Rumah tangga yang baru dibina satu tahun dan belum diberi momongan itu, tampak adem dan damai. Namun, ketika mantan istri dari suaminya tiba-tiba hadir dan menitipkan anaknya, masalah itu mulai timbul.
Mampukah Nala mempertahankan rumah tangganya di tengah gempuran mantan istri dari suaminya? Apakah Fardana tetap setia atau justru goyah dan terpikat oleh mantan istrinya?
Ikuti kisahnya yuk.
IG deyulia2022
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Suasana di Dapur Yang Menegang 2
Bu Diana dan Dana menatap interaksi antara Nala dan Rani yang intens, mereka terlihat hangat.
"Raina, minta maaf sama Tante Nala seperti Rani. Nanti setelah ini kalian boleh main lagi di luar," ujar Dana, mengalihkan tatap pada Raina.
Wajah Raina cemberut, dia seperti tidak mau meminta maaf. "Ayo, Nak."
"Raina...." Bu Diana ikut menyebut nama Raina, entah apa maksudnya.
Raina terpaksa berbalik, lalu menghampiri Nala. "Tante aku minta maaf," ucapnya tanpa menatap.
"Iya, nggak apa-apa."
Nala membalas, lalu kembali fokus dengan mangkok yang kini sudah berisi es rujak yang esnya mulai mencair.
Setelah itu, Nala bergegas meninggalkan dapur, tidak lupa dia membawa mangkok yang berisi es rujak tadi. Nala memilih menikmati es rujak yang sudah tumpah tadi di atas.
Tanpa menyapa lagi siapa-siapa, ia berlalu sambil membawa rasa kesal yang masih ada terhadap Bu Diana dan suaminya.
"Istrimu itu sepertinya kesal. Dia pergi tanpa permisi sama mama atau kamu." Bu Diana bicara setelah Nala sudah jauh.
"Iya, Ma. Biarkan saja, lagian Raina dan Rani memang salah."
Dana berlalu dari dapur, ia berusaha menyusul Nala yang sikapnya masih sama seperti tadi pagi dan kemarin.
Bu Diana menatap kepergian Dana dengan perasaan kesal. "Dana ini, pasti setelah ini dia juga minta maaf atas kelakuan Raina dan Rani pada Nala. Memang si Nala itu, masih saja manja dan kekanakan begitu, merajuk ingin cari perhatian."
Di lantai atas, Nala sedang menikmati es rujak. Dia begitu menikmatinya. Sebelum makan, dengan gerakan refleks tangan kirinya meraba perut yang masih rata.
"Sayang, anak mama, alhamdulillah kamu masih selamat. Kamu harus kuat, biar mama ada teman curhat. Sehat-sehat sampai lahiran nanti, ya."
Setelah itu Nala menikmati es rujak yang sudah beberapa hari terakhir ini jadi idamannya.
Kini, Nala bisa menikmati es rujak itu, dengan perasaan hati senang. Padahal sebelumnya ia sempat sedih, karena es rujak itu jatuh.
Tidak berapa lama, Dana yang menyusul, kini sudah berada di lantai atas, lalu ikut duduk di samping Nala.
"Sayang, aku minta maaf atas kejadian tadi, ya." Dana meminta maaf. Tapi, matanya fokus pada Nala yang menikmati es rujak dengan sangat lahap.
Jujur saja, Dana merasa iba. Sebab es rujak itu sempat jatuh tadi. Tapi, ia tidak bisa apa-apa.
"Kan Rani sudah minta maaf tadi, kenapa Mas Dana meminta maaf juga? Biarkan saja yang bersalah yang minta maaf, jangan diwakilkan," respon Nala tegang. Ia memang tidak suka Dana selalu bersikap mengalah terhadap Raina yang memang menurutnya kolokan.
"Ok, baiklah. Sayang, kamu masih marah dengan Mas? Tolong maafkan mas, ya?'
"Minta maaf apa lagi, Mas? Pergilah, Nala mau menikmati es rujak ini," usirnya. Moodnya jadi buruk lagi gara-gara Dana.
"Sebentar lagi Raina akan pulang karena liburannya mau habis. Kamu sabar, ya." Dana bukannya pergi, dia justru meminta Nala sabar karena masa liburan Raina hanya tinggal beberapa hari lagi.
"Terserah. Lagipula Nala bukan mempermasalahkan liburan Raina. Nala hanya tidak suka dengan kehadiran mamanya Raina," cetus Nala jelas. Sudah berkali-kali alasannya hanya kehadiran Devana yang membuat rumah tangganya jadi keruh.
"Iya, Mas minta maaf. Mulai sekarang Mas akan tegas dan tidak akan membiarkan mamanya Raina seenaknya masuk rumah ini," balas Dana sembari memeluk Nala penuh kerinduan. Bagaimanapun marahnya Nala, Dana kini sangat merindukan Nala. Karena dua minggu terakhir ini hubungan mereka sempat menegang.