Sebuah cerita tentang perjuangan hidup Erina, yang terpaksa menandatangani kontrak pernikahan 1 tahun dengan seorang Presdir kaya raya. Demi membebaskan sang ayah dari penjara. Bagaikan mimpi paling buruk dalam hidup Erina. Dia memasuki dunia pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap akan dicintai.
Akankah dia bisa menguasai hatinya untuk tidak terjatuh dalam jurang cinta? ataukah dia akan terperosok lebih dalam setelah mengetahui bahwa suaminya ternyata ada orang paling baik yang pernah ada di hidupnya?
Jika batas waktu pernikahan telah datang, mampukan Erina melepaskan suaminya dan kembali pada kehidupan lamanya? Atau malah cinta yang lama dia pendam malah berbuah manis dengan terbukanya hati sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Malam
Makan malam hari ini terasa sedikit berbeda. Pak Tan sejak tadi terlihat sangat sibuk memberi arahan pada pelayan untuk lebih cekatan melakukan pekerjaannya. Terutama mereka yang bertugas di dapur utama, mereka harus bisa menyajikan masakan sehat yang enak sebelum waktu makan malam dimulai.
Dapur utama cukup luas, namun pelayan yang bekerja disana juga lumayan banyak. Dua orang sedang berdiri didepan kompor, sibuk mengaduk-aduk sesuatu di dalam panci. Dua orang lagi sedang sibuk menyiapkan bahan dan memotong sayuran dengan cepat seperti yang biasa Erina lihat di tv-tv. Beberapa yang lain bertugas menghias makanan di atas piring, dihias secantik dan semenarik mungkin.
Wah, apa mereka mempekerjakan chef di rumah ini? Rumah ini seperti punya restaurantnya sendiri, keren sekali. Gumam hati Erina.
Sejak tadi dia sudah duduk di meja dapur, matanya sibuk mengamati para pelayan yang sedang bekerja. Bukannya dia tidak mau membantu, dia bahkan sudah menawarkan diri beberapa kali untuk membantu mengupaskan bawang. Namun para pelayan di sana tidak ada yang memperbolehkan.
“Terimakasih banyak Nona Muda atas kebaikan anda, tangan anda terlalu berharga untuk melakukan pekerjaan ini”
Haha, Erina Cuma bisa nyengir kuda mendengar jawaban mereka. Sebuah penolakan yang sangat halus. Pikirnya. Akhirnya dia hanya bisa melongo memperhatikan orang-orang itu bekerja, sambil nyemil buah strawberry yang baru saja dia ambil dari dalam kulkas.
Lebih baik anda menghabiskan semua stok buah didalam kulkas, dari pada harus ikut campur urusan dapur, karena akan jadi masalah tersendiri bagi pelayan yang menerima bantuan anda. Pak Tan melirik Erina dengan seulas senyum di bibirnya.
"Ternyata di sini."
Erina mendongak, dia urung memasukkan buah kedalam mulutnya saat melihat siapa yang datang. Laki-laki itu menarik kursi di yang ada di depan Erina.
“Apa yang sedang kau lakukan di sini?” Tanya Erina sedikit berbisik.
Yang di tanya tidak segera menjawab, malah merebut strawbery dari tangan Erina yang tidak jadi dia masukkan ke dalam mulutnya tadi.
“Menemuimu.” Jawabnya iseng sambil melemparkan buah stawberry ke dalam mulutnya. Erina mendelik, sambil matanya celingak-celinguk memastikan jika tidak ada yang mendengar omongan Noah barusan.
“Hus, jaga ucapanmu.” Erina memukul bahu Noah, cukup keras sepertinya, sampai membuat laki-laki itu meringis.
Orang ini tidak ada kapok-kapoknya, kalau Arga dengar dia bisa meledak. Bukan kamu yang akan dimarahi tapi aku yang akan mati! Bisa-bisanya dia duduk santai begitu.
Noah terkekeh melihat reaksi Erina. “Kenapa wajahmu tegang sekali?”
“Sedang apa kau di sini?” Erina mengulangi pertanyaannya. Masih dengan berbisik.
“Sedang apa?” Noah mengambil strawberry di dalam kotak. “Tentu saja aku mau makan malam.”
Erina mendengus sebal, kenapa dia harus makan malam di sini? Memangnya dia tidak punya rumah sampai harus menumpang makan di rumah orang.
“Heh! Jangan salah paham, aku kesini karena undangan Bibi Sofia, sekalian mau melihat keadaan Kakek,” ucapnya santai.
Erina heran seperti tidak percaya, dia baru tahu kalau makan malam kali ini bukan untuk anggota keluarga inti saja, tapi ada orang lain yang ikut bergabung dengan mereka.
Tak berselang lama Pak Tan datang mempersilahkan mereka untuk segera menuju ruang makan. Disana, semua orang sudah menunggu. Duduk di kursinya masing-masing.
