NovelToon NovelToon
Skenario Cinta : Kisah Setelah Patah Hati

Skenario Cinta : Kisah Setelah Patah Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Vampir / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Harem
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Katsumi

Mengisahkan kehidupan seorang siswa laki-laki yang telah mengalami patah hati setelah sekian lamanya mengejar cinta pertamanya. Namun, setelah dia berhenti ada begitu banyak kejadian yang membuatnya terlibat dengan gadis-gadis lain. Apakah dia akan kembali ke cinta pertamanya, atau akankah gadis lain berhasil merebut hatinya?

Ini adalah kisah yang dimulai setelah merasakan patah hati 💔

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Katsumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ingatan Yang Hilang?

...[POV 1 Ferdi]...

Setelah mengunci pintu depan, aku langsung masuk ke kamar. Langkah kakiku terasa berat, pikiranku masih dipenuhi oleh ucapan Hina tadi.

Kita pernah main bareng waktu kecil...

Aku berhenti di depan tempat tidur, lalu duduk perlahan sambil menatap kosong ke lantai.

"Aku... pernah ketemu dia waktu kecil?" gumamku pelan.

Tangan kiriku terangkat, menyentuh pelipis. Aku mencoba memanggil kembali kenangan-kenangan yang seharusnya ada. Tapi anehnya, tak ada satu pun bayangan tentang Hina muncul di kepalaku. Bahkan… masa SD-ku pun seperti menghilang begitu saja.

"Eh…?" aku mengernyit.

Aku mencoba lebih keras mengingat. Nama guru SD-ku? Teman-teman? Suara-suara khas waktu itu?

Kosong.

"Aku dulu... sekolah di mana, sih?"

Rasanya aneh. Seperti ada bagian dari hidupku yang dipotong paksa dan dibuang ke tempat yang tak bisa kujangkau. Jantungku mulai berdegup lebih cepat. Tubuhku sedikit gemetar.

"Kenapa... aku gak bisa inget apa-apa dari masa SD-ku sendiri?"

Dan saat itu—

"Ugh!"

Kepalaku tiba-tiba berdenyut kencang. Rasa sakitnya datang begitu cepat dan menusuk, seperti ada sesuatu yang menghantam dari dalam.

"Aaarrghh!"

Aku jatuh berlutut di lantai, kedua tanganku memegangi kepala. Rasa sakitnya begitu hebat, membuatku sulit bernapas.

"Ghh... apa ini!?"

Pandanganku mulai kabur. Segalanya terasa berputar. Napasku memburu, jantungku berdetak tak karuan.

Dan…

Gelap.

Tubuhku ambruk ke lantai. Kesadaranku menghilang begitu saja, ditelan sesuatu yang bahkan aku sendiri tak bisa pahami.

Tapi... perlahan aku melihat cahaya. Hangat. Suara tawa kecil terdengar di telingaku, samar namun familiar.

Aku menoleh.

Di hadapanku, ada seorang gadis kecil berambut silver, mengenakan gaun putih sederhana. Wajahnya tertawa ceria, menatapku seperti sedang mengajakku bermain. Di sebelahnya, ada satu lagi gadis dengan rambut merah muda lembut, juga tertawa, memutar-mutari sebuah boneka kecil di tangannya.

"Ferdi! Cepetan, ayo kejar aku!"

Aku… anak kecil juga? Kakiku ringan. Aku tertawa dan mulai berlari mengejar mereka di taman itu. Angin semilir, langit biru, dan suara burung yang berkicau. Aneh, tapi rasanya nyaman. Seperti rumah.

Taman itu… luas. Dipenuhi bunga-bunga dan rerumputan hijau yang lembut saat diinjak.

Namun—

Semuanya mendadak berhenti.

Tawa mereka hilang. Warna-warni taman memudar. Langit menjadi kelabu. Lalu…

Gelap.

Benar-benar gelap gulita.

"Apa... yang terjadi...?"

Aku memutar tubuhku, panik, mencoba menemukan dua gadis kecil itu, tapi tak ada apa pun di sekelilingku. Hanya bayangan. Hanya kehampaan.

Tiba-tiba… suara langkah kering di atas ranting-ranting terdengar. Aku menoleh cepat.

Pemandangan berganti... aku kini berdiri di tengah hutan.

Pepohonan tinggi menjulang, sunyi, angin dingin menusuk kulitku. Tanahnya lembap, dan bau tanah basah bercampur dengan aroma tak sedap, seperti darah.

Deg. Deg. Deg.

Jantungku berdetak kencang saat langkahku membawaku lebih jauh ke dalam hutan itu.

Dan di sanalah...

