NovelToon NovelToon
Diagnosa Cinta Istriku

Diagnosa Cinta Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Identitas Tersembunyi / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cchocomoy

Anindya Selira, panggil saja Anin. Mahasiswa fakultas kedokteran yang sedang menempuh gelar dokter Sp.Dv, lebih mudahnya spesialis kulit.

Dengan kemurahan hatinya dia menolong seorang pria yang mengalami luka karena dikejar oleh penjahat. Dengan terpaksa membawa pria itu pulang ke rumahnya. Pria itu adalah Raksa Wirajaya, pengusaha sukses yang memiliki pengaruh besar.

Perbuatan baiknya justru membuat Anin terlibat pernikahan paksa dengan Raksa, karena mereka berdua kepergok oleh warga komplek sekitar rumah Anin.

Bagaimana hubungan pernikahan mereka berdua?

Akankah mereka memiliki perasaan cinta satu sama lain?

Atau mereka mengakhiri pernikahannya?

Yuk baca kisah mereka. Ada 2 couple lain yang akan menambah keseruan cerita mereka!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cchocomoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Air Mata tidak Berbohong

Raksa menarik tangan Anin hingga membuatnya berdiri. Sudah cukup lama Raksa meminta untuk bicara, tapi Anin tidak memperhatikannya.

“Apa? Apa yang ingin kamu bicarakan?” tanya Anin dengan malas.

“Tidak bisakah kamu melihatku?”

Anin langsung menatap Raksa, “Katakan.”

Raksa menghela nafasnya, mencoba menahan dirinya agar tidak emosi. Ia sadar jika diabaikan seperti ini membuatnya kesal.

“Aku minta maaf karena sudah menyembunyikan ini. Tapi bukan itu point pentingnya, aku minta maaf untuk kesalahanku lima tahun ini.” Raksa menatap ke dalam mata Anin.

“Aku tidak ingin membahas itu. Untuk saat ini aku seorang dokter, membantumu menjadi tugasku. Sekarang, lakukan apa yang harus dilakukan,” balas Anin.

Anin kembali duduk, melanjutkan pekerjaannya. Meski ia sangat kesal dengan Raksa, tapi ia tidak bisa mengabaikannya. Karena selain suaminya, Raksa juga pasiennya.

“Nanti malam kita perlu bicara,” ucap Raksa.

Raksa mendekat, mencium kening Anin, dan beranjak keluar dari ruangan Anin.

“Semua baik-baik ajakan?” tanya Bima begitu melihat Raksa keluar. Raksa mengangguk, dari cara Bima melihatnya, sudah pasti jika ada yang ingin ditanyakan oleh Bima padanya.

“Jika ada yang ingin ditanya, tanyakan saja. Tidak perlu melihatku seperti itu,” ketus Raksa.

“Aku cuma mau memastikan satu hal. Apa dokter Anin benar istrimu?” tanyanya dengan penasaran. Begitu juga dengan Larisa yang menunggu jawaban dari Raksa.

“Hmm.” Raksa mengangguk.

“Jadi selama ini kamu tidak tau jika istrimu seorang dokter spesialis?” Raksa menggeleng.

“Mungkin semua ini sudah takdir untukmu, orang yang selama ini kau hindari, justru dia yang akan membantu. Bahkan dia juga menyelesaikan masalahmu. Jika yang dikatakan dokter Anin benar, aku harap kamu menuntut dokter yang sudah mendiagnosis secara asal,” usulnya.

“Tentu saja! Aku tidak akan membiarkan mereka semua hidup tenang. Setelah membuatku dan Anin mengalami semua ini!!” sarkas Raksa dengan sorot mata yang tajam.

“Lalu bagaimana dengan Anin?” tanya Larisa.

“Setelah ini aku akan meminta maaf karena sudah mengabaikannya Anin. Aku tau Anin tidak akan memaafkanku begitu saja, tapi aku mencintainya. Apapun caranya aku akan berusaha mendapatkan dia kembali.”

“Dia juga mencintaimu,” sahut Larisa yang berhasil membuat Raksa terkejut.

“Dia mencintaimu, tapi dia sudah lelah. Karena itu dia meminta cerai.”

“Su-sungguh?”

“Sudah cukup, kita bahas semua nanti setelah semua selesai. Bukan aku mau mematahkan harapanmu, tapi saat ini alangkah baiknya kamu memastikan kondisimu.”

“Itu benar, jika semua sudah jelas. Kamu bisa kembali mengejar Anin, yakinkan dia. Aku sangat yakin jika dia masih mencintaimu,” imbuh Larisa yang setuju dengan ucapan suaminya.

Raksa mengangguk, “Baiklah. Terima kasih atas nasehatnya. Sekarang mari selesaikan prosedur tesnya, aku ingin tau apa hasilnya.”

“Ayo.” Bima dan Raksa pergi meninggalkan Larisa yang masih berdiri di depan ruangan Anin.

“Aku harap ini awal kebahagianmu. Aku bisa melihat jika Raksa sangat mencintaimu. Aku tau jika yang dilakukannya salah,” gumamnya.

Larisa masuk kembali ke dalam ruangan Anin, bertepatan dengan Anin yang baru saja menyeka air matanya.

“Anin.”

“Ya?”

“Kamu baik-baik aja?” tanya Larisa yang tau benar jika Anin berusaha berusaha terlihat biasa saja.

“Tentu, memangnya aku kenapa?” Anin mendongak menatap Larisa.

