NovelToon NovelToon
Fall In Love At The First Night

Fall In Love At The First Night

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Romansa / Konflik etika
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Irish_kookie

Anaya White memaksa seorang pria asing untuk tidur dengannya hanya untuk memenangkan sebuah permainan. Sialnya, malam itu Anaya malah jatuh cinta kepada si pria asing.
Anaya pun mencari keberadaan pria itu hingga akhirnya suatu hari mereka bertemu kembali di sebuah pesta. Namun, siapa sangka, pria itu justru memberikan kejutan kepada Anaya. Kejutan apa itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irish_kookie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Panjat Saja dan Taklukanlah!

Jack terperangah mendengar pernyataan Josh yang sangat jujur itu. Dia tak pernah menyangka kalau cinta Anaya tidak pernah bertepuk sebelah tangan.

"Kau tidak bisa mencintainya, Tuan Grebel! Bahkan bermimpi untuk memilikinya pun kau tidak layak!" tukas Jack tak mau kalah.

Josh mendengus, lalu menyimpulkan senyumnya. "Lalu? Aku tidak mengatakan kalau aku ingin dia menjadi milikku. Aku hanya ingin kau tau kalau aku mencintainya."

"Aku bahkan ingin satu dunia ini tau kalau aku mencintai Anaya White," lanjut Josh lagi.

Ada kegetiran dalam suaranya saat dia mengucapkan itu.

Kerinduannya, keinginannya, bahkan impiannya untuk bisa mencintai Anaya begitu meluap-luap ketika dia berpikir dia sudah melupakan gadis itu.

"Kau gila, Tuan Grebel! Tapi, tenang saja. Aku tidak membiarkan Anaya jatuh cinta lebih dalam kepadamu! Aku bersumpah!" Jack pergi dengan langkah cepat, tapi Josh tetap berdiri di tempatnya, membiarkan kejujuran barusan merayap kembali ke dadanya.

Entah apa yang terjadi pada dirinya hari itu. Dia gila, ya! Akhirnya dia menyatakan cintanya pada Anaya, walaupun gadis itu tidak pernah mendengar perasaan tulusnya itu.

Di dalam lubuk hatinya, Josh takut Anaya akan menjauh karena mencintai Jack atau pria lain dan dia tak akan membiarkan itu hal terjadi.

Dia menarik napas, melirik ke lorong tempat Anaya menghilang. Gadis itu tidak tahu apa pun yang baru saja terjadi.

Untung saja. Josh tidak sanggup membayangkan bagaimana wajah Anaya jika dia mendengar pengakuan tidak masuk akal itu. Cinta yang sudah dia tanam, dia kubur, dia biarkan membusuk jika perlu ternyata tetap hidup.

Ponselnya bergetar, mengingatkan jadwal meeting dengan Robert White. Lagi-lagi, nasib mempertemukannya dengan Anaya hari ini.

"Argh, sialan! Aku lupa meeting dengan Tuan White!" umpat Josh.

Tak lama, dia menghampiri Anaya di kamar hotelnya.

Saat pintu kamar Anaya dibuka, Josh langsung melihat Anaya.

Gadis itu duduk tegak, mencoba tampak profesional, tetapi Josh menangkap detail-detail kecil yang selalu dia kenali.

Jemarinya menyentuh liontin kalungnya. Bahunya mengerut. Kakinya menggoyang pelan di bawah meja.

Anaya sedang cemas, dan Josh membencinya karena dia bisa tahu hanya dalam tiga detik. "Josh?"

"Nona, Tuan White ingin bertemu dengan kita siang ini," kata Josh menahan keinginan luarnya untuk memeluk Anaya.

Anaya berjalan cepat ke arah Josh. Dia memukul pundak Josh dengan cukup kencang hingga pria itu sedikit terhuyung ke belakang.

"Apa-apaan kau ini, Josh! Kemarin kau peduli padaku, hari ini kau sedingin kulkas tiga pintu! Pagi kau manis padaku, tapi saat malam kau sepahit Americano dengan extra shoot! Apa-apaan kau ini, huh!" Air mata Anaya mengalir deras tanpa diperintah.

Gadis itu tak ingin bersusah payah menghapus air matanya. "Kau lihat? Aku sakit karenamu, Josh!"

"Kalau kau mencintaiku, dobrak saja tembok sialan ini dan ajak aku untuk hidup bersamamu!" lanjut Anaya lagi di sela-sela tangisnya.

Berbeda dengan Anaya, Josh justru terlihat tenang. Dia hanya berdiri terpaku sambil memegang sekotak tissu.

Dia mengeluarkan tissu selembar demi selembar dan memberikannya pada Anaya.

