NovelToon NovelToon
Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Penyesalan Suami
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: ANGGUR

Hans dan Lily telah menikah selama 2 tahun. Mereka tinggal bersama ibu Meti dan Mawar. Ibu Meti adalah ibu dari Hans, dan Mawar adalah adik perempuan Hans yang cantik dan pintar. Mawar dan ibunya menumpang di rumah Lily yang besar, Lily adalah wanita mandiri, kaya, cerdas, pebisnis yang handal. Sedangkan Mawar mendapat beasiswa, dan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Bandung, jurusan kedokteran. Mawar mempunyai sahabat sejak SMP yang bernama Dewi, mereka sama-sama kuliah di bagian kedokteran. Dewi anak orang terpandang dan kaya. Namun Dewi tidak sepandai Mawar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8 Sebuah Pertanda

Hans tiba di depan rumah Dewi malam itu. Hans membunyikan klakson mobilnya agar Mawar mendengarnya dan segera keluar dari dalam rumah Dewi. Klakson berbunyi beberapa kali hingga akhirnya Mawar keluar bersama sahabatnya itu. Pakaian Dewi yang agak terbuka membuat Hans cukup terganggu, jantung Hans berdetak kencang, dadanya bergemuruh saat melihat gunung kembar Dewi yang montok. Walaupun Hans sedang menunggu Mawar di dalam mobil, namun Hans bisa menatap Dewi dari dalam kaca mobilnya. Tubuh Dewi yang bahenol dan berpakaian agak terbuka membuat Hans tak berkedip malam itu.

Mawar: "Aku pulang dulu, Wi. Kunci semua pintu dan jendela rumah kamu." ucapnya sambil memeluk sahabatnya itu. Hans yang melihat Mawar dan Dewi saling berpelukan hanya tersenyum kecil.

Dewi: "Hati-hati, mas." ucapnya sambil tersenyum manis kepada Hans.

Hans: "Iya, Dewi." ucapnya sambil membalas senyum Dewi. Setelah mengucapkan salam perpisahan kepada sahabatnya, Mawar membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam mobil.

Mawar: "Ayo, mas." ajaknya sambil menoleh ke arah Hans.

Hans: "Apakah kedua orang tua Dewi belum pulang?" tanyanya dengan rasa penasaran sambil menyetir dengan pelan keluar dari halaman rumah Dewi yang cukup besar.

Mawar: "Katanya, malam ini, mas." ucapnya dengan penuh keraguan. Hans hanya terdiam, berusaha fokus dengan jalanan yang cukup gelap di depannya. Hans terus melaju dengan mobilnya, malam itu jalanan cukup sepi dan gelap. Dalam kegelapan malam tiba-tiba Hans menghentikan mobilnya di tengah jalan yang sepi.

Mawar: "Ada apa, mas? Kenapa berhenti?" tanyanya dengan rasa penasaran. Kedua mata Hans mulai melotot menembus kaca depan mobilnya, sesuatu yang bergerak-gerak menghadang mobilnya.

Hans: "Lihatlah ke depan, Mawar." pintanya sambil menunjuk ke arah depan kaca mobilnya. Kedua mata Mawar ikut melotot, dia tak bisa berkata-kata, jantungnya seakan berhenti berdetak, tubuhnya terasa kaku.

Mawar: "Ulaaar!" ucapnya dengan gugup. "Astagfirullah, ulaaar besar." ucapnya dengan rasa takut. Seekor ular besar berwarna hitam menghadang mobil Hans, dan ingin menyebrang jalan. Hans dan Mawar membaca doa dengan khusyuk. Sebagai wanita muda, Mawar berusaha bersikap tenang dan sabar.

Hans: "Biarkan ular itu pergi dulu. Jangan membuatnya merasa terusik." ucapnya Hans dengan suara yang pelan.

Mawar: "Iya, mas.

Hans: "Ya Allah! Pertanda apakah ini?" tanyanya dengan pelan.

Mawar: "Jangan berkata-kata sembarangan, mas. Ini hanya kebetulan saja, kok." ucapnya. Sebagai seorang calon dokter, Mawar tidak mudah percaya dengan hal-hal gaib ataupun tahayul. Sekitar 20 menit Hans dan Mawar menunggu, akhirnya ular besar itu pergi dengan sendirinya. Mawar dan Hans sangat lega, setelah ular besar itu pergi Hans kembali menyetir mobilnya, dan meneruskan perjalanan mereka untuk pulang ke rumah. Sekitar pukul 12.25 Hans dan Mawar tiba di rumah. Saat Hans dan Mawar membuka pintu rumah, Lily dan tante Meti langsung menyambut mereka dengan penuh kecemasan.

Lily: "Akhirnya kalian pulang." ucapnya dengan rasa syukur. "Aku menelponmu berkali-kali, mas." ucapnya lagi. "Aku juga menelpon Mawar. Kalian tidak menjawab panggilanku." ucapnya lagi.

