NovelToon NovelToon
Janda Melati

Janda Melati

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

sebuah cerita sederhana seorang melati wanita sebatang kara yang memilih menjadi janda ketimbang mempertahankan rumah tangga.

jangan lupa like dan komentar
salam autor

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jm 19

“Si Tika itu dari pagi kerjanya hanya tidur saja, Ibu jadi capek sendiri,” mata Ibu Mega menajam.

Arga menghela napas, lalu menuntun Ibu Mega duduk di kursi tamu. Di luar, hujan yang sejak tadi mengguyur kini mulai reda, menyisakan aroma tanah basah yang menembus dari celah jendela.

Arga berjalan ke dapur. Biasanya selalu ada air panas di termos, tapi kali ini kosong. Entah kenapa, sejak dulu Melati memang tidak mengizinkan dia dan keluarganya memakai air panas dari dispenser.

Ia membuka keran dispenser, mengisi gelas. “Sial… hanya air hangat saja,” gumamnya pelan. “Aku harus mengingat Melati di saat seperti ini.”

Arga kembali ke ruang tamu. Ibu Mega masih cemberut, satu tangannya memegang kepala yang ditempeli koyo.

“Ini, Bu. Minum dulu,” ujar Arga seraya menyodorkan segelas air hangat.

Ibu Mega menatapnya sejenak, lalu menerima gelas itu dan meneguk perlahan.

Belum sempat suasana tenang, tiba-tiba terdengar suara bentakan dari arah pintu rumah.

“Ibu!”

Arga dan Ibu Mega serentak menoleh.

Indra berdiri di ambang pintu, matanya tajam menatap ke arah mereka. Ia masih mengenakan seragam kerja berwarna hijau dengan dua saku di dadanya, basah oleh sisa hujan.

“Ada apa, Mas?” nada Arga meninggi, tidak terima ibunya dibentak.

“Diamlah! Ini bukan urusanmu!” Indra melangkah mendekat, nadanya tajam.

Arga ikut berdiri, khawatir Indra berbuat kasar pada Ibu Mega.

“Ibu kenapa membentak terus Tika? Tika stres, Bu! Dari pagi sampai sore Ibu ngomel terus!” cerocos Indra penuh emosi.

Arga menatap kosong ke lantai. Dalam hatinya, suara itu memantik kenangan lama. Aku pernah lihat Melati diomelin Ibu, tapi dia nggak pernah ngadu ke aku…

“Kamu!” Ibu Mega berdiri, wajahnya memerah menahan marah. “Kamu lebih percaya mana? Aku atau istrimu, Ndra?”

“Tentu saja aku lebih percaya pada Kartika, Bu! Dia istriku!” jawab Indra tanpa ragu.

“Lalu aku ini siapa? Kamu anggap apa aku ini, hah?” bentak Ibu Mega. Ia bertolak pinggang, pandangannya tajam menusuk anaknya sendiri.

“Ibu tetap ibuku,” suara Indra meninggi, “tapi aku tahu, Ibu suka menjelek-jelekkan menantu ke tetangga! Jangan kira karena Ibu orang tua bisa semaunya begitu!”

Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Ibu Mega. Sakit sekali rasanya mendengar bantahan dari anak yang ia besarkan sendiri.

“Jangan bentak Ibu, Mas!” hardik Arga, suaranya bergetar menahan marah. “Kasihan Ibu, dari pagi sampai sore bersihin rumah sementara istrimu itu cuma tidur! Jemuran aja nggak diangkat—lihat, bajunya basah semua!”

“Diam kau, anak sial!” bentak Indra.

Arga mengepalkan tangan, hampir saja melayangkan pukulan.

“Apa? Mau mukul aku? Kamu memang anak sial, kan? Gara-gara Papa nolong kamu, akhirnya Papa celaka juga!”

Ucapan itu seperti pisau. Menusuk jantung Arga dalam-dalam.

“Cukup!” isak Ibu Mega, suaranya pecah.

“Aku nggak terima Ibu dibentak, Mas Indra!” seru Arga keras.

“Sudah, Indra. Ibu tidak akan membentak lagi Kartika,” ucap Ibu Mega dengan suara parau. “Sekarang kembalilah ke kamar kamu.”

“Tidak bisa, Bu…” potong Arga.

Ibu Mega memegang tangan Arga, memberi isyarat agar berhenti memperpanjang pertengkaran.

“Sudahlah. Ibu tidak mau ribut lagi,” katanya lirih.

Arga menarik napas panjang. “Mulai besok, aku tidak akan memberi uang dapur. Aku hanya akan memberi uang langsung ke Ibu.”

Indra melotot. “Cih! Dasar sombong, anak sial! Kamu pikir aku nggak sanggup kasih makan istriku, hah?”

“Ya sudah, kasihlah makan istri manja kamu itu,” sahut Arga dingin.

Arga lalu menuntun Ibu Mega masuk ke kamar. Ibu Mega terdiam, dadanya terasa sesak, seperti dihimpit batu.

Indra — anak yang selama ini ia banggakan dan bela mati-matian — kini tega membentak, demi membela istrinya.

,,,

Indra masuk ke kamarnya.

Terlihat Kartika sedang berbaring santai sambil memainkan ponselnya. Matanya tidak sembap, sama sekali tidak tampak seperti orang yang baru saja menangis.

“Eh, Mas, sudah pulang?” ucap Kartika cepat-cepat sambil meletakkan ponselnya di meja. Ia segera mengubah posisi dari berbaring menjadi duduk, lalu melangkah mendekat.

