BUKAN MENANTU SAMPAH

Beberapa hari setelah kejadian itu Bu Asri belum juga datang ke rumah Abi bahkan dia hanya mengirim pesan jika dia akan pulang ke rumah karena suaminya sudah pulang dari luar kota.

Hingga sampai sekarang perselisihan antara mertua dan menantu itu belum selesai karena waktu yang mereka miliki sering bentrok karena kesibukan masing-masing.

Karena untuk menyelesaikan ini semua tidak hanya kedua pihak saja tapi harus melibatkan beberapa orang serta saksi yang menyaksikan kejadian itu agar Bu Asri tidak menyala atas tuduhan yang akan ditujukan kepadanya.

"Baik-baik di rumah ya dan kalau bosan bisa menyusul mas tapi sama supir ya,"

Setiap pagi tidak ada rutinitas yang berbeda dari Kasih mengurus suami hingga berangkat pergi kerja.

Setelah mobil Abi hilang dari pandangan barulah gadis itu masuk ke dalam rumah dengan suasana yang sangat jauh berbeda karena jika biasanya setelah kepergian api bekerja dan saat Kasih membalikkan badan maka sudah disambut dengan dua orang yang sedang cosplay menjadi ibu tiri.

Tapi tidak untuk hari ini karena mereka berdua sampai sekarang belum ada menunjukkan batang hidungnya di rumah ini.

"Hah tenang-nya,"

Padahal Kasih hanya ingin dekat bersama mertua serta iparnya tapi justru niat baiknya ditolak mantan-mantan oleh mereka berdua hanya lantaran menduga bahwa Kasih tidak memiliki status sosial yang tinggi.

Memang di lingkungan masyarakat status sosial sangat diperhatikan dan dari sanalah bahwa kita akan dihargai atau tidak.

Jika kita hanya memiliki status sosial rendah maka jangan pernah bermimpi yang memiliki status sosial tinggi akan menghargai kita, jika pun ada mungkin segelintir orang yang masih melakukannya tapi tidak berlaku untuk seorang Bu Asri.

"Jika Mas Abi sudah bekerja rumah rasanya sepi aku nggak tahu mau melakukan apa dan untuk keluar rumah pun ini masih terlalu pagi,"

Karena bingung mau melakukan apa jadi Kasih memilih pergi ke dapur untuk berkreasi membuat makanan atau kue yang bisa dinikmati saat santai. Dia bisa juga membawa ke tempat Abi bekerja untuk mereka nikmati berdua.

Dan pilihan sekarang Kasih ingin membuat kue kesukaan suaminya dan dia berencana siang nanti akan mengunjungi Abi untuk mengusir rasa bosan berada di rumah.

"Mau mbak bantu?"

Si mbak datang menghampiri Kasih saat melihat majikannya itu mulai menuangkan bahan-bahan kue.

"Tidak usah Mbak karena ini tidak terlalu repot, jika Mbak tidak ada kerjaan lagi lebih baik mbak istirahat,"

Untuk urusan perut suaminya Kasih tidak pernah memberikan kepada pekerja yang ada di rumah dan jika pun mereka memasak sarapan tapi setidaknya ada satu menu masakan hasil tangan Kasih sendiri.

"Ya sudah berarti Mbak jadi penonton saja,"

Jika kasih memang tidak ingin dibantu maka mereka tidak perlu memaksa sebab dia sudah tahu sifat dari majikannya ini.

Tapi walaupun tidak bisa membantu mereka tetap berada di sana siapa tahu tiba-tiba Kasih membutuhkan bantuannya.

"Mbak sibuk nggak hari ini?"

Kasih duduk udah kasih Mbak yang lagi berdiri sejak tadi melihat dia yang sibuk berkreasi sendiri dan sekarang adonan kuenya sudah masuk ke dalam oven hanya menunggu matang saja.

"Untuk pagi sampai siang ini pekerjaan Mbak sudah selesai,''

Walaupun kasih tidak pernah melarang si Mbak untuk duduk tapi dia masih kadang masih suka canggung jika berani duduk dekat majikannya ini.

