Ikutin kisahnya yang berakhir dengan perpisahan dan air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cha Yoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Dae melihat keakraban antara Mamanya dan kekasihnya. Sehingga dia merasa dicuekin.
"Ekhem ekhem....," Dia sengaja berdehem.
Ilyas menoleh kearah Dae, dia tersenyum melihat kekesalan yang terpancar di wajah Dae.
"Kenapa kamu Dae...?" tanya Mamanya.
"Ah gak apa-apa kok Ma, Dae cuma keselek doang," jawab Dae yang berkilah.
"Ya udah lanjutkan sarapan kalian. Mama mau berangkat dulu," ucap Mamanya sambil mengecup kening anaknya.
"Tante duluan ya nak Ilyas," ucap Mamanya Dae.
"Iya Tante, hati-hati dijalan," balas Ilyas.
Lalu Mamanya Dae pergi meninggalkan mereka yang masih sarapan.
Setelah kepergian Mamanya Dae. Ilyas melirik ke Dae.
"Ayo buruan sarapannya, nanti kamu terlambat," ucap Ilyas.
"Bentar ya Yas, nih juga lagi berusaha menghabiskan sarapannya loh...," balas Dae dengan santai.
Ilyas tak melanjutkan obrolannya. Dia memilih diam menikmati sarapan pagi buatan calon mertuanya.
Setelah Dae menyelesaikan sarapannya, dia mengajak Ilyas berangkat.
"Ayo berangkat, aku udah selesai," ucap Dae.
"Heum," balas Ilyas.
Lalu mereka berjalan ke depan dan masuk ke dalam mobil. Ilyas membawa mobilnya pergi meninggalkan rumah Dae. Mobil melaju dengan kecepatan sedang.
Selama perjalanan, Dae dan Ilyas tidak ada yang membuka suara. Jalanan pun tidak terlalu macem. Hanya beberapa lampu merah yang dilewati memakan waktu sedikit lama. Namun tak membuat mereka bersuara. Hingga akhirnya mereka sampai di Perusahaan tempat Dae bekerja.
"Nanti siang, kita sarapan bareng ya," pinta Ilyas yang memiringkan tubuhnya kearah Dae.
"Tapi aku gak tau Yas, bisa nggaknya nanti makan bareng kamu," balas Dae yang masih berada di dalam mobil.
"Kenapa? Aku tidak menerima penolakan. Nanti aku akan jemput kamu," ucap Ilyas yang tak mau di tolak.
"Nanti aku khabari," balas Dae.
"Baiklah, sampai ketemu jam makan siang."
"Hati-hati dijalan, khabari kalau sudah sampai di kantor," ucap Dae.
"Heum."
Lalu Dae keluar dari mobil Ilyas. Dia berjalan santai kearah pintu kantornya. Dae membalikkan badannya dan melambaikan tangannya ke Ilyas. Setelah itu mobil Ilyas pergi meninggalkan Perusahaan itu.
Dae pun masuk ke dalam dengan hati yang berbunga-bunga. Akhirnya dia memiliki kekasih yang mengantar, menjemput bahkan mengajak makan siang bersama. Sungguh Dae tak pernah memikirkan hal seperti ini.
Saat Dae berjalan sambil melamun, tak sengaja dia menabrak Presdirnya Edy yang baru saja sampai.
Edy yang baru sampai di Perusahaannya, menunggu di depan lift sendiri tanpa Asisstentnya. Dae yang melamun tak menyadari keberadaan Presdirnya hingga dia menabrak punggung Edy saat berdiri menyamping.
Edy terkejut dengan kejadian itu. Dia merasa kesal dan marah karena ada orang yang jalan tak menggunakan matanya. Lalu Edy berbalik hendak memarahi karyawannya. Namun saat dia bersitatapan dengan Dae, amarah yang tadinya sudah diujung lidah, meleleh karena Dae lah orang yang menabraknya.
"Oh ya ampuuun, matilah aku....!" umpat Dae terhadap dirinya sendiri.
"Bu Dae, kalau mau nabrak saya jangan dari belakang, tapi dari depan. Saya akan sangat senang menerimanya," ucap Edy dengan senyumnya.
"Apa dia bilang!? Dia nyuruh gw nabrak dari depan? Enak aja, untung di dia, rugi di gw dong. Dasar atasan mesum," bathin Dae sambil menatap Edy.
"Bu Dae, sepertinya anda sangat senang melamun kalau diajak ngobrol ya. Atau mungkin anda terpana melihat ketampanan saya ya," ucap Edy dengan percaya dirinya.
"What....! Saya terpana dengan Bapak? Hahaha, Presdir nih bisa aja. Mana mungkin saya berani terpana dengan Presdir yang jauh diatas saya," balas Dae sesopan mungkin.
"Hahaha, kalau Bu Dae tidak terpana melihat saya, kenapa Bu Dae mau membalas ciuman saya kemaren malam?" goda Edy dengan memain-mainkan alis matanya.
