NovelToon NovelToon
GELAP

GELAP

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Romansa / Bad Boy / Gangster / Office Romance / Chicklit
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: @nyamm_113

Masa putih abu-abu mereka bukan tetang pelajaran, tapi tentang luka yang tak pernah sembuh.


Syla tidak pernah meminta untuk menjadi pusat perhatian apa lagi perhatian yang menyakitkan. Di sekolah, ia adalah bayangan. Namun, di mata Anhar, ketua geng yang ditakuti di luar sekolah dan ditakdirkan untuk memimpin, Syla bukan bayangan. Ia adalah pelampiasan, sasaran mainan.


Setiap hari adalah penderitaan. Setiap tatapan Anhar, setiap tawa sahabat-sahabatnya adalah duri yang tertanam dalam. Tapi yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika Anhar mulai merasa gelisah saat Syla tak ada. Ada ruang kosong yang tak bisa ia pahami. Dan kebencian itu perlahan berubah bentuk.


Syla ingin bebas. Anhar tak ingin melepaskan.


Ini tentang kisah cinta yang rumit, ini kisah tentang batas antara rasa dan luka, tentang pengakuan yang datang terlambat, tentang persahabatan yang diuji salah satu dari mereka adalah pengkhianat, dan tentang bagaimana gelap bisa tumbuh bahkan dari tempat terang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TANDA BAHAYA

HAPPY READING

Jangan lupa follow akun

instagram

author

@rossssss_011

Bangunan di pinggir kota terlihat menyeramkan. Bangunan tua yang menjadi markas Demon. Penuh akar yang menjalar menutupi semua bagian luar bagunan itu, halamannya tertutup dedaunan kering, pagar besi yang sekali tendang langsung jatuh.

Di dalamnya tidak jauh beda. Lantai penuh debu, banyak barang-barang tua yang tertutupi oleh kain hitam, hanya ada beberapa kursi dan sofa di ruang utama.

“Bos, gue punya sesuatu yang lo harus lihat.” Dandi membuka ponselnya, memperlihatkan video yang diambilnya tadi.

“Jaguar…” Refan melihat seksama rekaman video berdurasi kurang dari lima menit.

“Cewek itu kelihatan dekat banget sama Jaguar, entah itu pacaranya atau punya tempat khusus di Reapers. Kita bisa jadiin alat buat jatuhin mereka.”

Refan tidak begitu jelas melihat wajah perempuan di dalam video itu, tubuh Jaguar yang besar menghalanginya. Tapi ucapan Dandi ada bagusnya juga, Reapers akan tunduk jika menyandera perempuan itu.

“Lo selidiki cewek itu, gue mau secepatnya,” perintah Refan, otak liciknya bekerja dengan cepat.

Dandi mengangguk. “Siap, itu gampang bos.”

“Pastiin juga kalau cewek itu emang penting bagi Reapers.”

&&&

Syla termenung sepanjang jalan. Otaknya terus saja mengingat ucapan Jaguar, selama ini sahabat kakaknya ada di sekitarnya. Syla menyimpan banyak pertanyaan untuk Jaguar, salah satunya apakah benar Haidar bergabung dalam kelompok geng motor?

Karena terlalu larut dalam pikiranya. Syla tidak menyadari sosok bertubuh tinggi mengikutinya dalam langkah diam, matanya penuh kewaspadaan.

“Kalau jalan jangan ngelamun.”

Langkah kaki Syla berheti, memutar tubuhnya serratus delapan puluh derajat hingga terlihat jelas sosok yang baru saja bersuara itu tepat berdiri di depannya, hanya beberapa langkah dari tempatnya berdiri.

“K-amu yang waktu itu, kan?” tunjuk Syla pada laki-laki di depannya, sedikit ragu untuk mengingat wajah itu.

“Seratus buat lo. Muka gue emang susah buat dilupakan,” jawabnya bangga sambil tersenyum lebar.

Syla hanya mengangguk samar, memeluk dirinya karena angin yang tiba-tiba bertiup kencang. Matanya menatap langit yang sudah mendung, padahal beberapa jam sebelumnya begitu cerah.

