Seorang mafia kejam yang ingin memiliki keturunan. Namun sang istri hanya memiliki sedikit kemungkinan agar dia dapat mengandung. Begitu tipis kesabaran yang di miliki oleh pria tersebut pada akhirnya dia mengambil jalan tengah untuk memiliki keturunan dari wanita lain. Apakah nantinya sang Istri dapat menerima dengan senang hati merawat anak dari wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritasaya22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HELIKOPTER
Pada saat helikopter mengudara, tangan mungil Ziya langsung mencengkeram erat tangan kokoh Darren yang menggenggamnya.
"Tidak apa-apa. Lihatlah keluar, pemandangan yang indah akan mampu mengalihkan rasa takutmu , baby girl " ujar Darren melalui headphone.
Mendengar ucapan pria itu, seketika rasa takut yang dirasakan Ziya berkurang. Masih dengan tangan yang saling bergenggaman, Ziya mencoba melihat keluar.
Seperti perkataan Darren , rasa takut yang dirasakan Ziya jauh berkurang dan tergantikan dengan rasa kagum.
" Apa yang terjadi dalam kehidupanku ? " batin Ziya .
Dulu untuk makan saja ia dan sang ayah kesulitan. Sekarang, ia bahkan memiliki kesempatan untuk menikmati fasilitas seperti ini.
Hanya satu alasannya, karena pria ini. Hanya saja, akan tahan berapa lama kebahagiaan ini? renung Ziya getir.
Kembali berusaha membuang jauh-jauh rasa khawatir, Ziya kembali menikmati pemandangan yang begitu spektakuler.
20 menit kemudian, pilot mengumumkan bahwa mereka akan segera mendarat. Ziya langsung kembali mencengkram tangan Darren dengan begitu kuat.
"Tidak apa-apa. Jangan takut," ujar Darren , mencoba menenangkan gadis itu kembali . Ziya menoleh ke arah Darren dan ia percaya dengan semua yang diucapkan oleh pria itu.
Jika ia percaya maka, rasa takutnya langsung kembali menguap. Helikopter mendarat dengan mulus, di tengah-tengah hamparan rumput yang luas.
Ketika mesin helikopter mulai berhenti, Darren melepaskan headphone dan sabuk pengamannya. Lalu, ia bergeser mendekati Ziya dan membantu wanita itu melepaskan headphone dan sabuk pengaman.
Tatapan Darren tertuju pada lekukan payudara yang tercetak sempurna di atas kain sutera. Jika wanita itu melakukan ini untuk menggoda, maka berhasil.
Darren mencondongkan tubuhnya ke depan dan mengulum bibir tipis yang setengah terbuka itu. Kedua tangannya tanpa malu, langsung menangkup kedua payudara yang hanya terlapisi kain sutera tipis.
Rasanya begitu nikmat. Tangan kokoh milik Darren mulai meremas perlahan. Remasan yang jauh dari kata lembut, tapi tidak menyakitkan.
Ziya juga mencondongkan tubuh, serta membalas lumatan bibir basah yang sedikit beraroma kopi itu. Ciuman berlangsung selama 10 menit, barulah Darren yang menghentikan kontak fisik itu terlebih dahulu.
Menangkup wajah cantik dengan mata yang terpejam dan bibir sedikit bengkak, perlu usaha keras untuk tidak kembali mengulum bibir tipis yang menggoda itu.
"Ayo kita harus turun" bisik Darren tepat di telinga Ziya.
Bahkan bisikan pria itu, mampu membuat bulu kuduknya meremang, karena rasa menggelitik pada inti tubuhnya. Seakan paham akan hasrat yang menerjang, Darren memberi waktu kepada Ziya untuk memenangkan diri.
"Sudah bisa gadis kecil hmm...?" bisik Darren , kali ini tepat di hadapan wajah cantik itu..
Ziya mengangguk dengan wajah merona, karena malu dan berhasrat. Darren melompat turun dari helikopter terlebih dahulu.
Saat ini, mesin helikopter benar-benar sudah dipadamkan. Lalu, ia mengulurkan tangan untuk membantu Ziya turun.
Perlahan Ziya turun dengan menggenggam tangan hangat pria itu. Lompatan pelan, membuat kedua payudaranya ikut terhentak dan itu tidak luput dari tatapan Darren .