“Jangan sembunyikan apapun dariku, jika kamu mau menangis maka menangislah. Melihatmu seperti ini membuatku merasa sangat sakit,” lirihnya.

“Sebelumnya terima kasih sudah mengerti diriku, tapi aku tidak apa-apa. Untuk masalah ini biarkan aku yang menyelesaikannya sendiri. Bertahan atau tidak, untuk saat ini aku tidak bisa menentukannya. Semua pasti menemukan jalannya sendiri,” ungkapnya dengan suara yang tertahan.

Larisa berjalan mendekati Anin, ia memeluk Anin dari samping. “Jangan pernah merasa sendiri, aku ada bersama denganmu. Jika kamu sudah tidak bisa menahannya, aku harap kamu bisa melampiaskannya padaku.”

Anin membalas pelukan Larisa, pelukan ini membuat Anin merasa lebih baik.

“Aku tau, mana mungkin aku melupakannya. Tapi aku baik-baik aja, tidak ada yang perlu kamu cemaskan. Lagi pula aku sudah pernah melewati luka-luka ini selama lima tahun. Tentunya masalah ini mudah untuk aku lewati,” tegasnya. Anin meyakinkan Larisa jika dirinya bisa melewatinya.

“Aku percaya jika kamu pasti bisa. Jika kamu butuh sesuatu katakan padaku, maaf aku tidak bisa menemanimu. Aku harus kembali ke ruangan karena sudah ada pasien yang menunggu diriku.”

Anin memegang tangan Larisa, “Pergilah. Lakukan pekerjaanmu, aku baik-baik aja. Jangan pikirkan mengenai diriku,” ujarnya yang meyakinkan Larisa.

“Baiklah, aku pergi.” Sebelum Larisa pergi, ia menyeka sisa air mata Anin.

“Aku hanya ingin melihat air mata ini keluar karena kebahagiaan, bukan kesedihan.” Larisa menatap jarinya yang terdapat air mata Anin.

“Pergilah, tidak lama lagi suamimu dan Raksa pasti akan kembali. Melakukan tesnya tidak memakan banyak waktu, tapi menunggu hasilnya yang lama.”

“Benar, kalau begitu aku pergi sekarang.” Anin mengangguk. Ia menatap Larisa yang sudah tidak terlihat dari pandangannya.

Detik itu juga air mata Anin kembali mengalir membasahi pipinya. Sesegera mungkin Anin menyekanya, ia tidak ingin ada orang yang melihatnya bersedih.

Benar saja, tidak lama kemudian Raksa sudah kembali. Tapi kali ini Raksa datang seorang diri. Karena Bima sedang menunggu hasil pemeriksaan Raksa.

Raksa duduk di depan Anin yang sibuk dengan beberapa laporan. Wajahnya serius, menatap laporan itu. Ingin sekali Raksa mencoba bertanya, tapi ia takut mengganggu Anin.

“Jika ada yang ingin kamu tanyakan mengenai kondisimu, silahkan saja. Diluar itu aku tidak akan menjawabnya,” ucapnya yang masih tidak berpaling tatapannya dari laporan itu.

“Jadi, penyakit apa yang aku alami?” tanya Raksa yang memberanikan diri. “Dan kenapa tubuhku selalu ada bintik merah dan juga ruam?”

Anin menutup berkas yang ia pegang, “ Bintik merah dan ruam bisa terjadi reaksi dari tubuhmu yang tidak bisa menerima makanan ataupun suhu. Bisa juga karena udara yang kotor, sehingga menimbulkan ruam dan bintik kemerahan. Menurutku itu bukan sesuatu yang berbahaya, jika diagnosis awal ku ini benar. Pak Raksa hanya perlu menjaga pola makan dan kondisi tubuh harus benar-benar bersih. Dan—”

“Dan apa?”

“Pak Raksa tidak bisa menggunakan pelembab tubuh yang sembarang. Karena itu akan memperparah reaksinya. Kita akan lihat hasilnya, jika benar saya akan buatkan racikan khusus. Mungkin akan dua jenis, yang pertama harus digunakan setiap hari. Dan yang kedua bisa dipakai saat bintik dan ruam muncul,” jelas Anin.

Anin benar-benar menunjukan keprofesionalan nya sebagai dokter. Ia tidak mencampuradukkan masalah pribadi dengan pekerjaannya.

“Baiklah, saya mengerti. Dan sekali lagi aku minta maaf, aku harap nanti malam kamu mau bicara denganku,” pinta Raksa dengan wajah yang memelas.

“Aku tidak bisa—”

1
partini
dihhh laki laki ko ngiri nanyakn perempuan dihhhh anehhh
partini
wkwkkwk lima tahun di tahan ya meledak,,aihhh ga boleh lama" yah dosa loh nolak 😂😂
partini
lah malah di suruh menjauh kemarin minta cerai gara" ga di sentuh
partini
hayo 5 tahun loh dr cuekin
partini
dah di persilahkan Kokop mengkokop 😂
partini
👍👍👍👍👍 lanjut thor
partini
bagaimana Rekasi mereka berdua biak bertemu dokter dan pasien pasti seru
partini
penyakit kulit Ampe segitunya penyakit kulit apa Thor
suamiku jg ada tapi ga nular tapi juga ga sembun sampe sekarang aneh segala obat udah hasil ya sama ,
partini
ruwet sekali
partini
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!