Setelah mendapatkan air sumur pertama, kedua, ketiga, keempat , kelima, dan keenam, tinggal ketujuh....konon di sumur inilah telah banyak yang hanya tinggal nama.....mengerikan !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB XVIII BAYANGAN HITAM
Suasana malam itu menjadi sebuah rasa ketakutan yang membuat sebagian warga kehilangan pendengaran yang sempurna. Sementara itu , makhluk tadi terus meraung dan meraung, membuat Kundil menjadi marah dan ditiup lah seruling dari balik sakunya. Suara makhluk itu menghilang seperti kesunyian malam itu. Semua warga akhirnya merasa aman.
Makhluk itu terdiam dan berhenti tertawa, ia memandang ke setiap sudut lokasi itu, lalu ia berjalan dengan langkah yang berat, matanya tertuju pada tumpukan bambu, lalu dari mulutnya ia semburkan api, membuat tumpukan bambu itu terbakar dahsyat, bahkan rumah di sampingnya juga menjadi santapan si jago merah. Kemudian makhluk itu melihat gundukan jerami kering, ia pun menyemburkan api dan terbakar lah gundukan jerami itu.
Sabdo hanya menelan ludah menyaksikan kejadian itu, ia memberi isyarat kepada Kundil, cara apa untuk melawan makhluk itu. Kundil pun akhirnya mengambil sebuah batu, lalu ia berkomat kamit pada batu itu, ia lempar batunya dan jadilah sebuah gundukan besar dari batu tadi. Sementara makhluk itu meraung-raung kembali, namun suaranya tidak seperti tadi. Makhluk itu melangkah dan terus menuju gundukan itu, tiba-tiba secercah sinar melesat dari balik batu menghantam makhluk itu. Mendapat pukulan berupa sinar tadi, makhluk itu tertawa sambil memandang asal sinar itu, namun tidak ia temukan, dan sebagai balasannya makhluk itu menengadah lalu dari atas sana muncul angin puting begitu dahsyat, suasana begitu bergemuruh dan sebelum menghantam apa-apa yang ada di situ, sinar putih perak melesat menghantam angin tadi, dan menimbulkan suara dentuman yang dahsyat, makhluk itu terjengkang hampir jatuh.
"Haaaaum....haaaaum...ha..ha..ha....haaaum," suara makhluk itu.
Sabdo membidik dengan anak panahnya, ia mengarahkan anak panah itu tepat di leher makhluk itu, anak panah melesat dengan begitu capat dan.....jleph.....anah panah itu tepat mengenai leher makhluk itu. Matanya memandang sekeliling, makhluk itu melihat posisi Sabdo dan beberapa orang kawan, makhluk itu menuju pada lokasi Sabdo berada. Sabdo kembali melepaskan anak panah, kali ini ia membidik mata makhluk itu, dan....jleph...anak panah tadi mengenai sasarannya. Makhluk itu meraung-raung, ia kesakitan dan tangannya meraih apa saja membuat suasana menjadi sebuah kekacauan. Kundil yang memahami kelemahan makhluk itu akhirnya melepaskan pukulan dengan sinar putih peraknya, dan mata yang satunya lagi terkena pukulan Kundil.
Tubuh makhluk itu akhirnya berguling-guling hingga menuju ke jurang, tanpa ia sadari kini tubuh makhluk itu benar-benar ke arah jurang, lalu tubuh makhluk itu jatuh dan beberapa saat kemudian terdengar bunyi dentuman dari dalam jurang tersebut.
Melihat itu semua, Sabdo dan Kundil juga para warga merasa lega.
"Apa nama makhluk itu ki sanak ?" tanya Sabdo kepada Kundil.
"Saya tidak paham ki sanak, tapi mungkin itu sesembahan bangsa ghaib di sini," jawab Kundil.
"Bisa jadi itu pasukan pengawal raja bangsa ghaib di sini," ujar Wiratsangka sambil menurunkan tombaknya.
"Yang penting semua sudah berakhir, semua sudah selesai ki sanak," gumam Kundil sambil menoleh ke arah Sabdo.
"Kata siapa....hai manusia," terdengar suara seseorang.
Tiba-tiba muncul sosok manusia yang badannya tegap, kokoh , tinggi besar, dan berotot, namun di kepalanya dikerumuni oleh banyak kalajengking. Mereka yang ada di situ kaget bukan kepalang, karena sosok itu muncul dengan begitu mendadak.