Darren mengatup rahangnya begitu kuat, wanita itu berhasil. Ia benar-benar tergoda. Setelah kedua kaki Ziya menginjak tanah, ia pun melepaskan tangan mungil itu dan melepaskan jas yang dikenakan.
"Kenakan ini baby girl " perintah Darren dengan nada suara yang tidak dapat dibantah sama sekali. Ziya patuh dan mengenakan jas itu .
Darren dengan telaten mengancing jas itu setelah terpasang sempurna di tubuh gadis itu. Jasnya begitu kedodoran saat dikenakan oleh Ziya , tapi itu tidak masalah, asalkan kemolekan wanita itu tidak dinikmati oleh mata orang lain.
Jas yang memeluk tubuhnya, terasa begitu hangat dan aroma tubuh pria itu melekat di sana, Ziya menyukainya.
"Ayo," ajak Darren dan menggandeng tangan mungil itu kembali.
Mereka berjalan menyusuri hamparan rumput yang luas, menuju ke arah bangunan besar yang berada tidak jauh di hadapan mereka.
Darren mengajak Ziya untuk makan malam di salah satu peternakan milik Keluarga Ryzadrd. Peternakan ini, biasanya digunakan sebagai tempat liburan dan jarang didatangi.
Selain itu, alasan utama Darren memilih tempat ini, adalah karena berada di tempat terpencil, jadi ia tidak perlu khawatir dilihat oleh orang lain.
Karena rencana makan siang ini, ia mendatangkan chef dari hotel bintang lima milik Keluarga Ryzadrd beserta semua asisten.
Ia memerintahkan untuk menyiapkan makan siang yang mewah. Tiba di depan bangunan bergaya klasik dan terbuat dari susunan kayu-kayu kokoh, Darren mendorong pintu ganda kaca hingga terbuka lebar.
"Selamat siang, Tuan," sapa tangan kanannya yang berdiri di tengah-tengah ruangan luas dengan lantai kayu yang mengkilap.
Darren mengangguk, untuk membalas sapaan sang tangan kanan. Darren yang masih menggandeng Ziya melangkah ke arah meja bulat yang berada di tengah ruangan, di mana di atas meja itu sudah tertata berpiring-piring masakan mewah.
"Duduklah," pinta Darren dan menarik kursi untuk Ziya . Perasaan Ziya begitu hangat. Ruangan luas ini disulap dengan begitu indah.
Banyak bunga segar tertata di sekitar ruangan, yang mana membuat harum semerbak memenuhi ruangan ini. Peralatan makan yang mewah tertata rapi, lampu gantung kristal menerangi dari atas langit-langit dan memberi kesan romantis.
Ziya pun duduk, lalu Darren melangkah ke arah kursi lain yang ada di seberang meja tepat di hadapan wanita itu dan duduk. Sang tangan kanan, menuangkan wine.
Tidak ada pelayan yang ditugaskan, serta chef dan para asisten telah dipulangkan 15 menit yang lalu.
Tentu saja, sebab gadis ini adalah sosok yang tidak boleh terkuak di hadapan publik dan karena kegilaannya, Darren melakukan sejauh ini.
Walau sadar akan beresiko, tapi ia tetap ingin makan siang bersama gadis ini. Hanya berdua dan di luar Mansion.
Apakah benar namamu Dastan Zhang? Ya, itu adalah nama yang disebutkan oleh Selly Ayrazed, lebih tepatnya keceplosan. Apa nama perusahaanmu? Pasti jika disebutkan, maka ia akan tahu.
Dilihat dari gaya hidup, yang bahkan memiliki helikopter, pasti perusahaan milik pria itu adalah perusahaan raksasa. Miliarder, tepatnya. Apakah kamu mencintai istrimu? Mengapa kamu melakukan semua ini? Bukankah akan lebih gampang, jika dilakukan dengan program bayi tabung? Lalu, apa arti dari ajakan makan siang ini? Apa.... Apa dan apa.
Begitu banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan oleh Ziya , tapi ia tidak berani. Sebab, itu semua telah disebutkan dalam kontrak dan Ziya tidak ingin merusak suasana.
Mereka makan dalam diam, dengan sang asisten yang berperan sebagai pelayan. Mengganti piring dan menuangkan minuman.
Darren makan dengan lahap. Suasana hatinya, begitu baik. Namun, tidak dengan Ziya .
