendiam, sikapnya yang seperti itu bukan berarti dia dihormati. Sebaliknya, banyak yang tidak suka dengannya karena ucapan yang keluar dari mulutnya.
Andre terkenal karena ucapannya yang tajam setiap dirinya berbicara. Banyak yang sakit hati karena omongannya yang menusuk, tapi tak ada seorang pun yang berani menantangnya untuk bertarung, karena dia sosok yang kuat.
Mendengar perkataan Andre, respons Geri hanya senyuman kecil tanpa sedikit pun bicara. Terlihat dia sudah terbiasa dengan sifat Andre.
Sedangkan Marno, dia langsung naik pitam dan mengajak Andre untuk bertarung.
"Belagu sekali! Ayo bertarung denganku, sialan!"
Mendengar ucapan Marno, beberapa pengunjung mall menatap mereka bertiga dengan pandangan mata yang aneh.
Segera Geri menjauh dari Marno dan berkata tanpa peduli, "Dia bukan temanku, aku tidak kenal dengannya."
"Aku juga," Andre ikut berkata lalu menjauhi Marno dengan tatapan sinis.
Wajah Marno menghitam, kemudian dia tersenyum canggung ke orang-orang dan mengangguk minta maaf.
"Hei, sialan kalian berdua! Tunggu aku!"
Pada saat ini, Gala dan Mela sibuk mengobrol di perjalanan menuju toko pakaian wanita. Mereka tak memperhatikan tentang ketiga orang itu.
Di toko lingerie mereka langsung menuju ke tempat banyak pakaian seksi dan cantik, mencari baju yang cocok dengan Mela.
Butuh berkali-kali pertimbangan untuk mereka membeli pakaian seksi yang diinginkan keduanya. Total belanjaan mereka habis hampir 5 juta rupiah dengan jumlah 4 pakaian.
Setelah itu, mereka berdua pergi ke toko elektronik dari brand resmi, membeli dua laptop sekaligus dengan harga hampir 70 juta rupiah.
Gala membelikan Mela laptop dengan merek terkenal, yaitu Mekbuk, dan satunya laptop yang mahal karena spesifikasi garangnya.
"Hum! Kamu benar-benar nakal! Bisa-bisanya kamu membelikan aku pakaian yang seperti itu, ada ritsleting di bagian puncak kembar milikku!" Mela merasa malu ketika mereka sedang makan-makan di sebuah restoran.
Mereka makan siang di restoran terkenal akan makanan Korea Selatan yang terkenal dengan tingkat kepedasannya dan makanan berkuah yang disertai kimchi.
Gala melengkung dengan senyum lucu, kemudian dia membalas sembari mencubit pipi Mela, "Tapi pakaiannya sangat lucu, sangat bagus di tubuhmu."
"Huft! Dasar lelaki!" Mela membuang mukanya dengan wajah yang memerah.
Tepat ketika dia menoleh ke samping, Mela menemukan tiga sosok yang familiar di matanya.
Mela mengenali Andre, Geri, dan Marno yang ikut makan di restoran yang mereka tempati. Mereka bertiga merupakan anak buah dari salah satu tangan kanan ayahnya.
Jelas Mela tahu identitas mereka yang berbahaya, otomatis juga tahu alasan mereka ada di tempatnya. Mereka pasti sedang memantaunya atau akan berbuat sesuatu kepada dirinya.
Sekejap seluruh wajah Mela memutih dengan ekspresi panik di dalamnya, kemudian dia melihat Gala penuh ketakutan. "Sayang, tampaknya kita sedang dibuntuti oleh beberapa orang."
Suara Mela terdengar gemetar, bola matanya terlihat takut ketika mengatakan hal itu kepada Gala.
Mengetahui hal ini, Gala bersikap tenang tanpa ada emosi yang terkandung di dalam hatinya.
"Tenang, kamu aman bersamaku, mereka takkan membawa kamu kembali ke ayahmu lagi." Gala memegangi lengan Mela memberikan udara ketenangan
Mendengar ucapan Gala yang membuatnya lega, Mela mengangguk mengerti meski wajahnya masih terlihat takut.