"Siapakah anda wahai makhluk aneh," tanya Sabdo.
"Ha...ha...ha...aku adalah aku, sang penguasa bumi ini , ada apa hai manusia ?" tanya makhluk itu sambil tertawa.
"Hmmmm...rupanya kau ini makhluk jejadian juga wahai sosok jelek," hardik Kundil.
"Ya.....aku jejadian dari manusia yang menjadi tumbal pesugihan, inilah aku....inilah aku sang penguasa bumi ini....inilah aku," kata makhluk itu.
"Rupanya kau ini jelmaan bergola atau buto ijo , enyahlah atau akan aku musnahkan makhluk jelek," kata Kundil yang sudah siap-siap memukul dengan tangan putih peraknya.
"Ha...ha...ha...kau salah manusia, kau salah tebak diriku ini, aku adalah aku wahai manusia," kata makhluk itu.
Lalu makhluk itu menunjuk ke salah satu warga, orang yang ditunjuk itu lalu roboh dan tewas seketika. Membuat orang-orang di situ menjadi gemetar, dan hampir sebagian lari untuk bersembunyi. Sabdo dan Kundil saling memandang. Dalam hati mereka sudah menerka bahwa itu bagian dari keangkara murkaan. Lalu sosok itu menunjuk ke arah Sabdo, dan tubuh Sabdo pun roboh , namun secepat kilat, Kundil menahan tubuh Sabdo agar tidak menyentuh tanah, dan barulah Sabdo berdiri kembali.
"Hmmmm...rupanya kau ini iblis dari negeri bayangan hitam, apa yang kau cari di sini Murka, masih kurang kah bagian wilayah mu ?" tanya Kundil.
"Ha..ha..ha...rupanya kau tidak asing atas diriku Palon, kau harus tebus nyawa ayahku Palon," kata makhluk yang disebut Murka tadi.
Sabdo merasa heran atas makhluk itu menyebut Kundil dengan nama Palon. Namun situasi itu tidak layak untuk menanyakan hal itu , yang harus diatasi adalah bagaimana cara mengalahkannya.
Kundil lalu melakukan posisi sedakep sinuku tunggal dan beberapa saat kemudian, tubuh Kundil berubah menjadi sosok putih seperti kaca, lalu tubuh itu masuk ke dalam sosok Sabdo dan saat itu Sabdo menghunus pedang dan menyerang makhluk tersebut. Perkelahian pun tak terelakan lagi, keduanya saling pukul , saling tendang, dan saling mengeluarkan jurus-jurus mematikan.
Sabdo yang sangat minim tentang perkelahian dengan cara bela diri, tapi kali ini , ia amat cekatan dan beberapa pukulannya sempat mengenai sasaran, sementara makhluk itu sering terhuyung akibat pukulan Sabdo. Tubuh Sabdo kini menjadi lebih gesit dan tangkas, bahkan dari tubuh Sabdo sering muncul cahaya putih perak, yang membuat mata makhluk itu merasa silau.
Namun pertempuran dua sosok itu tidak berlangsung lama, setelah terdengar suara kokok ayam, makhluk itu menghilang entah kemana, yang terdengar hanya suara saja.
"Besok malam aku akan datang kembali dengan banyak pasukan, hati-hatilah kau Palon, aku akan menuntut balas kematian ayahku, ha...ha...haa," kata makhluk itu sambil tertawa lalu menghilang.
Tubuh Sabdo lalu lunglai dan sosok putih Kundil keluar dar tubuh Sabdo. Beberapa warga memapah Sabdo untuk diberi minum supaya cepat pulih, sementara Kundil kembali ke wujud aslinya. Warga yang lain segera mengubur teman mereka yang telah wafat. Suasana di situ menjadi sunyi dan tampak sinar merah keluar dari arah timur.
Pagi itu, sinar mentari kembali menyinari setiap jengkal tanah, dedaunan dan beriak air di sungai yang menciptakan warna keemasan, dengan suara burung begitu membawa suasana yang penuh harapan, juga hewan-hewan ternak yang kembali mengais rejeki dengan cakarnya, dengan paruhnya, dan dengan instingnya. Sabdo duduk sambil memegang kepalanya, sementara Kundil dan warga yang lain membersihkan bekas-bekas pertempuran semalam.
"Apakah makhluk itu akan kembali lagi nanti malam ki sanak ?" tanya Sabdo kepada Kundil.