“Kenapa kamu di sini?” tanya Syla, melihat wajah itu yang sepertinya penuh lebam.

“Gue juga nggak tahu kenapa bisa di sini, mungkin hati gue tau bakal ada cewek cantik kayak di depan gue yang lewat.”

Syla menggeleng pelan, ucapan itu sama seperti buaya darat yang sedang mencari mangsa di siang bolong seperti ini.

“Kita udah dua kali ketemu, gue belum tau nama lo siapa,” ujarnya, mengulurkan tangannya ke depan. “Gue Refan Rialdi, panggil aja Refan.”

Syla melihat tangan itu, apakah tidak masalah ia menyambut uluran tangan Refan? Apakah tidak akan ada badai yang datang menyambut setiap langkahnya?

“A-ku Syla Liora,” balasnya pelan, menyambut tangan Refan dengan sedikit ragu.

Refan tersenyum dan mengangguk. Saat melepaskan tangannya, matanya tidak sengaja melihat jaket yang familiar di tangan kiri Syla. Refan melihat Syla, lalu melihat kembali jaket itu.

“Khem. Jaket lo itu punya pacar lo ya?” tanyanya.

Jika Syla benar bagian penting dari Reapers maka itu membuka jalan untuk gengnya sendiri menjatuhkan Reapers lewat Syla. Membuat Syla jadi umpan bagi Anhar dan gengnya adalah pilihan yang bagus, Refan tersenyum licik.

Syla melihat jaket Jaguar, kemudian menggeleng samar. “Oh… ini…”

“Kak Syla! Kok kakak bisa di sini?”

Baik Syla, Refan juga ikut menoleh ke sumber suara yang tiba-tiba saja menyaut. Di seberang jalan, bocah dengan seragam olahraganya melambai ke arah Syla. Refan melihat Syla, lalu melihat bocah itu lagi.

“Menarik,” bisik Refan hampir tidak ada yang mendengarnya. Suaranya tenggelam oleh suara kendaraan yang lalu lalang.

“Siapa, lo?” tanya Refan saat melihat Syla membalas lambaian tangan bocah laki-laki itu.

“Itu… adik aku.”

Dion melihat kiri kanan sebelum akhirnya menyebrang. Saat sampai di depan Syla dan seorang laki-laki asing, Dion tersenyum pada kakaknya.

“Kamu bolos ya?” Syla menatap curiga pada adiknya. Ini masih jam sekolah, mengapa adiknya itu bisa berkeliaran di luar.

Dion menggeleng cepat. “Dih, aku nggak bolos ya. Tadi aku antar teman yang cedera saat main bola tadi.”

“Yaudah, kamu balik ke sekolah sekarang, entar kamu benaran mau bolos.”

Dion tidak langsung menjawab, melainkan menatap Syla penuh selidik. “Jangan-jangan kak Syla yang… bolos?”

Tak!

“Aawwsss,” ringis Dion.

Refan tersenyum tipis. Melihat jam pada ponselnya, Refan menghela napas pelan. Rupanya dia banyak menghabiskan waktu di sini.

“Syla, kayaknya gue harus pergi sekarang.” Refan menatap Syla.

“Iya,” jawabnya singkat.

Refan mengangguk, menatap Dion yang juga menatapnya. “Jagain kakak lo,” katanya sambil berbalik meninggalkan keduanya.

Di ujung jalan. Refan berbalik menatap keduanya yang juga meninggalkan tempat itu, tangannya mengambil ponsel di sakunya, mencari kontak nama seseorang.

“Lo udah dapat infonya?” tanyanya setelah sambungan itu terhubung.

Senyum licik muncul di wajahnya. “Bagus, kita ketemu di markas.”

&&&

Anhar mengumpulkan anggota Reapers dari tingkat dua hingga tiga. Siang ini begitu tenang, tapi tidak dalam ruangan yang biasanya diisi tawa lepas. Tidak ada suara game atau obrolan receh yang biasanya memecah sunyi.

Vino dengan tatapan dingin dan ekspresi tanpa ragu, berdiri di ujung meja. Jemarinya mengetuk permukaan meja kayu pelan tapi teratur, seolah setiap ketukan adalah hitungan mundur menuju badai.