Tak lupa, dia mengambilkan air hangat untuk menenangkan gadis yang sedang histeris itu.

"Kenapa sih, Josh? Aku sedang berbicara dan kau sibuk mengambil ini itu! Kenapa kau tidak mendengarkanku?" protes Anaya kesal.

Josh menjawab dengan suara datar. "Kau menangis dan pasti butuh tissu, kan? Kau juga berteriak-teriak, jadi aku mengambilkanmu air hangat supaya tenggorokanmu tidak sakit."

Anaya mengambil tissu itu dengan kasar dan mengusap air matanya. "Kau benar-benar tidak peka, Josh! Aku benci padamu!"

"Sudah selesai? Kalau sudah selesai menangis, ayo kita jalan! Ayahmu sudah menunggu," kata Josh datar dengan raut wajah tanpa ekspresi, lalu berlalu begitu saja.

Dari belakang, Anaya berjalan cepat mendahului Josh. "Kau di belakangku!"

Josh menundukkan kepalanya. "Baik, Nona."

Setibanya mereka di restoran, Robert beserta asistennya sudah menunggu di sana.

Robert menyambut Josh dengan ramah, lalu mengalihkan pandangan ke putrinya. "Ah, akhirnya kalian datang juga."

"Duduklah. Josh kau boleh tetap di sini bersama Anaya," kata Robert pelan. Lalu, dia melanjutkan kembali ucapannya, "Ada hal yang ingin saya katakan pada kalian berdua."

Josh diam. Anaya juga. Seperti biasa, mereka sama-sama menjaga jarak, padahal jarak itu sendiri semakin melelahkan setiap kali mereka bertemu.

"Saya ingin berterima kasih," kata Robert. "Terutama kepada Anda, Tuan Grebel. Anda sudah membantu Anaya melewati situasi yang cukup sulit. Saya menghargainya."

Josh hanya mengangguk. Dia tidak berani menoleh karena dia tahu Anaya sedang memperhatikannya.

Gadis itu selalu begitu, berpura-pura tidak peduli, padahal matanya sering kali memohon jawaban yang tidak pernah bisa Josh berikan.

Robert melanjutkan, kali ini menatap putrinya lebih lama. "Tapi kau membuat masalah, Nay. Dan sebagai konsekuensinya, kau dapat hukuman kecil."

Anaya langsung mendengus dan merapatkan kedua tangannya. "Dad, please ...,"

Robert menggeleng. Dia tidak mau menerima “Kau harus ikut pelatihan intensif bersama Tuan Grebel selama tiga hari, mulai besok."

Keheningan menyergap ruangan. Anaya memekik kecil. "No, Dad! No way!"

Josh hanya sempat melirik satu kali, hanya satu, tapi cukup untuk membuat dadanya melorot.

Gadis itu mengekspresikan kagetnya dengan cara yang membuatnya ingin tersenyum tapi juga memukul dirinya sendiri.

Dia menunduk cepat-cepat, berusaha kembali menjadi profesional. "Ehem! Baik, Tuan. Saya akan membantu Nona White dan membimbing putri Anda supaya layak menjadi pemimpin White Companies selanjutnya."

Robert mengangguk-angguk dan terkekeh bangga. "Hehehe, bagus! Aku ingin lihat hasilnya, tapi Josh, jangan terlalu keras pada putriku, ya. Hehehe."

Hari pertama pelatihan datang lebih cepat daripada yang Josh harapkan. Dia berusaha keras menutup semua emosi dan menjaga jarak.

Namun, ada saja momen yang membuat keduanya canggung dan harus menahan diri mereka untuk tidak jatuh kesekian kalinya.

Seharusnya ini menjadi hal yang mudah untuk Josh. Namun, ketika Anaya muncul dengan rambut berantakan karena terburu-buru, semua pertahanannya langsung retak seperti kaca yang dilempar batu.

"K-kau habis kena badai?" tanya Josh berusaha menutupi debaran hebat di jantungnya.

Anaya memberengut sambil merapikan rambutnya. "Tidak usah komentar!"

Di waktu lain, saat Josh fokus bekerja, dia melihat Anaya kesulitan membuka file. Josh segera memajukan kursinya, mengambil laptop itu, dan memperbaikinya tanpa diminta.

Anaya hanya menatapnya lama. Josh pura-pura tidak sadar, padahal jantungnya berdentang kencang.

Ketika Anaya hampir tersandung kabel proyektor, tongkat refleks Josh kembali aktif.

Tangannya terulur, menangkap pinggang gadis itu dan menahan tubuhnya agar tidak jatuh. "Kau baik-baik saja?"

Anaya mengangguk dengan gugup dan wajahnya menjadi semerah tomat. "Y-ya."