Mawar: "Kami mengalamai kejadian aneh tadi, kak. Aku sengaja tidak menjawab panggilan kakak. " ucapnya sambil merebahkan tubuhnya di atas kursi.

Lily: "Kenapa kamu tidak menjawab ponselku? Kejadian apa?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Mawar: "Aku sangat takut dan gugup, kak." ucapnya.

Tante Meti: "Kalian tidak apa-apa, kan?" tanyanya dengan rasa cemas.

Hans: "Kami tidak apa-apa, bu." sahutnya. "Tolong ambilkan aku segelas air, sayang." pintanya sambil menoleh ke arah Lily.

Lily: "Iya, mas." ucapnya. Lily melangkah dengan cepat menuju ke dapur dan menuangkan segelas air putih ke dalam gelas kaca, lalu membawakannya kepada Hans.

Tante Meti: "Kenapa kalian pulang selarut ini?" tanyanya dengan rasa ingin tahu. Mawar mulai mengatakan kepada Lily dan ibunya tentang Ular yang menghadang perjalanan mereka. Tante Meti dan Lily sangat terkejut saat mendengar pernyataan Mawar.

Tante Meti: "Ya Allah!" serunya dengan wajah yang terkejut.

Hans: "Jangan cemas, bu. Aku dan Mawar bisa pulang dengan selamat." ucapnya dengan wajah yang tenang.

Lily: "Bersihkan badanmu, mas. Istirahatlah." pintanya dengan lembut.

Hans: "Iya, sayang." sahutnya sambil beranjak dari duduknya, lalu melangkah ke kamarnya bersama dengan Lily. Setelah Hans dan Lily masuk ke dalam kamar, tante Meti menyuruh Mawar untuk beristirahat juga. Kejadian yang dialami oleh Hans dan Mawar membuat Hans malam itu gelisah dan tidak bisa tidur dengan nyenyak. Bayangan ular besar hitam itu menghantui pikirannya, walaupun ular itu tidak menyakiti Hans dan Lily, namun Hans merasakan sebuah pertanda yang akan terjadi dalam hidupnya. Keesokan paginya Hans tidak masuk kerja, Hans merasakan tubuhnya agak lelah.

Lily: "Apakah aku harus menemanimu, mas?" tanyanya dengan ragu-ragu.

Hans: "Tidak usah, sayang. Kamu ke toko saja, ya. Aku hanya kelelahan." ucapnya dengan lembut. Lily menatap Hans dengan wajah panik, dia melihat lingkar hitam di bawah mata Hans.

Lily: "Kita ke dokter saja, mas." ucapnya dengan penuh perhatian. "Aku cemas dengan kesehatanmu." ucapnya dengan panik. Hans tetap menolaknya karena merasa hanya butuh waktu untuk beristirahat di rumah.

Hans: "Jangan cemas, ya. Aku baik-baik saja, kok." ucapnya sambil tersenyum hangat menatap wajah istrinya yang kelihatan panik. Hans memegang tangan Lily dengan mesra, lalu mencium kening istrinya dengan lembut.

Lily: "Aku ke toko dulu, ya, mas. Aku janji akan pulang cepat." ucapnya.

Hans: "Iya, sayang. Hati-hati di jalan, ya." ucapnya sambil tersenyum kecil. Lily melangkah keluar dari dalam kamarnya. Sebelum pergi ke tokonya, Lily telah berpesan kepada bi Sita agar membuatkan makanan untuk suaminya dan mengantarnya di dalam kamar. Mawar mendengar percakapan bi Sita dan kakak iparnya.

Mawar: "Apakah mas Hans sakit, kak?" tanyanya dengan wajah cemas.

Lily: "Mas hans hanya lelah saja." ucapnya sambil tersenyum kecil. "Aku pergi, ya. Titip mas Hans." ucapnya lagi.

Mawar: "Hati-hati, kak." ucapnya sambil menatap kepergian kakak iparnya dari belakang. Beberapa detik kemudian ponsel Mawar berdering, dan ternyata panggilan dari Dewi.

Mawar: "Iya, Wi." ucapnya. "Apakah kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan rasa cemas.

Dewi: "Aku baik, kok." sahutnya. "Bisakah kamu ke rumahku sekarang, Mawar?" tanyanya dengan ragu-ragu.

Mawar: "Iya, Wi. Agak siang, ya. Aku harus menemani mas Hans." ucapnya.

Dewi: "Kenapa dengan mas Hans?" tanyanya dengan rasa ingin tahu. Mawar mengatakan kepada Dewi tentang Hans yang agak lelah dan butuh istirahat karena pulang larut malam. Dewi merasa bersalah setelah mendengar pernyataan sahabatnya itu. Dewi merasa karena Mawar yang harus menemaninya di rumah membuat Hans dan Mawar harus pulang malam.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!