Gala mengelus pipi Mela, lengkungan senyumnya sangat tampan, terasa senyuman itu menandakan dunia akan baik-baik saja.
"Aku paham, terima kasih, Sayang." Mela terharu dan percaya dengan Gala.
"Fokus saja pada makanannya, habiskan sampai kamu kenyang. Mulai sekarang, mereka telah menjadi urusanku." Gala mengusap punggung tangan Mela dengan lembut.
Bola mata Gala sangat serius dengan getaran yang menakutkan. Tanpa sadar membuat Mela sangat percaya dengan ucapan Gala.
Dia yakin kalau Gala akan menepati ucapannya, dirinya akan baik-baik saja.
Usai mereka makan, Gala dan Mela keluar dari restoran, pergi menuju toko perhiasan. Sesuai dengan janji Gala yang ingin membelikan Mela perhiasan.
Ketika Gala berjalan, dia sesekali melihat grup obrolan, melihat apa yang sedang terjadi pada semua anggota.
[Domba Besar: Aku tidak tahu bagaimana orang bernama Tessa itu, tapi aku yakin dia orang yang baik. Aku turut berdukacita, Ellie.]
[Putri Kedua Arendelle: Huwaa! Aku tidak bisa menahan tangis setelah membaca cerita dari Ellie! Kak Tessa mengorbankan diri demi kalian berdua! Hua!]
[Tentara Bayaran Konyol: Aku menghormati orang itu, dia keren!]
[Pahlawan Gagal: Sialan! Di dunia ini tidak ada tisu! Aku harus mengelap ingusku di baju Aqua!]
Wajah Gala sedikit berubah melihat apa yang terjadi di dalam grup. "Tampaknya jalan cerita Ellie mendekati bagian rumah Bill, tidak lama lagi mereka akan pergi ke tempat Tommy di Wyoming."
Bagian di mana Ellie kabur dari zona karantina di Boston telah selesai, sekarang mereka sedang berada di pelarian menuju ke rumah Tommy.
Rumah Bill atau tempat persembunyian Bill, temannya Joel menjadi salah satu tempat yang akan mereka singgahi, banyak sekali rintangan dan kesusahan di sana.
Memang agak sayang kalau Tessa hilang, mereka sangat membutuhkan pertolongan dari orang lain.
[Dragon Emperor: Kalau kamu butuh bantuan, ingat untuk merilis misi sistem, aku akan membantumu, @BabyGirl]
Tanpa melihat balasannya, Gala menutup layar grup obrolan, kemudian fokus pada Mela dan tujuannya pergi ke mall.
"Sayang, mereka bertiga masih mengikuti kita," ucap Mela dengan suara bisik-bisik.
Gala mengangguk dan berkata ringan, "Aku tahu, biarkan saja mereka mengikuti kita, aku ingin tahu langkah apa yang akan mereka ambil."
Senyum di mulut Gala benar-benar terlihat penuh arti. Ada sebuah niat yang tersembunyi.
Di sisi lain, Andre dan teman-temannya tengah berbicara tentang rencana mereka.
"Bagaimana sekarang? Kita ikut masuk mereka ke toko perhiasan?" Marno bertanya kepada Geri dan Andre.
Andre yang diam dan fokus berjalan membuka mulutnya, berkata dengan suara yang dalam, "Aku pikir kita tak perlu selalu mengikuti mereka, malah akan membuat mereka berdua mencurigai kita."
"Tidak-tidak, kita harus ikuti mereka hingga masuk ke dalam, kita harus mengetahui apa yang mereka lakukan." Geri menggelengkan kepalanya dengan cepat.
Melihat mereka berdua yang bertentangan, Marno bingung ingin memilih siapa. Mereka berdua punya benda pendapat.
Marno membeli es krim tak jauh dari tempatnya berada, menyaksikan mereka berdua beradu argumen. "Timku benar-benar aneh."
Gala: Oh... iya juga nya kenapa aku Gak kepikiran tentang hal itu okelah terimakasih Bro
me: Sama-sama
ni author ad buat novel lain kah