Sentuhan singkat itu cukup untuk membuat tenggorokan Anaya kering.

“Lain kali, berhati-hatilah!” kata Josh lagi dengan datar.

Anaya mendengus, tetapi dia tidak dapat menyembunyikan semburat merah di wajahnya. "Cih! Bukan urusanmu!"

Saat istirahat, tiba-tiba saja Josh berdiri sambil membuka tutup botol minum dan mendorongnya ke meja Anaya. “Minumlah!"

Anaya mematung lagi. "Kenapa kau selalu mencampuri urusanku, sih! Aku bisa membukanya sendiri karena aku bukan bayi yang harus selalu kau urus!"

Josh menyeringai lebar. Persis seperti saat pertama kali mereka bertemu dan sontak saja, Anaya menahan jantungnya untuk tetap di tempatnya. "Minum saja, Nona White."

Hari kedua berjalan lebih buruk. Josh tampil setenang es, tapi dia bergerak ke arah Anaya setiap kali gadis itu memerlukan bantuan.

Saat suara Anaya mulai serak, Josh mengambil alih presentasi tanpa perlu dipanggil. Ketika rambut gadis itu jatuh menutupi wajahnya, tangannya bergerak cepat membetulkannya, lalu kembali ke keyboard tanpa komentar.

“T-terima kasih,” ucap Anaya pelan.

Gadis itu masih dibuat bingung dengan tingkah Josh yang terlihat dingin dan cuek tapi sanggup membuat jantung Anaya tak karuan.

Josh hanya menyahut tanpa menoleh. “Fokus.”

Hari ketiga adalah hari paling kacau. Anaya datang dengan wajah lelah dan gelisah seolah ada yang dia pikirkan.

Sementara Josh, pria itu sama seperti kemarin. Terlihat dingin, tetapi di lain waktu dia akan berubah menjadi seperti seorang pahlawan.

Josh membantu Anaya dalam banyak hal dan tidak disadari oleh banyak orang.

Dia menarik kursi untuk Anaya, menutup jendela sebelum gadis itu kedinginan, mengatur suhu ruangan, menyerahkan pulpen, memberikan notes baru ketika notes yang lama penuh dan semua tanpa diminta.

Anaya akhirnya meledak saat sesi terakhir. “Bisakah kau berhenti memperlakukanku seperti ini?”

Josh mengangkat kepala perlahan. “Seperti apa?”

“Seperti-sepertisekarang ini! Kau memerlakukanku seperti anak kecil yang rapuh dan mudah rewel!" jawab Anaya kesal.

Josh menarik napas panjang. "Apa itu mengganggumu?"

Anaya mengacak-acak rambutnya yang terkuncir rapi sehingga berantakan. "Tentu saja, Bos! Apa maksudmu melakukan hal seperti itu?"

"Kau membuatku gila, Josh! Apa kau tau, aku sudah memutuskan untuk tidak meletakkan harapanku lagi padamu karena kau, entahlah! Istrimu memintamu untuk mencabut gugatan cerai artinya kalian tidak jadi berpisah dan itu artinya aku harus membuang cintaku untukmu!" Anaya kembali berbicara dengan frustrasi.

Lalu, dia bertolak pinggang dan menatap Josh dengan tatapan lelah dan bingung. "Tapi, kalau kau seperti itu, bagaimana aku bisa membuang cintaku, Josh?"

"Kau membuatku semakin jatuh cinta padamu! Kau membuatku gila, Josh!" Anaya terhenyak di kursi kerjanya.

Dia menangis putus asa sambil menutupi wajah dengan kedua tangannya.

Josh menghampirinya dan membuka tangan yang menutupi wajah Anaya. "Hei, maafkan aku karena sudah membuatmu bingung, Nay."

"Aku juga tidak tau apa yang kulakukan kepadamu. Yang aku tau, aku sakit saat mendengar kau membuang cintaku," kata Josh lagi.

Kata-kata Josh membuat Anaya semakin bingung. Apalagi, ucapannya setelah itu. Josh berkata, "Aku tidak mau kau melupakanku atau melupakan kita, Nay."

Kalimat itu seolah menggantung di udara. Anaya mengerenyitkan keningnya. "A-apa maksudmu, Josh? Apa maumu?"

"Aku tidak ingin kau lupakan dan aku akan berusaha memanjat dinding itu. Aku akan mendobrak segalanya untukmu, Nay. Aku tidak bisa melupakanmu dan aku tidak sanggup jauh darimu," kata Josh pelan dan setelah itu, dia mendaratkan ciumannya yang lembut di bibir Anaya yang basah karena air mata.

***

1
Sophia
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!