Obsesi, suatu kecenderungan untuk memiliki ataupun memperhatikan sesuatu secara berlebihan.
Perasaan yang tidak sehat dan berlebihan terhadap seseorang ini di miliki oleh Grania Ivy Livingston, putri sulung dari Garrick Filbert Livingston dan Jennifer Priscillia Livingston.
Jika obsesi itu tertuju pada orang lain tentu akan sedikit lebih mudah situasi nya, tetapi wanita berusia dua puluh lima tahun itu terobsesi pada kekasih sepupu nya sendiri.
Hingga akhirnya obsesi itu berbalik pada dirinya tanpa diri nya ketahui bahwa sebenarnya diri nya di obsesikan oleh dua pria berbahaya.
Siapakah dua pria itu? Dan siapa yang akhirnya akan menang?
-Jika meleset dari alur mohon di maklumi
-Sequel dari karya "Garrick Possesion"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Tahan!
Genggaman tangan Gama pada handle pintu terlihat begitu kuat saat dengan mata kepala nya sendiri ia menyaksikan wanita nya tengah di pangku oleh pria licik bernama Lecio Jornad.
Belum lagi posisi kepala kedua nya seakan sedang melakukan hal panas membuat mata Gama terpejam menahan emosi nya.
Sampai terdengar suara dari Cio yang membuat kelopak mata Gama langsung terbuka bersamaan dengan tatapan tajam nya.
"Oh, anda sudah di sini?"
Gama tersenyum miring terlebih lagi saat melihat wanita nya tidak kunjung beranjak dari pangkuan Cio.
Jika itu yang di lihat oleh Gama, maka lain hal nya dengan Ivy yang saat ini tengah mencengkram lengan Cio agar tangan pria itu melepaskan cengkraman nya dari pahanya.
"Bisa saya bicara dengan nona Grania?" Tanya Gama dengan nada sopan tetapi tersirat akan penekanan dari kemarahan nya.
Cio pun lantas menatap Ivy yang memang sedari tadi menatap nya begitu tajam penuh kebencian.
"Kita tunda dulu 'ya, seperti nya tuan Gama memiliki urusan yang sangat penting dengan mu" Ucap lembut Cio.
Mendengar kata-kata tersebut Gama semakin tersulut emosi hingga kepalan tangan nya semakin mengerat, bersiap memukul wajah Cio hingga tubuh pria itu terpental.
"Lepaskan bajiingan!" Tekan marah Ivy dengan nada pelan.
Sebelum melepaskan cengkraman nya pada paha Ivy, Cio terlebih dahulu mengusap paha yang terhalang dress putih sebatas lutut yang wanita itu pakai.
"Bajiing!" Maki Ivy memukul dada Cio sebelum akhirnya berdiri menjauh dengan napas memburu.
Bukan nya merasa bersalah Cio malah terkekeh dengan wajah memuakkan nya.
"Calm down girl, kita lanjut nanti" Ucap Cio.
Tolong siapa pun wakilkan Gama untuk memukul pria sialan itu! Gama benar-benar muak terlebih lagi wanita nya hanya menatap marah pria itu!.
"Astaga saya hampir lupa, mari duduk tuan Gama. Mau minum kopi atau--"
"Tidak perlu, terima kasih" Potong Gama pada seruan Cio yang berdiri mempersilahkan diri nya untuk duduk.
"Saya hanya ingin berbicara dengan nona Grania, empat mata" Tekan Gama di akhir kalimat nya.
Pengusiran secara halus itu membuat Cio kembali terkekeh pelan. "Memang nya apa yang perlu di bicarakan? Saya juga berhak tau karena nanti nya saya yang akan menggantikan Ivy dalam memimpin Siceillia"
"Keluar!" Kali ini Ivy bersuara keras penuh penekanan mengusir Cio.
Sungguh ia sangat muak pada pria di hadapan nya yang memiliki banyak muka ini.
"Come on Vy, apa kamu lupa kata Daddy mu--"
"Persetanan, keluar sekarang!" Potong tajam Ivy.
Cio mengangkat kedua tangan nya bak seorang tersangka yang di todongkan pistol. "Baiklah-baiklah, jangan marah nanti cantik nya hilang" Goda nya.
"Bisa anda keluar sekarang tuan Lecio?"
Kali ini yang bersuara penuh penekanan akan marahan nya itu bukan Ivy, tetapi Gama.
Cio mengangkat kedua bahu nya. "Baiklah aku keluar sekarang"
Pada akhirnya Cio pun melangkah meninggalkan posisi nya dan hendak melewati tubuh Gama, tetapi pria itu berhenti tepat di samping Gama dengan tatapan lurus ke depan.
"Sebentar lagi Ivy akan jatuh ke tangan saya" Ucap Cio dengan nada datar, tidak seperti sebelum nya.
Gama sedikit menoleh. "Sebelum itu terjadi, pastikan anda masih hidup" Balas nya.
Tangan Cio terkepal kemudian pria itu kembali melanjutkan langkah nya meninggalkan ruangan Ivy.
Menyisakan sepasang manusia yang kini saling diam, dimana Ivy sudah kembali duduk di sofa sedangkan Gama masih terdiam di posisi nya.
"Duduk lah" Ucap Ivy.
Terasa canggung? Mungkin hal itu akan di rasakan oleh sepasang manusia normal yang berada dalam keadaan seperti Gama dan Ivy.
Tetapi mereka berdua tidak normal, sama-sama terobsesi hingga tidak ada rasa canggung sedikit pun dalam keterdiaman itu!.
Gama melangkah kemudian duduk di sofa tepat di samping Ivy yang duduk di sofa single.
"Ada apa?" Tanya Ivy menatap wajah Gama.
Masih seperti biasa, temang. Namun ada sedikit perbedaan dari cara pria itu menatap nya, seperti mengisyaratkan sebuah kemarahan dan kebencian.
"Aku akan mengirim barang ke Eropa dan Italy lewat pelabuhan" Ucap Gama.
Tentu Ivy langsung mengerti, wanita itu pun beranjak menuju meja kerja nya mengambil sesuatu kemudian kembali ke tempat nya.
"Harga nya seperti biasa dan ini" Ujar Ivy seraya menyodorkan sebuah lencana khusus Siceillia,
Lencana itu di gunakan untuk melewati wilayah pelabuhan nya tanpa harus melalukan pemeriksaan.
Kali ini Gama tertegun, lebih tepat nya terdiam menatap lencana berlogo mawar hitam itu.
Biasa nya Ivy akan menawarkan syarat seperti sebelum nya, tetapi kali ini wanita itu langsung menyebutkan harga. Yang arti nya tidak ada tawaran.
Gama pun mengangkat pandangan nya, menatap wajah tenang Ivy yang terlihat lebih diam dengan tatapan lurus nya.
...****************...
btw semangat kak, aku menanti eps selanjut nya 💪😋