“Sial, tadi aku terlalu keras menyetel lagu di handphone, jadi enggak dengar suara dari luar. Harusnya tadi aku teteskan obat mata biar kelihatan kayak habis nangis,” gumamnya dalam hati.

Kartika langsung memeluk Indra, mencoba menirukan tangisan. Tapi sayang, air matanya tak kunjung keluar. Ia menghirup aroma tubuh Indra—bau keringat dan parfum campur asap rokok—anehnya malah membuat pikirannya melayang pada Arga. Tubuh Indra memang tinggi besar, tapi perutnya buncit, dan entah kenapa, bayangan Arga tiba-tiba hadir tanpa diundang.

“Aku sudah ingatkan Ibu supaya enggak membentak kamu lagi,” ucap Indra sambil menepuk-nepuk pelan bahu istrinya.

Ia kemudian melepaskan pelukan Kartika dan mendudukkannya di tepi kasur.

“Aku kesal sama Arga,” ucap Indra, nada suaranya berat.

“Kenapa, Mas?” tanya Kartika sambil menatapnya penuh pura-pura iba.

“Dia bilang mulai besok enggak akan kasih uang dapur lagi,” jawab Indra.

“Kenapa?”

“Ya karena aku tadi keburu emosi, sempat membentak Ibu.”

Nada penyesalan mulai terdengar dalam suaranya. Ia memijat pelipisnya, merasa bersalah tapi gengsi mengakuinya.

Kartika meremas ujung seprai, berusaha menyembunyikan ekspresi wajahnya.

“Ini semua gara-gara Melati, Mas,” katanya lirih namun tajam.

“Kenapa Melati?” tanya Indra heran.

“Melati yang bodoh itu, Mas. Dia enggak mau dipoligami, enggak mau tinggal lagi di rumah ini. Akhirnya semuanya jadi repot, rumah berantakan, Ibu marah-marah terus. Kalau dia masih di sini, semuanya pasti beres,” gerutunya penuh rasa kesal.

Indra terdiam sesaat. Di dalam hatinya ada sedikit rasa tidak enak, tapi ia memilih diam.

“Sudahlah, Mas. Hanya uang makan untuk aku, kan? Aku bisa pesan makanan online,” ucap Kartika dengan nada manja mencoba meredakan suasana.

Indra menghela napas panjang.

“Masalahnya, uangku sudah habis,” katanya pelan.

Mata Kartika membulat. “Kok bisa habis, Mas? Bukannya setengah gaji kamu yang pegang? Kok udah habis?”

“Ya, buat ongkos kerja tiap hari, buat bensin, rokok, kadang makan siang di luar. Enggak sadar habis begitu aja.”

Tubuh Kartika menegang. Bibirnya gemetar, suara keluar dengan ragu,

“Uangnya... barusan habis, Mas. Aku beli skincare.”

Indra menatapnya tajam. “Kamu udah cantik, udah menikah juga sama aku. Kenapa masih beli skincare terus?”

Kartika mendengus pelan, lalu menjawab ketus,

“Ya terus masalahnya di mana, Mas? Aku pengin merawat diri, salah?”

Indra menghela napas keras, wajahnya mulai memerah.

“Masalahnya, kamu besok makan pakai apa? Aku udah enggak punya uang sepeser pun!” ujarnya frustrasi sambil memegangi kepala yang tiba-tiba terasa berat dan pening.

Kartika ingin sekali marah karena suaminya tidak becus mencari uang lebih, ingin pergi tapi ada satu ambisinya yang belum dia dapatkan yaitu mendapatkan arga

“Baiklah, besok aku akan meminta maaf pada Ibu. Kamu juga harus minta maaf, dan bantu aku membujuk Ibu supaya Arga mau membawa Melati kembali ke rumah ini. Semua kekacauan ini gara-gara Melati,” ucap Kartika memberi solusi dengan nada seolah bijak.

Indra menatap Kartika lama, seolah masih ragu dengan kata-katanya/ Kartika adalah orang yang angkuh dan keras kepala tiba-tiba akan minta maaf pada ibunya, bukannya tadi siang kartika mengadu panjang lebar tentang perlakuan ibunya.

Kartika menggenggam tangan Indra, menatapnya lembut.

“Demi keutuhan rumah tangga kita, Mas, aku rela mengalah,” ujarnya lirih, suaranya dibuat seakan penuh ketulusan.

Padahal tentu saja demi ketuhan uang yang dia pegang dan harapan yang belum dia tuntaskan yaitu mendapatkan arga

1
partini
ini bisa ujungnya main 🐴🐴 ma kakak iparnya
partini
sehhh langsung aja 100jt ,,jodoh ini
partini
busehhhh kaka ipar nasfu bungtt,,hemmmm bisa kena ini kena jebakan KK ipar obat perangsang biasanya di pakai
Isranjono Jono
mati aja bu jangan lama2 hidup nanti dosanya segunung 😄😄
Isranjono Jono
wanita bodoh kau lapar tapi makanan mu kau kasih mertua sungguh bodoh maaf thor aku jadi setan hari ini🤭
Isranjono Jono
lawan2 kalau aku iparku gak ada yang berani sama aku coba kalau berani aku hancurkan dapur menyala kan aku thor🤭🤭
Desi Belitong
balas jangan bodoh hanya diam ujung2nya nangis
partini
good story
partini
👍👍👍👍👍
santi damayanti
ini harusnya rumah Risma
santi damayanti
ini harusnya rumah risma
SOPYAN KAMALGrab
ini. saya ga ngertii
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!