Sarah

Dewi berpikir sejenak ,ia berpikir sepertinya dia harus memberitahukan pada ustadz Rahmat,ia yakin ada kejahatan besar yang akan di tutupi lagi jika ia tak bertindak kali ini.

ia kembali ke asrama dengan langkah pelan ia terus berfikir bagaimana cara ia bisa menemui ustadz Rahmat secepatnya.

sesampainya di asrama ia melihat Icha yang sedang tiduran bersantai di atas kasur nya dengan sebuah komik yang membuat Icha senyum-senyum sendiri dari tadi.

"kau dari mana?"ujar Icha yang melihat Dewi nampak lesu.

"aku dari membantu ustadzah Elmira memindahkan buku ke perpustakaan!"jawabnya yang langsung duduk di tepi ranjang.

Icha langsung menunduk ke bawah melihat Dewi yang duduk seperti sedang memikirkan sesuatu.

"sepertinya ada yang kau pikirkan?bisa kau ceritakan pada teman mu ini .aku siap mendengarkan curhatan mu!!"ujarnya membuat Dewi langsung mendongak melihat sosok wanita dengan rambut yang terjuntai menatapnya dari atas, seandainya itu malam hari dengan suasana lampu redup sudah pasti ia akan teriak ketakutan.

"apa menurut mu ikut campur aib orang lain suatu dosa?"ucap Dewi yang sedang menatap sosok seperti tergantung di atas kepalanya itu.

"tergantung!!!"jawab Icha spontan.

"apa yang tergantung?"

"buah!!! Ya situasinya lah,seperti apa keadaannya ? emangnya kau pikir apa lagi"bentaknya dengan gemas.

"hah ...aku tadi melihat wali murid datang menemui ustadz Satrio dengan marah-marah seperti meminta ke adilan."ujarnya.

"ke adilan tentang apa?apa ada kasus baru lagi?"tanya Icha penasaran.

"ia tadi aku menemui mereka juga di parkiran,dan mereka bilang anak mereka sakit pulang dari sini tapi aku heran kenapa ayah dan ibunya malah mendatangi pihak sekolah,dan seperti apa keadaan anak itu sampai wali murid menurut pihak sekolah?"ujarnya bercerita tentang kejadian tadi pada Icha.

"sepertinya kita harus mencari tau kenapa wali murid itu meminta ke adilan jika masalahnya tidak besar."jawab Icha dengan wajah seriusnya.

"dan kau tau ini bukan kejadian pertama aku melihat seperti ini ,dulu juga pernah ada ibu-ibu yang datang menangis meminta keadilan juga untuk anaknya tapi setelah itu tak ada lagi kabar tentang kasus itu seperti hilang lenyap begitu saja dan tak terjadi apa-apa!!"

"wahh ini sepertinya ada banyak kejadian di sekolah ini yang di tutupi!!"ujar Icha yang kini bergerak turun dari ranjangnya karena lehernya terasa sudah mulai sakit terjuntai di atas dari tadi.

"kau benar.!!ku rasa kita harus mengumpulkan bukti sebanyaknya supaya kita bisa menjatuhkan ustadz Satrio dan bisa membebaskan mbak Sarah."ujar Dewi dengan tekadnya.

"sebenarnya aku sedikit kecewa!!"ucap Icha tiba-tiba saja menunduk.

"kau kecewa? pada siapa?" Dewi penasaran kenapa Icha tiba-tiba sedih.

"pada ustadz Satrio!!kenapa wajah setampan itu harus memiliki kejahatan yang begitu banyak.padahal aku selama ini menjadikan dia pria fiksi yang tampan dan idaman ku di komik kesukaan ku!!"ujarnya dengan tatapan yang terlihat di sedih-sedihkan.

" sepertinya kau terlalu gampang jatuh cinta pada pria tampan!!"ucapnya dengan wajah datar seperti sudah muak melihat temannya itu sangat pecinta visual.

"sepertinya aku harus mencari pria lain yang lebih pantas di nobatkan sebagai pria fiksi idaman !!ohh ya sepertinya ustadz Rahmat juga sangat cocok, dia tampan ,baik dan lembut tak lupa agamanya juga sangat bagus!!ahhh dia sangat sesuai sebagai pria idaman." mendengar itu Dewi langsung teringat kalau ia harus memberi tahu tentang kejadian ini pada ustadz Rahmat.

"ohh ya teringat tentang ustadz Rahmat, seperti kita harus memberi tahu padanya."ujar Dewi.

"tentang apa ?apa tentang ia yang cocok jadi cowok fiksi idaman?"ucap Icha dengan senyuman pepsodentnya.dewi langsung menoleh dengan tatapan tajam seperti akan menerkam.

"tentang kasus tadi Icha , lama-lama kepala mu ini yang ku jedotkan ke dinding.!!" mendengar itu Icha hanya terkekeh menatap Dewi yang tampak sudah mulai kesal.

"ya maaf-maaf,baiklah aku akan serius!!jadi bagaimana kita akan menemui ustadz Rahmat ?"ujar Icha yang kini sudah mulai serius kembali .

"itu lah masalahnya !!jika kita menunggu ustadz Rahmat mengajar di pelajaran umum harus menunggu tiga hari lagi baru bisa bertemu dengannya."ujar Dewi yang sedang berpikir memikirkan cara bertemu dengan Rahmat secepatnya.

