Senja Ociana, ketua OSIS cantik itu harus menjadi galak demi menertibkan pacar sekaligus tunangannya sendiri yang nakal bin bandel.
Langit Sadewa, badboy tampan berwajah dingin, ketua geng motor Berandal, sukanya bolos dan adu otot. Meski tiap hari dijewer sama Senja, Langit tak kunjung jera, justru semakin bandel. Mereka udah dijodohin bahkan sedari dalam perut emak masing-masing.
Adu bacot sering, adu otot juga sering, tapi kadang kala suka manja-manjaan satu sama lain. Kira-kira gimana kisah Langit dan Senja yang punya kepribadian dan sifat bertolak belakang? Apa hubungan pertunangan mereka masih bisa bertahan atau justru diterpa konflik ketidaksesuaian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiaBlue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Gatal
“Ini karna gak enak gak enak mulu sama cewek itu, jadi agak telat. Biasanya juga dia yang ngotot berangkat subuh-subuh ke sekolah,” celoteh Langit sembari melirik Senja.
Senja hanya terkekeh, ia diam menunggu Langit membuka helm untuknya. “Ya, soalnya Kak Gege tadi kayaknya lagi asik cerita gitu. Makanya gue jadi bingung mau pamit pergi ke sekolah kayak gimana.”
“Tinggal pergi aja, kenapa harus bingung?” celetuk Rance.
“Ck, kalian ini para cowok gak tau basa-basi, iya ‘lah. Gak enak kalo dia lagi cerita, terus lo main pergi gitu aja,” dengkus Senja malas.
“Gak perlu basa-basi, keburu gak laku dimakan,” jawab Rance.
“Ck, itu makanan, anjir,” umpat Senja gemas.
“Jangan ngumpat, mau aku sentil mulutnya?” tegur Langit.
“Sentil aja coba?” Senja mendongak, seakan menantang Langit.
“Yakin, nih? Aku sentilnya pake bibir juga, loh.” Langit menggerakkan lubang hidungnya, dibuat kembang-kempis.
Senja tertawa dan memukul lengan Langit yang sedang merapikan rambut. Beda pula dengan tanggapan Neo dan Rance, tentu dua pemuda itu sudah mencibir sepasang kekasih tersebut.
“Tabok gue pake bibir, dong, Ce.” Neo bersuara bak banci, membuat Senja dan Langit menoleh.
“Jangankan pake bibir gue, pake bibir hiu pun gue jabanin. Besok gue kasih tau sensasi tabok cinta pake bibir hiu, yah.” Rance menyahut sembari mengusap kasar pipi Neo.
Senja dan Langit tertawa, meski mereka tahu jika dua pemuda itu tengah menyindir dan mengejek mereka berdua.
“Gue jadi ikut penasaran, gimana kira-kira kalo ‘ntar si Neo ditabok pake bibir hiu,” celetuk Langit membuat tawa Senja menjadi.
“Auto tinggal nama,” jawab Senja membuat Neo mendengkus.
Neo memukul tangan Rance. “Lo kenapa milih hiu? Gak sekalian lo bilang ikan piranha atau ikan paus? Biar ditelen bulen-bulet gue.”
“Tapi ‘kan kita maunya romantis,” jawab Rance tanpa beban.
“Gak hiu juga, anying!”
“Biar beda dari yang beda. Masih belajar, kita ‘kan belum punya pacar.”
“Pantes lo kagak punya pacar kalo kayak gini. ‘Ntar cewek lo kasih tabok mulut hiu, auto almarhumaah!” ketus Neo membuat Langit dan Senja terus tertawa.
“Anjai, pagi-pagi kalian udah bikin stand up comedy. Dah, lah, gue mau ke toilet, mau pipis.” Senja langsung berlarian dari parkiran menuju toilet siswa terdekat.
Langit pun memperhatikan pergerakan sang tunangan sembari terus tertawa. “Untung tadi gue gak minum, jadi gak perlu pipis,” gumamnya tak jelas.
Senja sendiri sekalian mencuci wajahnya. Matanya masih sedikit merah karena cukup lama tertawa. Ia memperhatikan wajahnya melalui pantulan kaca toilet.
“Hufft, bener-bener, pagi-pagi udah dibikin pipis,” gumam Senja.
“Ck, mood gue jadi jelek pagi-pagi udah liat musang.”
Perhatian Senja teralihkan ketika mendengar suara sinis itu. Ia menatap Mayang dari pantulan kaca, gadis itu menatap Senja dengan senyum sinis. Senja tak peduli, ia melanjutkan aktivitasnya, kemudian mengeringkan tangan, lalu berniat pergi dari sana.
Langkah Senja terhenti ketika Mayang menghalanginya untuk keluar. Ketua OSIS itu memandang Senja dengan mata datar.
“Minggir,” ucap Senja tenang.
“Mau lewat? Ya, lewat aja.”
Senja menghembuskan napas lelah, ia paling malah berurusan dengan Mayang. Berusaha sabar, Senja bergerak ke kiri, tetapi diikuti oleh Mayang. Ia bergerak ke kanan, Mayan pun terus mengikutinya.
Senja mendongak dan menatap Mayang dengan mata tajam. “Mau lo apa?”
“Langit,” jawab Mayang sinis. “Gue maunya Langit, gimana?”
Senja tersenyum miring. “Apa lo sejelek itu, sampe gak bisa cari cowok lain yang gak punya pacar? Kenapa lo malah kekeh banget mau cowok yang udah punya pacar? Se-enggak laku itu lo?”
Mayang melotot, tangannya terkepal menatap Senja tajam. “Lo yang gak laku! Langit itu dari awal udah jadi inceran gue, lo yang gatel!”
“Gak salah? Gue rasa orang-orang di sekolah ini juga udah tau kalo gue sama Langit bahkan udah pacaran sebelum masuk SMA. Lo sendiri ketemu Langit baru satu lebih, di SMA ini. Jadi, di sini yang gatel siapa? Orang yang secara terang-terangan deketin cowok orang lain, bukannya dia adalah si gatel yang sesungguhnya?”
“Lo!”
“Apa? Lo kira gue bakal takut sama lo cuma karena lo anak kepala sekolah? Gue malah ngerasa miris banget, kasian Pak Kepsek, punya anak macam lo, malah bikin nama baiknya tercoreng. Gak usah sombong karna anak kepala sekolah, apa-apa jual jabatan bokap. Dah ‘lah, waktu gue masih banyak.” Senja akhirnya bisa melangkah setelah Mayang diam dengan wajah merah. “Bye, tupai gateel.”
Mayang menggeram. “Senjaa brengseeek! Diem lo di situ!”
Senja menghembuskan napas, ia terus melangkah keluar toilet. Ketika ia sampai di depan toilet, Senja tak sengaja hampir bertabrakan dengan David yang juga baru keluar dari toilet pria.
“Eh, sorry,” cetus David terkejut.
“Gue juga sorry, Kak,” balas Senja.
Mayang berdecih melirik Senja. “Dih, lo bilang gue gatel, tapi gak ngaca. Gak cukup Langit aja, Kak David pun lo embat? Nyatanya berita yang selama ini gue sebar, beneran ‘kan? Lo cewek gatel, semua cowok populer di sekolah ini lo deketin, cuih.”
pi klo kelen percaya satu sama lain pst bisa
klo ada ulet jg pst senja bantai
kita lanjut nanti yaaahhhhh