NovelToon NovelToon
Cincin Hitam Incaran Banyak Orang

Cincin Hitam Incaran Banyak Orang

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Dikelilingi wanita cantik / Kaya Raya / Idola sekolah
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Di Persingkat Saja DPS

Cincin Hitam itu bukan sembarangan perhiasan.
Cincin itu adalah sebuah kunci bagi seseorang untuk merubah hidupnya dalam waktu yang sangat singkat.
karena cincin itu adalah sebuah kunci untuk mewarisi kekayaan dari seseorang yang teramat kaya.
Dan dari sekian banyak orang yang mencarinya cincin itu malah jatuh pada seorang pemuda yang mana pemuda itu akan jadi ahli waris dari kekayaan yang tidak terhingga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Di Persingkat Saja DPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menetap di kampung untuk beberapa hari

Singkat cerita beberapa hari kemudian aku sembuh dan bisa beraktivitas secara normal kembali.

Pagi-pagi setelah Subuh aku lari pagi yang mana secara tidak sengaja berpapasan dengan para santri yang ada di kampung ini.

Berhubung kami bertemu jadi sekalian saja kami lari bersama hingga pukul 7 pagi.

Setelah lari kami sempat istirahat sejenak sebelum akhirnya lanjut bermain bola di lapangan tempat kami berada saat ini.

Mereka semua yang ada di sini ramah semua jadi aku bisa cepat akrab dengan mereka hingga tampak seperti kami telah berteman cukup lama.

Agak siang kemudian lapangan ini mulai bermunculan banyak orang karena di sini adalah tempat semua orang bermain.

Ada yang bermain gasing, ada yang bermain benteng dan masih banyak lagi permainan lokal yang mereka lakukan.

Yang mana permainan-permainan itu sekarang sudah hampir punah.

Aku yang sedang istirahat memperhatikan mereka yang sedang bermain permainan jaman dulu itu.

Nostalgia sekali rasanya.

Dulu itu adalah hiburan yang sangat menyenangkan tapi semuanya hilang sejak orang-orang kenal dengan teknologi.

"... Andai masa-masa itu bisa terulang lagi!"

Tak lama datanglah Santi yang mana ia datang bersama teman-temannya.

"Semuanya! Kami membawa buah-buahan yang baru di panen kemarin. Siapapun yang mau silahkan ambil!" Teriak salah satu teman Santi.

Seketika semua orang yang sedang bermain-main berlarian untuk mengambil bagian mereka.

Untung mereka punya adab dan tidak mengambil secara berlebihan.

Aku juga mengambil buah-buahan itu terutama salaknya karena tercium sangat harum bahkan sebelum di buka.

Ketika aku makan satu gigit aku agak terkejut karena salaknya begitu manis, tidak seperti yang di beli di pasar yang agak hambar.

"Jarang sekali aku bisa makan salak segar seperti ini, rasanya manis sekali!" Ucapku sambil makan.

"Apa di kota salak segar itu jarang!?" Salah satu santri yang ada di sampingku bertanya padaku.

"Ya. Jarang sekali malahan!"

"Kalau ada juga itu pasti pemberian dari orangtua ya sedang menjenguk anaknya di pesantren kami!" Lanjut aku makan dengan tenang.

Akhirnya buah-buahan yang begitu banyak itu habis di makan oleh semua orang.

Baru setelah habis aku mulai berpikir...

"Eh!?... Bukannya buah-buahan sebanyak ini akan menghasilkan banyak sekali uang kalau di jual, kenapa malah semuanya di bagikan secara cuma-cuma!"

Santi kemudian menjawab sambil tersenyum. "Ya, karena kebun tempat buah-buahan ini berasal itu di wakafkan oleh almarhum yang punya kebun!"

"Ia menitipkan tanah itu untuk di gunakan untuk apapun yang sekiranya bisa bermanfaat untuk banyak orang!"

"Karena mesjid sudah berdiri, pondok pesantren juga sudah berdiri jadi tempat itu hanya di gunakan sebagai kebun yang mana hasilnya di gunakan untuk bersama!" Jelasnya.

Pagi menjelang siang kemudian.

Setelah puas bermain-main kami semua pulang karena sudah Dzuhur.

Barulah setelah Solah Dzuhur kami lanjut beraktivitas di mana aku di ajak jalan-jalan ke perkebunan.

Di sana juga ada sungai yang begitu jernih.

Di sungai itu kami menangkap ikan... Meskipun cuma mereka sih yang menangkap ikan dengan di jaring.

Sedangkan aku cuma main-main dan berenang karena tempat seperti ini tidak akan bisa aku kunjungi setiap hari.

Jadi aku puas-puaskan berenang hingga aku kedinginan.

Tak terasa sudah beberapa hari aku di sini dan sudah waktunya aku pulang kembali ke kota bersama bapakku.