Sebuah kastil.

Menjulang tinggi, hitam kelam, beratap runcing, berdiri megah di tengah hutan. Dindingnya retak-retak, namun masih berdiri kokoh. Tapi yang membuatku terdiam…

Warna merah tua yang menodai dindingnya.

Bukan merah bata. Tapi...

Merah darah.

"Apaan ini..." bisikku dengan napas tercekat.

Langkah kakiku tak bisa berhenti. Seolah ada sesuatu yang menarikku ke dalam kastil itu. Jantungku berdetak makin cepat.

Pintu besarnya terbuka perlahan, mengeluarkan suara ngiiiiiikkkk... yang mengerikan. Dalamnya gelap, namun aku bisa merasakan… sesuatu menunggu di dalam sana.

Sesuatu… yang telah mengenalku sejak lama.

Langkahku terhenti tepat di ambang pintu kastil.

Udara dingin menyeruak dari dalam, seperti kabut yang menyelimuti dada. Tanganku terangkat sendiri, hendak menyentuh pintu besar itu. Jantungku berdetak makin cepat, seolah tubuhku tahu, kalau aku melangkah masuk, ada sesuatu yang akan berubah. Sesuatu yang besar. Sesuatu yang mungkin... mengubah segalanya.

Tanganku nyaris menyentuh ukiran pintu yang menyerupai... wajah?

"Sedikit lagi…"

Tapi—

TRIINGG TRIINGG TRIINGG!

Suara nyaring menusuk telinga. Dunia gelap itu retak.

Pandangan kaburku dihantam cahaya terang, dan tiba-tiba—

Aku terbangun.

Mataku terbuka dengan napas memburu. Kamar. Langit-langit putih kusam. Bantal miring di sampingku. Alarm ponselku meraung keras menunjukkan pukul 06:00 pagi.

"Astaga..."

Kepalaku terasa berat. Keringat dingin membasahi pelipis. Aku duduk, meraih ponsel dan mematikan alarm dengan gerakan lambat. Tapi pikiranku masih tertinggal di sana...

Taman. Gadis rambut silver dan merah muda. Hutan. Kastil. Darah.

Dan... perasaan familiar yang bikin merinding.

"Apa tadi… mimpi?" gumamku sambil mengusap wajah. "Tapi kenapa rasanya… nyata banget?"

Aku menatap telapak tanganku. Seolah masih bisa merasakan dinginnya udara di depan kastil itu.

Aku gak ngerti apa yang barusan terjadi. Tapi satu hal yang pasti…

Itu bukan mimpi biasa.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...----------------...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Aku berdiri di depan lorong kecil di samping rumah, menyandarkan tubuhku pada tiang pagar sambil menatap jalanan yang masih sedikit sepi. Embun pagi belum sepenuhnya hilang dari dedaunan. Tapi pikiranku... masih di tempat lain.

Mimpi itu.

Kastil. Dua orang gadis. Tangan mungil yang menggenggamku saat bermain di taman.

"Pagi!"

Sebuah suara memecah lamunanku.

Aku menoleh. Rambut silver panjang dengan pantulan cahaya pagi, dan senyuman lembut yang entah kenapa terasa sangat... akrab.

"Hina…"

Namanya keluar begitu saja dari mulutku.

Ia mengenakan jaket tipis di atas seragam sekolah, rambutnya sedikit ditiup angin pagi. Tapi yang bikin aku terdiam bukan cuma penampilannya. Melainkan... bayangan di kepalaku.

Gadis itu.

Gadis kecil dalam mimpi semalam... rambutnya mirip.

"Eh? Ga mau jalan? Nanti telat loh," ucap Hina sambil menoleh ke arahku dan tersenyum.

Aku sempat diam. Pandanganku masih terpaku padanya, seolah mencoba mencocokkan wajah yang kulihat semalam dengan nyata di depanku sekarang.

Tapi mustahil. Kan cuma mimpi...

Aku menggeleng pelan, membuang napas dan mulai melangkah. "Iya... ayo."

Kami berjalan berdampingan. Tak banyak bicara. Tapi hatiku gelisah.

Kenapa waktu aku lihat dia... jantungku berdetak lebih kencang?

Dan kenapa mimpi itu terasa... seperti ingatan yang terkubur?

Aku melirik ke arahnya.

Hina menatap lurus ke depan, langkahnya ringan, seolah dia nggak tahu apa-apa.

Tapi ada sesuatu di balik senyuman itu.

Sesuatu yang... dia sembunyikan.

Kami berjalan melewati pertokoan kecil dan taman yang biasa dilewati anak-anak sekolah. Hina berjalan di sampingku dengan langkah tenang seperti biasa. Suasana pagi itu terasa ringan... tapi pikiranku masih berat.