“Kalau mereka pikir bisa menjatuhkan kita dengan cara kotor, mereka salah besar,” suara Vino terdengar tenang, namun tegas.

Ia membuka map lusuh di hadapannya, menampilkan sketsa jalan, titik kumpul, dan jalur kabur. “Kita serang di sini,” ujarnya, sambil menunjuk garis merah. “Bagi dua tim, satu buat ngehadang dari depan, satu lagi buat nutup jalur belakang mereka.”

“Jangan ada yang bergerak sebelum ketua kasih aba-aba.”

Anhar duduk di sebelah Vino. Ekspresinya datar, dingin. Mulutnya tidak berisik, tapi otaknya penuh dengan siasat untuk menghabisi Refan.

“Sampai sini, paham?” tanya Vino menatap semua anggota yang hadir di ruangan ini.

“PAHAM!”

Vino mengangguk, duduk kembali di tempatnya. Berbisik pada Anhar. “Giliran lo.”

Anhar tetap duduk, posisinya sama. Tangannya terlipat di dada, tatapannya lurus tidak gemetar. Membuat semua yang ada di ruangan tahu apa yang sedang ketua mereka pikirkan, jika wajahnya semakin dingin, maka bersiap saja, sesuatu yang buruk akan terjadi pada orang yang Anhar pikirkan saat ini.

“Yang nggak siap, nggak usah ikut.”

Semua diam. Nadanya dingin, pelan, dan penuh penekanan. Anhar menarik napas panjang, kemudian mengangkat kepalanya lebih tinggi, menatap semua yang hadir di ruangan ini.

“Jangan ada yang bawa alat, lo sama aja pengecut,” lanjut Anhar. “Seragam sekolah yang kalian pakai… lepas sebelum kita keluar.”

Remaja seperti mereka sadar akan tanggung jawab sebagai seorang pelajar di sekolah SMA Merah Putih. Mereka tidak akan pernah membawa lambang sekolah mereka, almamater sekolah mereka untuk bertarung di luar sekolah.

“Ingat, Demon itu licik. Untuk itu, selalu ngawasin satu sama lain.”

Anhar bangkit dari tempat duduknya. Memasang syal merah di lengan kanannya sebagai simbol darah dan komando, diikuti oleh lima anggota inti yang memakai syal merah. Anggota biasa juga memakai syal hitam sebagai simbol loyalitas dan kekuatan.

“THE REAPERS!” Anhar mengepalkan tangan kanannya di udara.

“KAMI DATANG DALAM BAYANG, KAMI PERGI DALAM KEGELAPAN!”

Detik itu, suasana makin mencekam. Kursi berderit pelan, napas berat terdengar jelas, seakan ruang rapat terlalu sempit menampung ketegangan. Di balik ketegangan suaranya, semua tahu Vino tidak pernah bermain-main saat menyusut strategi, dan Anhar tidak pernah bermain-main saat syal merah itu sudah terpasang di lengannya.

Dan siang ini, mereka semua akan turun ke medan yang kesekian kalinya. Bukan lagi soal gengsi, tapi soal harga diri.

“REAPERS!”

“PASTI MENANG!”

Anhar mendapatkan notifikasi dari nomor yang tida dikenal. Menyuruh anggota inti untuk menyusul yang lainnya, sementara ia membuka pesan itu.

Matanya kembali menajam. Hanya ada dua foto yang di dalam gambar itu ada sosok gadis yang tengah berjabat tangan dengan seorang pemudah yang dia sangat kenal.

“Shit!”

KAYAK BIASA YA BESTIE😌

KOMENNYA JANGAN LUPA, LIKENYA JANGAN KETINGGALAN JUGA YA, KARENA SEMUA ITU ADALAH SEMANGAT AUTHOR 😁😉😚

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 👣 KALIAN DAN TERIMA KASIH BANYAK KARENA MASIH TETAP BETAH DI SINI😗😗🙂🙂

SEE YOU DI PART SELANJUTNYA👇👇👇

PAPPAYYYYY👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋

1
Siti Nina
Salam kenal Thor,,,🙏 masih nyimak 😊
Anagata_aa113: terimakasih sudah mampir👍
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!