Ayana Malika Ifana, harus rela menjadi pekerja terselubung demi membayar uang sekolah, dirinya bekerja disebuah perusahaan sebagai cleaning servis karena usianya yang belum genap 17 tahun, jadi dirinya dipekerjakan diam-diam oleh tetangganya yang bekerja bebagai kepala bagian, dan karena membutuhkan uang AMI panggilan nama singkatan miliknya, rela menjadi pekerja terselubung untuk mendapatkan uang.
Dan dirinya juga harus terjebak dengan pria yang dia panggil OM, pria itu yang sudah membuat dirinya kehilangan semua mimpinya.
Bagaimana Ayana Malika Ifana, bisa melalui ujian hidupnya, dan dipertemukan dengan pria yang sudah matang untuk usianya yang belum genap 17 tahun.
Yukk ah, kepoin ceritanya, hanya di NovelToon, jika terdapat cerita yang sama maka itu adalah plagiat, karena saya hanya membuat karya ini hanya di NovelToon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gagalnya acara
Plak
Ami mendorong kuat dada Nathan dan menampar pria yang sudah kurang ajar padanya.
Tanpa kata, Ami meninggalkan Nathan dengan tatapan penuh kemarahan.
"Nat, dari mana saja kamu." Allan menghampiri putranya yang baru saja tiba, namun melihat wajah Nathan membuat Allan tidak bisa menebak apa yang terjadi.
"Nak, kamu sudah siap?" Indira menyentuh bahu Nathan.
"Saya rasa acaranya bisa dimulai sekarang." Ucap Tuan Mahendra yang berada di belakang Nathan. Sejak tadi beliau sudah tidak sabar menunggu acara dimulai apalagi sejak tadi Nathan tidak terlihat membuatnya merasa was-was.
"Ya, sebaiknya begitu. kasihan para tamu sudah menunggu." Timpal Nyonya Mayang istri Tuan Mahendra.
Sedangkan Maudy menatap Nathan yang sejak tadi sama sekali tidak meliriknya, padahal dirinya sudah terlihat sangat cantik dengan gaun yang dia pakai, tapi sepertinya Dimata Nathan tidak menarik sedikit pun.
"Nak, jangan buat papa dan mama malu." Bisik Indira yang melihat ketidaksukaan diwajah putranya.
Tanpa menjawab Nathan segera mengambil kotak cincin yang sedari tadi Mama nya pegang. "Demi mama aku lakukan ini." Ucap Nathan menatap Indira dalam. Perasaanya berkecamuk ekor matanya sejak tadi mencari-cari seseorang yang sudah membuatnya khilaf.
"Baiklah kita mulai acara pertunangan antara kedua pasangan kita malam ini yang sangat serasi tampan dan cantik, duh bikin kita semua terpsona dengan wajah rupawan mereka." Ucap MC yang langsung melakukan tugasnya setelah mendapat arahan dari Allan untuk segera memulai acaranya.
Allan membuka kotak cincin berlian yang dirinya sama sekali tidak berminat, dengan malas Nathan memakaikan cincin di jari manis Maudy yang sudah tersenyum lebar dengan jantung yang berdebar-debar, karena sebentar lagi dirinya akan bertunangan dengan pria idaman setiap para wanita dan dialah yang akan menjadi pemenang nya.
Nathan mendongak ketika telinganya mendengar kasak kusuk para tamu undangan, dan semakin lama semakin ramai terdengar, bukan hanya Nathan tapi juga dengan Indira dan Allan yang merasa penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.
Cincin yang sebentar lagi terpakai dijari manis Maudy mendadak berhenti ketika tangan Nathan tidak jadi memasangkannya. "Nat, kenapa berhenti." Ucap Maudy dengan raut wajah yang kecewa bercampur marah. Nathan menatapnya sekilas tidak peduli.
"Maaf, semua bisa tenang kembali, tolong jangan bikin gaduh seperti pasar ayam." Ucap MC mencoba untuk meminta perhatian kembali.
"Pak Allan maaf kami hanya tidak menyangka jika putra Anda melakukan hal yang memalukan apalagi sampai tersebar foto-foto seperti ini." Ucap salah satu rekan Allan, yang memegang beberapa lembar foto.
"Foto? maksud anda apa pak." Allan mendekati orang itu dan mengambil foto yang mereka maksud, bahkan banyak tamu undangan yang membawa foto yang sama, entah dari mana mereka mendapatkan foto itu secara tiba-tiba.
Allan menatap foto itu dengan rahang mengeras, foto dimana Nathan sedang mencium seorang gadis, dan Allan tahu persis dimana tempatnya, apalagi pakaian yang Nathan kenakan persis seperti yang dia pakai sekarang.