Arga yang sudah duduk di kursi makan menatap kedatangan Erina dan Noah yang baru saja keluar dari arah dapur. Terlihat jelas dari wajahnya kalau dia sedang kesal. Erina segera duduk di sebelah Arga setelah memberi salam terlebih dahulu. Arga masih meliriknya dengan tatapan mengiris.
Berani sekali kau bertemu Noah tanpa sepengetahuanku, pantas saja sejak tadi tidak kelihatan batang hidungnya. Arga
Makan malam di mulai dengan tenang, hanya sesekali obrolan ringan terdengar antara mereka. Sedangkan Erina lebih memilih diam, fokus menghabiskan makanannya. Karena obrolan mereka hanya berkutat tentang perkembangan perusahaan dan rencana-rencana kedepannya. Erina jelas tidak tahu menahu tentang semua itu, kata-kata seperti itu belum pernah ada di dalam kamus hidupnya
“Arga, minggu depan ajak Erina mengunjungi makam orang tuamu di desa.” Ucapan Kakek barusan berhasil membuat Erina menoleh dan menghentikan aktifitasnya.
“Aku harus cuti beberapa hari kalau begitu.” Arga menoleh ke arah Noah yang duduk berhadapan dengannya. Memberi isyarat jika Arga cuti maka Noah lah yang harus menggantikan posisinya mengatur perusahaan. Noah hanya menganggukkan kepalanya, mengerti.
Cuti beberapa hari? Apa itu artinya aku hanya akan berdua saja dengan laki-laki sinting ini dan bermalam selama beberapa hari dengannya?
“Eh... Kenapa harus beberapa hari suamiku, bukankah satu hari saja cukup?” Erina menoleh ke arah Arga.
“Kenapa? Kita bisa sekalian bulan madu.” Dia menyeringai kearah Erina, membuat wanita itu merinding sebadan-badan.
Hah, bagaimana ini, aku harus bagaimana? Kenapa laki-laki gila ini berkata seenaknya seperti itu. Apa dia tidak tahu malu,
Semua yang ada di sana nampak terkejut dengan ucapan Arga barusan. Bahkan Noah hampir saja tersedak saking kagetnya. Selama ini Arga terkenal sebagai anak yang cuek dan dingin, bisa-bisanya dia berkata seperti itu dihadapan banyak orang.
Noah menoleh ke arah Arga, menatapnya dengan tatapan tak mengerti. Bukannya dia menikahi Erina berdasarkan perjanjian kontrak, kenapa dia sampai merencanakan bulan madu segala. Sejak kapan dia bersedia meninggalkan pekerjaannya hanya untuk seorang wanita? Apa mungkin Arga benar-benar menyukai Erina?
Arga membalas tatapan Noah dengan tajam, dia seakan merasa menang dalam sebuah pertandingan. Seakan memberitahu jika Erina miliknya dan tidak ada seorangpun yang bisa merebut Erina darinya.
Acara makan malam sudah selesai, Noah dan ibunya juga sudah pulang. Setelah mengantar Kakek masuk ke dalam kamarnya, Arga menarik tangan Erina tiba-tiba. Laki-laki itu terlihat masih kesal. Erina sampai kuwalahan saat mensejajari langkah lebar Arga saat menaiki anak tangga. Hampir beberapa kali dia salah berpijak membuatnya hampir terjungkal kedepan, namun Arga sama sekali tidak memperdulikan hal itu. Dia terus menyeret tangan Erina untuk masuk kedalam kamar.
Eh, kenapa dia marah? Aku salah apa?
Erina jatuh terjerembab di atas ranjang, dia menelan salivanya saat melihat mata Arga yang memerah. Raut mukanya terlihat benar-benar marah. Erina meremas tangannya, tatapan Arga membuanya menggigil ketakutan.
“Kenapa anda marah?” Erina bertanya terbata menahan bibirnya agar tidak gemetaran.
“Kenapa?” Arga membentak Erina hingga suaranya menggema di langit-langit kamar. “Kau bertanya kenapa aku marah?” Arga mendekat kemudian mencengkram dagu Erina dengan sangat kasar. Erina tidak mampu menahan air matanya lagi. Sakit! Sakit sekali!
“Maafkan saya,” Erina berusaha menahan isak tangisnya, butiran kristal sudah berjatuhan dari sudut matanya.
Ya, dia hanya perlu meminta maaf, meski dia tidak tahu apa salahnya. Otaknya mulai berputar mengingat-ngingat kesalahan apa yang telah dia perbuat sampai membangunkan monster tidur di hadapannya itu. Mungkinkah dia marah karena Erina mengejek saat Kakek memarahinya tadi? Seharusnya dia tahu kalau Erina hanya bercanda, apakah dia harus semarah ini?
.
.
(BERSAMBUNG)
egoisnya kebangetan si arga nih...