Icha tampak sedang memikirkan cara supaya bisa bertemu dengan Rahmat tanpa harus di curigai oleh guru pengawas, dan sepertinya kita butuh basecamp!!"ucapnya dengan berjalan mondar-mandir dari tadi.

"jadi basecamp mana yang bagus dan juga aman menurut mu?"ucap Dewi yang juga berfikir jalan terbaik.

"sepertinya belakang sekolah tempat kemarin cocok, karena sangat jarang ada orang yang datang kesana!!"jawab Icha.

"sekarang bagaimana kita bisa memberi tahu ustadz Rahmat jika kita ingin bertemu?"

"aku punya ide !! "

jadi sore itu Icha mengajak Dewi membeli perlengkapan sekolah di kantor koprasi yang letaknya di arah masuk gerbang sekolah jadi semua murid yang mencari keperluan sekolah mereka bisa pergi ke sana , seperti minimarket yang berisi keperluan sekolah.

"apa kau membutuhkan sesuatu?"tanya Dewi yang berjalan di samping Icha yang seperti sedang sibuk memilih sebuah pulpen "

"ya aku butuh sebuah pulpen dan seorang kurir disini.?"Jawabnya sambil melihat dua buah pulpen di tangannya.

"maksud mu ?aku tidak mengerti!!"

"kau ikuti aku!!" setelah memutuskan mengambil dua buah pulpen itu dan berjalan menuju kasir untuk membayar,Dewi belum sempat bertanya lagi ia hanya mengikuti langkah Icha dari belakang.

"aku akan membayar ini!!tapi tolong yang satu di bungkus ke dalam kotak!"perintahnya ke pada kasir itu.dengan cepat kasir itu menjalankan tugasnya membungkus pulpen warna hitam dan sebuah pulpen berwarna pink hanya di masukan ke dalam kresek.

setelah selesai mereka berdua berjalan keluar dari tempat itu Icha langsung menuju sebuah kursi kecil yang tak jauh dari tempat itu .

"baiklah kita menunggu di sini saja!!"ucap Icha yang kini duduk di bangku kecil yang letaknya di bawah pohon jambu .

"menunggu siapa ? ustadz Rahmat?"tanya Dewi yang penasaran sebenarnya apa yang sedang di lakukan Icha saat ini dan rencana apa yang sedang mereka jalankan?.

"eits.., kita sedang menunggu kurir kita lah!!aku tak tau ustadz Rahmat akan ke sini atau tidak jadi kita harus punya kurir mengirim kan surat ini kepadanya."ujarnya sembari mengeluarkan kertas dari sakunya, kertas itu dilipatnya kecil dan di masukan kedalam kotak pulpen yang di bungkus tadi.

"wahhh kau benar-benar cerdas Icha !!tapi siapa kurirnya_"

"Anton!!"teriak Icha yang berdiri memanggil Anton Yang lewat dari musolah seberang jalan.

"ayo dia sudah datang!!"ujar Icha yang berjalan menghampiri Anton yang kini sedang menyeberang jalan.melihat Icha yang sedang berdiri di seberang jalan Anton segera menghampiri dengan rasa penasaran kenapa anak itu memanggilnya.

"ada apa?kenapa memanggil ku?"tanya Anton yang kini sudah ada di dekat Icha dan Dewi.

"aku ingin mengirim kan ini pada ustadz Rahmat!! tolong berikan padanya."ucapnya sambil mengacungkan kotak pensil yang di bawanya tadi.

"apa ini??"

"kau tak perlu bertanya.cukup berikan saja pada ustadz Rahmat!!"

"aku tak mau ,kau pikir aku kacung mu!!"tolaknya karena ia tau jika ketahuan ia akan di hukum oleh guru pengawas jika ketahuan menyambungkan hubungan wanita dan pria di lingkungan sekolah.

"tenang aku akan memberi mu upah yang pantas!!"ucapnya merayu Anton yang kini sedikit cuek padanya.

"tidak perlu,kau cari orang lain saja.aku tak mau mendapatkan masalah!!"jawab Anton kini mulai berjalan meninggalkan dua orang itu.

"yakin kau tak mau ,,?komik vampir edisi terbaru yang akan terbit dua hari lagi?"ujarnya.

deg..!! Langkah Anton terhenti mendengar ucapan Icha ,ia berpikir ,ia sangat menginginkan komik itu jika ia membelinya uang sakunya selama dua bulan sudah pasti lenyap dan mendapatkan komik keluaran pertama bukan lah hal mudah.

Icha langsung tersenyum miring,ia tau Anton tak akan menolak tawarannya.

"kau jangan membohongi ku!!"ucapnya menoleh pada dua anak yang sedang tersenyum menatapnya.

"untuk apa aku berbohong!!" Icha langsung mengacungkan ke atas kartu VVIP sebagai member pecinta komik sehingga ia bisa memesan langsung dari penerbitnya dengan mudah.

"kau serius?"tanya Anton penasaran.

"tentu!!aku bisa memesan dua untuk kita"

"tapi itu sangat mahal??"ujar Anton dengan ragu.

"tenang!!!aku bukan orang miskin!!"jawabnya.

"baiklah .." tanpa berpikir panjang lagi Anton langsung mengambil bungkusan yang ada di tangan Icha.