Dae spontan melotot kearah wajah Edy. Dia merasa kesal karena Presdirnya selalu mengingatkannya akan peristiwa kemaren. Peristiwa yang memalukan baginya.
Namun bagi Edy peristiwa itu sangat berkesan. Karena Dae lah perempuan pertama yang menyentuhnya. Dan itu sangat mempengaruhi pikirannya sepanjang hari.
"Maaf Presdir, sepertinya saya harus ke toilet secepatnya," elak Dae yang tidak mau satu lift dengan Presdirnya.
"Tunggu! Kenapa tidak dilantai atas aja?" ucap Edy.
"Keburu keluar Pak. Gak mungkin saya mengeluarkannya dihadapan Presdir kan?"
"Kalau hanya berdua saja, saya gak masalah," goda Edy.
Dae semakin kesal mendengar ucapan Presdirnya yang memalukan. Lalu tanpa permisi dia pergi meninggalkan Presdirnya yang dingin dan mesum.
Sedangkan Edy tersenyum puas bisa menggoda Dae di pagi hari. Ini merupakan hiburan sebelum bekerja. Edy hanya bisa menatap punggung Dae dari belakang, dan dia menggeleng-gelengkan kepalanya melihat aksi cemberut Dae.
"Aku akan mendapatkanmu Dae. Semoga kita bisa bersama nantinya," bathin Edy penuh harapan.
Edy jatuh cinta dengan Dae saat mereka bertemu pertama kali. Namun saat itu dia tidak mengetahui siapa perempuan yang menabraknya. Hingga akhirnya dia tau juga nama Dae dari Asisstentnya.
Lalu lift pun terbuka, Edy melangkah masuk ke dalam. Lift terus berjalan keatas sampai ke lantai ruangannya.
Sedangkan Dae yang beralasan ke toilet, sengaja bersembunyi dan mengintip Edy dari balik pot bunga yang besar. Setelah Dae memastikan bahwa Edy sudah tidak ada lagi, barulah Dae keluar dari persembunyiannya.
Dia melangkah dengan hati yang tenang. Dan menunggu di depan lift. Saat menunggu lift terbuka, dia dikejutkan dengan suara batuk seseorang. Dae terpaku diam tak bergerak. Dia takut untuk melihat orang yang berada dibelakangnya. Dengan inisiatif cerdas, Dae berbalik berjalan kearah toilet lagi.
Orang yang tadi sengaja batuk adalah, Pak Raffi, yang berdiri dibelakang Dae. Dia bingung melihat Dae memutar tubuhnya pergi langsung tanpa menoleh kearahnya.
"Apa dia sengaja menghindar dariku? Sialan si Dae, dia coba-coba menjauh dariku," umpat Raffi dalam hatinya.
Dae pun melakukan hal yang sama dengan Pak Raffi. Dia sengaja bersembunyi untuk menghindar dari Raffi. Setelah Raffi masuk ke dalam lift dan Dae sudah merasa aman, barulah dia berjalan cepat kearah lift.
Selama menunggu lift terbuka, Dae terus berdo'a supaya tidak bertemu dengan orang-orang yang tidak diinginkan Dae untuk dilihat. Lalu lift pun terbuka, Dae melangkah masuk ke dalam hingga ke lantai menuju ruangannya.
Setelah sampai diruangannya, Dae mendaratkan bokongnya dikursi kebesarannya. Dae merasa legah dan tenang untuk sesaat. Lalu dia pun mulai membuka leptopnya dan mengecek pekerjaannya.
Waktu pun terus berjalan, Dae masih setia dan fokus mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Dan dia juga segera menyelesaikan tugas yang belum kelar kemaren saat pertemuan di Perusahaan kekasihnya.
Hingga waktu jam makan siang, Dae masih mengerjakannya. Dia lebih mementingkan kerjaannya agar segera selesai daripada memikirkan makan siang. Tiba-tiba ponsel Dae berdering, dan dilayarnya tertera nama kekasihnya. 'Si Arogan'.
Dae pun segera mengangkat tlpnya dan menyahutnya.
"Assalamu'alaikum Yas!" sapa Dae.
"Wa'alaikumussalam yanx," sahut Ilyas.
"Ada apa ya?" tanya Dae yang tidak ingat dengan janjinya mengabari Ilyas.
"Aku udah berada di bawah. Aku gak menerima penolakan. Kalau kamu gak turun 5 menit lagi, maka aku yang akan naik ke ruangannya," ancam Ilyas.
Dae terkejut mendengar Ilyas sudah berada di bawah. Dai pun segera mematikan leptopnya dan menutupnya.
"Iya aku akan segera turun. Kamu tunggu aja di luar. Aku akan menemuimu di parkiran, ok!" ucap Dae yang mencoba bernegosiasi.
"Baiklah, aku tunggu di parkiran sekarang."
"Iya nih aku juga udah mau turun kebawah. Tunggulah sebentar," pinta Dae.
Lalu tlp pun dimatikan. Dae bergegas meninggalkan ruangannya dan menguncinya. Lalu dia buru-buru masuk ke dalam lift menuju lantai bawah.