"Pah.." Indira yang melihatnya menutup mulutnya tak percaya. Dan Nathan langsung menghampiri untuk melihat foto apa yang mereka semua bicarakan.
Bugh
Satu pukulan keras mendarat tepat disudut bibir Nathan dari papanya.
"Pecundang." Allan melempar beberapa lembar foto itu kepada Nathan dan jatuh berserakan di lantai. Allan pergi dari sana dengan wajah marah dan merasa malu, Indira pun langsung mengikuti suaminya, tanpa peduli Nyonya Mayang yang terus memanggilnya.
Nathan mengepalkan kedua tangannya, tatapan matanya tajam menatap foto dirinya yang mencium paksa gadis di lorong toilet dan Nathan tidak menyangka ada orang yang berani mengambil gambarnya.
Entah harus marah atau bersyukur yang jelas untuk saat ini dirinya terbebas dari pertunangan yang tidak dia inginkan, dan pasti Nathan akan mendapat amukan lagi dari kedua orang tuanya.
"Maaf untuk semuanya, acara malam ini terpaksa kami batalkan, saya selaku yang bersangkutan meminta maaf yang sebesar-besarnya karena sudah membuat pesta yang tidak nyaman." Nathan menunduk untuk meminta maaf dan memberi hormat.
Seketika air mata Maudy berderai tak terbendung.
"Sialan, kalian akan menanggung rasa malu kami."Tuan Mahendra menatap Nathan tajam dengan penuh ancaman. "Saya pastikan rasa sakit hati putri kami akan terbalaskan." Setelah mengatakan itu Tuan Mahendra langsung pergi diikuti Nyonya Mayang yang juga marah dan malu dengan menggandeng tangan Maudy.
Maudy menoleh kearah Nathan dengan tatapan meminta agar Nathan tidak membatalkan acara ini, agar mereka bisa kembali bertunangan. Namun sepertinya tatapan Maudy tak berpengaruh pada Nathan yang hanya diam dengan tatapan datar.
Pesta yang awalnya akan menjadi kebahagiaan kini berubah berantakan karena sebuah kejadian, dan itu dibuat sendiri oleh Nathan.
Brak
Allan membuka pintu kamar hotel dengan kasar. Dirinya menghempaskan tubuhnya di atas sofa.
Indira mengikuti suaminya masuk dan duduk disebelahnya.
Melihat suaminya memejamkan mata Indira tidak berani untuk bicara, dirinya tahu suaminya pasti sedang menahan amarah karena putra mereka.
"Kenapa putramu itu bisa melakukan hal seperti itu." Ucap Allan tanpa membuka kedua matanya.
Baru kali ini dirinya dipermalukan oleh putranya sendiri didepan banyak rekan nya dan di depan umum.
"Sudahlah, mungkin memang dengan cara ini Tuhan membatalkan pertunangan mereka." Ucap Indira dengan mengelus rambut suaminya.
Allan membuka kedua matanya menatap istrinya intens.
Indira hanya menampilkan senyum, senyuman manis yang Allan sukai.
.
.
"Nat," Ando menghampiri Nathan setelah mencari tahu apa yang sedang terjadi. "Tidak ada yang tahu berasal dari mana foto-foto ini, dan mereka hanya mendapatkan lewat orang perorang." Ucap Ando memberi informasi.
Nathan hanya diam, "Gadis itu?"
"Dia sudah pulang sejak tadi, bahkan teman yang membawanya kemari juga mencarinya karena tidak ada." Tutur Ando membuat Nathan berpikir, apakah setelah kejadian tadi gadis itu langsung pergi dari hotel ini.
Nathan tersenyum tipis, membuat Ando mengernyit bingung.
"Menurutmu aku harus berterima kasih pada siapa? gadis itu atau orang yang sudah menyebarkan foto itu?" Tanya Nathan dengan bibir yang masih membentuk senyum, membuat Ando heran.
"Karena mereka berdua aku tidak jadi bertunangan dengan wanita itu." Nathan malah tertawa. "Akhirnya Tuhan mengirimkan dewa penolong untukku." Nathan berteriak di balkon kamar hotelnya dengan perasan senang karen gagal bertunangan.
'Lah, jangan sampe deh dia oleng.' Batin Ando yang melihat Nathan seperti orang yang menang lotre.
"Nat, gue pikir orang yang batal bertunangan akan merasa sedih dan kecewa, tapi lu malah seperti orang menang lotre." Ucap Ando yang juga ikut berdiri disamping Nathan, sama-sama menatap langit malam yang banyak bertaburan bintang.
"Itu kalau gue cinta sama dia, dan itu tidak akan mungkin terjadi."