"Nanti kita pergi belanja ya mbak aku sudah lama tidak belanja,"

"Boleh deh,"

Setuju sama ajakan Kasih karena si Mbak memang dia orang juga keluar untuk pergi belanja karena tugas untuk membeli bahan makanan sudah ada yang mengemban.

Si Mbak tugasnya lebih mengarah ke membuat makanan dan memantau pekerja yang ada di rumah ini.

Dan juga pergi bersama kasih dia sering dibelikan barang atau makan di tempat yang belum pernah dia kunjungi serta yang pasti harganya yang membuat kantong menjerit.

"Tapi sebelum itu kita mampir ke kantor Mas Abi dulu ya mbak buat antar makan siang,"

Mendengar denting suara oven yang menandakan kue yang dibikin kasih sudah matang buru-buru dia bangkit dari duduknya dan mengeluarkan dari oven.

"Tolong ya Mbak,"

Kasih memberikan bagian kepada si Mbak untuk mengemas kue itu setelah dia hias dan dia sekarang membuat makan siang untuk suaminya.

Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing Kasih mulai membuat makanan kesukaan suaminya.

Selesai membuat makanan Kasih berpamitan menuju kamar untuk bersiap-siap begitu juga dengan si mbak karena Kasih tidak ingin si Mbak keluar dengan menggunakan pakaian membuat mereka tampak berbeda.

Karena di mata Kasih tidak ada yang namanya majikan serta pembantu apalagi berada di luar rumah Kasih ingin pergi seperti lagi jalan sama temannya.

Selesai bersiap mereka berdua pergi menuju kantor Abi terlebih dahulu.

"Mbak tunggu di sini atau ikut aku ke dalam?"

Mereka sudah sampai di kantor yang menjulang tinggi di depan mereka ini.

"Mbak tunggu di mobil aja,"

Mbak tidak ingin terus menjadi saksi atas kemesraan majikannya dan dia lebih baik menunggu di dalam mobil daripada harus menodai mata sucinya.

"Baiklah mbak aku tidak akan lama hanya mengantar makanan ini saja,"

Kasih turun lalu berjalan memasuki lobby lalu menuju lift yang akan mengantarkan dia menuju ruangannya.

Sesekali dia berpapasan dengan karyawan yang menyapa ramah dirinya.

Kasih tidak pernah sombong atau mengabaikan sapaan mereka.

Karena di kantor ini mereka saling membutuhkan, karyawan tanpa perusahaan mereka tidak bisa apa-apa begitu juga sebaliknya perusahaan tidak akan maju jika tidak ada karyawan yang bekerja untuk kemajuan perusahaan ini.

Jadi kita tidak perlu merasa bahwa hanya kita yang membutuhkan mereka atau hanya mereka yang sangat membutuhkan kita.

"Sayang,"

Baru saja pintu ruangannya terbuka Abi sudah bisa menebak siapa yang datang karena aroma parfum istrinya sudah tercium di indra penciumannya.

"Aku bawakan makan siang serta kue buat Mas Abi tapi aku tidak bisa lama-lama,"

Kasih meletakkan paper bag yang sejak tadi dia tenteng di atas meja lalu menghampiri suaminya.

"Kenapa hanya sebentar? Apa tidak ingin menemani Mas makan dulu?"

Merangkul pinggang ramping itu lalu menarik duduk di atas pangkuannya.

"Aku mau izin Mas pergi bersama si mbak dan juga si Mbak sudah menunggu di bawah,"

Mengalungkan tangan ke leher suaminya lalu melakukan kecupan beberapa kali ke atas daging tak bertulang milik suaminya.

Abi yang tidak bisa hanya mendapatkan kecupan saja malah memperdalam ciuman di bibir istrinya.

Setelah beberapa saat tautan mereka akhirnya lepas dengan Kasih mengambil nafas sebanyak-banyaknya.

"Hati-hati dan selalu memberi kabar,"

Abi sudah tahu ini bukan kali pertama istrinya pergi bersama si mbak dan juga dia tidak masalah jika Kasih memanjakan si mbak yang sangat dekat dengan istrinya.