Bayangan mimpi itu belum sepenuhnya hilang dari benakku. Aku bisa melihat lagi dengan jelas... tangan mungil itu, suara tawa kecil, dan... rambut silver yang menari tertiup angin. Semuanya terasa nyata. Terlalu nyata untuk sekadar mimpi biasa.

Aku memberanikan diri untuk membuka suara.

"Hei, Hina…"

Ia menoleh sambil tetap melangkah. "Hmm?"

"Apa dulu... kamu punya temen cewek yang rambutnya merah muda?"

Langkah Hina sedikit melambat. Bukan terlalu mencolok, tapi aku bisa merasakannya. Dia diam sejenak, lalu tertawa kecil.

"Rambut merah muda? Ga ada tuh," jawabnya ringan sambil tersenyum dan lanjut tertawa kecil.

Aku ikut tertawa kecil, tapi nggak tahu kenapa, di balik tawanya... aku ngerasa aneh. Kayak... dia bohong. Senyumnya tetap manis, tapi ada sesuatu yang berbeda di matanya. Terlalu cepat menjawab. Terlalu ringan. Terlalu... dibuat-buat?

Aku mengalihkan pandangan ke jalan di depan, menelan ludah.

Apa aku terlalu overthinking?

Atau... apa dia yang terlalu pandai menyembunyikan sesuatu?

"Kenapa nanya gitu?" tanya Hina lagi, kali ini nadanya ringan, tapi matanya sedikit melirik ke arahku.

"Gak apa-apa. Cuma mimpi aneh aja semalem," jawabku berusaha terdengar santai.

"Hmm~ mimpi biasanya cerminan dari pikiran kamu sendiri, loh," kata Hina sambil mengayun-ayunkan tasnya kecil di tangannya.

Aku hanya mengangguk pelan, walau dalam hati tetap tak tenang.

Kalau benar cuma cerminan pikiranku... kenapa aku mimpi tentang masa kecil yang bahkan gak bisa kuingat?

Kami terus berjalan dalam obrolan ringan, tapi di pikiranku...

Bayangan gadis berambut silver dan gadis berambut merah muda itu tetap hidup. Dan sekarang, bukan cuma itu... tapi juga senyum Hina... yang mulai kupertanyakan.

1
Saiful Anwar
jadi Ferdi itu vampir. tunggu, jika dia vampir, apa itu setengah vampir/vampir murni?? tapi kok Ferdi baik" ajah saat terkena sinar matahari.
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
asekk di ulti
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
ini ilusnya pake ai kan? gimana caranya biar kek gtu?
Katsumi: yah di ketik di prompt
total 1 replies
Saiful Anwar
kalau Yuka tau si Ferdi udh punya tunangan bisa marah+cemburu=patah hati
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
oh wow, akhirnya ada pov 1🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
pake nanya🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
jdi keinget yg di yumemiru🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊: tpi bagus sih, bikin keinget jdi pen nonton ulang 🗿
total 1 replies
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
dari ferisu jadi ferdi🗿suka bet huruf 'f' keknya
Katsumi: Gak tau, pengen aja
total 1 replies
Saiful Anwar
darling??
kayaknya bertambah saingannya
Mizuki
Temen w yang namanya ferdi terakhir kali bilang gini ke cwek random hasilnya malah kena gampar
Katsumi: wkwkwkw
total 1 replies
Mizuki
scene ngompori temen dari dulu emang jadi template banget😑
Mizuki
Menyelam sedalam Palung Mariana demi Loli
Mizuki
masih menyelam
Mizuki
Langsung saja, yandere, loli, ama tsundere bab berapa?
Mizuki: btw, ini si Yuka gak ada di cover gak sih, w baca di awal-awal gak ada deskripsinya, kek npc banget daripada penggerak plot awal🗿
total 1 replies
bysatrio
jadi, mulai masuk fantasinya? vampir? mereka berlima? apa sama cewek²nya juga nanti?
Katsumi: iya masuk kayak siluman, iblis dan malaikat
total 1 replies
Saiful Anwar
lah ini baru prolog nya? gua kira udah mulai.
Katsumi: iya masih prolog itu v;
total 1 replies
Saiful Anwar
Hhmm saya mencium aroma misteri
bysatrio
apakah ada konflik lain yang sempat terlupa,
Saiful Anwar
dari alurnya hina dan Ferdi kayaknya teman masa kecil
ラマSkuy
nah kan udah kaya ibu ibu aje ngerumpi, akhirnya didatangin langsung sama yang dirumpiin kan🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!