.*.*.*
Di sudut kota yang lain, tepatnya di kediaman Ryzadrd.
"APA?" raung Tuan Besar Lois Ryzadrd, murka. Salah satu mata - mata yang diletakkan di samping sang putra, melaporkan apa yang dilakukan oleh Darren saat ini.
Putranya sudah gila dan harus segera dihentikan, sebelum Darren menjadi benar-benar tidak waras.
"Perintahkan dokter segera pergi ke Mansion! Dan, siapkan kendaraan!" perintah Tuan Besar Ryzadrd.
Sudah berhari-hari wanita itu di Mansion dan sudah banyak kali, putranya bercinta dengan gadis bayaran itu. Jika keduanya dalam kondisi prima, maka seharusnya wanita itu telah hamil.
Hamil artinya cukup untuk bercinta dan tinggal menunggu calon cucunya lahir ke dunia. Karena itulah, ia akan mendatangkan dokter untuk melakukan pemeriksaan kandungan.
Jika menunggu Darren , ia yakin masih berbulan-bulan lagi pemeriksaan baru dilakukan. Terpaksa, ia harus turun tangan.
"Baik Tuan." Naraya yang mendengar teriakan sang ayah mertua, segera berlari menghampiri dan bertanya.
"Ada apa Ayah?" Langkah kaki Tuan Besar Ryzadrd, terhenti. Lalu, ia menoleh ke arah menantu yang tidak berguna itu dengan mendelik.
"Ini semua gara-gara kamu!" ujar Tuan Besar Ryzadrd, dingin. Jika saja menantunya itu bisa memberikan cucu, maka semua ini tidak perlu terjadi.
Putranya yang sempurna yaitu Darren Arshaq Ryzadrd, tidak perlu bertemu dengan gadis bayaran itu dan tidak perlu merasakan apa yang namanya kasmaran.
Ia tahu, putranya masih belum menyadari perasaannya, maka dari itu ia harus bergerak cepat dan menyelamatkan sang putra dari jeratan wanita mata duitan.
Yang mana, keberadaan gadis itu di masa mendatang hanya akan menjadi bumerang.
.*.*.*
Kembali ke peternakan.
Si tangan kanan, segera melangkah mendekati sang Tuan dan berbisik. Apa yang disampaikan, membuat Darren langsung meletakkan sendok garpu dengan kasar.
Tindakan itu, membuat Ziya juga melakukan hal yang sama. la pun meletakkan peralatan makan dan menatap ke arah pria itu.
Darren Arshaq Ryzadrd bangkit dari duduknya dan mengambil serbet untuk membersihkan bibir, kemudian melemparkannya dengan kuat di atas meja.
Hal tersebut, membuat tubuh kurus Ziya terlonjak. Tanpa berkata apapun, Darren melangkah pergi menuju pintu ganda kaca, pintu yang dilalui saat hendak masuk ke ruangan ini.
"Nona, kita harus segera kembali ke Mansion," ujar si tangan kanan sopan, kepada Ziya yang sedang bingung.
"Apakah ada masalah? Apakah ada sesuatu yang buruk, terjadi pada pria itu? "batin Lyra yang juga merasa risau.
Mengangguk dan berdiri dari duduknya, Ziya kemudian berlari kecil untuk mengejar ketinggalannya. Si tangan kanan, mengikuti ziya dari belakang seraya menghubungi seseorang untuk membersihkan tempat ini.
Ziya naik ke dalam helikopter yang baling-balingnya mulai berputar kencang. Pria itu sama sekali tidak menatapnya, dengan tangan gemetar ziya memasang headphone dan sabuk pengamanan.
Si tangan kanan yang berada di luar, segera menutup pintu helikopter dan memberikan kode. kepada pilot untuk segera mengudara.
Ziya tidak dapat mengalihkan tatapannya dari pria itu. Darren Arshaq Ryzadrd sedang marah dan murka.
Saat ini, ia menatap dingin keluar jendela dan diam seribu bahasa. Saat marah, lebih baik ia diam. Sebab, ucapan dan tindakannya dapat menjadi begitu kasar.
Kedua tangan Ziya yang berada di atas pangkuan, saling bertautan dengan kuat. la khawatir, bahwa ada hal buruk yang terjadi kepada pria itu. Ia khawatir dan sedih, karena tidak dapat melakukan apapun untuk sekedar menghiburnya.