Esoknya aku dan bapakku pulang dengan di antar beberapa warga, para sesepuh, dan para santri yang akrab denganku beberapa waktu ini.

Mereka mengantarkan kami dengan penuh senyuman dan juga memberikan beberapa oleh-oleh dari kampung.

"Hati-hati di jalan ya!" Ucap pak RT pada kami yang sudah ada di dalam mobil.

"Ya. Kami pamit dulu, assalamualaikum!" Aku langsung mengunjungi pedal gak secara perlahan dan melaju untuk pulang.

Di belakang sana aku secara tidak sengaja melihat raut wajah Santi yang tampak sedih.

Entah apa yang ia rasakan seakan tapi aku merasa ia seakan tidak rela untuk sesuatu dan mau mengatakan sesuatu tapi terus di pendam...

Perjalanan pulang ini berlangsung sangat aman dan damai tanpa ada begal atau masalah apapun sepanjang jalan.

Ketika aku tiba di rumah aku langsung di sambut oleh keluargaku dan beberapa Santri di sana dengan raut wajah mereka semua yang terlihat khawatir.

Mereka semua sudah tahu kalau kamu hampir di begal dan juga tahu kalau aku kena bacok hingga berakhir demam.

"Apa kamu tidak apa-apa? Apa perlu kita ke rumah sakit lagi!?" Tanya ibuku dengan penuh rasa khawatir.

Aku hanya bisa menggelengkan kepala dan menjawab. "Aku tidak apa-apa. Yang tertinggal sekarang cuma bekasnya saja yang sudah kering!"

Lanjut aku di periksa untuk mengobati luka yang sudah kering itu lebih lanjut lagi.

Untuk beberapa waktu ini aku tidak akan pergi ke sekolah untuk pemulihan dan aku sudah meminta izin juga.

Dan dalam kurun waktu itu aku terus mendapatkan kunjungan dari Karina dan Devina.

Awalnya aku cukup senang karena merasa mau berkunjung meskipun aku sudah tidak apa-apa tapi...

Makin ke sini mereka kok makin ngeselin ya.

Bahkan mereka bertengkar untuk sesuatu yang sederhana yang mana sebenarnya tidak perlu untuk di perdebatkan.

Yaitu masalah bingkisan yang mereka bawa.

"Hey. Aku sudah membawa buah-buahan di sini jadi kenapa lu juga bawa buah-buahan!?" Tanya Devina dengan raut wajah yang di penuhi kekesalan.

Karina menjawab dengan dinginnya. "Itu bukan urusanmu. Lagipula aku yang datang duluan bukan? Jadi kenapa anda yang protes!?"

Balasan dari Karina yang begitu tajam itu makin membuat Devina marah hingga terlihat jelas.

"Lu ngajak berantem ya?!" Dengan ancang-ancang menaikkan lengan baju Devina menantang Karina.

"Oh. Kalau begitu ayo, aku tidak takut!" Dua orang ini makin gak terkendali.

Bisa-bisanya mereka hendak berkelahi di hadapanku.

Mentang-mentang orang tua ku sedang tidak ada mereka benar-benar berani berkelahi.

"Sudah, sudah. Kalian ini mau berkunjung atau mau duel sebenarnya?"

"Pemberian dari kalian berdua ini aku terima jadi terimakasih oke. Sekarang apa kalian berdua tidak bisa tenang sedikit dan bicara baik-baik!?" Keduanya masih tidak mau baikan.

Mereka masih saling menatap dengan tatapan sinis.

Hingga itu semua berakhir ketika ibuku datang setelah belanja kebutuhan rumah dengan saudara-saudaraku.

"Loh. Kalian ada di sini ternyata!" Raut wajah mereka langsung berubah jadi biasa saja.

"Hah!?" Bahkan aku sangat terkejut karena perubahan ekspresi dan emosi mereka cepat sekali berubah.

"Bibi darimana?!" Dengan penuh keramahan Devina bertanya pada ibundaku.

Ia bahkan tersenyum dengan sangat tulus.

"Dari pasar untuk belanja!"

"Ngomong-ngomong apa kalian sudah lama datangnya!?"

"Baru saja tiba kok!"

"Oh, begitu. Lalu kenapa kalian masih berdiri? Ayo masuk dan minum dulu, kebetulan di dalam ada kue yang bibi buat tadi pagi!" Mereka iku Ibuku masuk.

Sementara aku masih duduk di luar bersama saudara-saudaraku.

Kakakku yang bernama Hadi pun berkata. "Enak ya punya wajah ganteng bisa di kejar-kejar dua sekaligus!" Ia mengejekku dan itu terlihat begitu jelas.

Ingin sekali aku membalas tapi sudah keburu cape karena dua perempuan yang bertengkar tadi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!