Menikah dengan pria yang dicintai merupakan impian setiap wanita. Begitu pun dengan ku,bisa menikahi pria yang tak hanya kucinta,tetapi juga rupawan dan tentu baik hatinya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi ku. Ditambah mertua dan ipar dan keluarga suami begitu menyayangi ku.Tapi kebahagiaan itu tak bertahan lama. Hal itu berawal di saat aku memutuskan untuk mengadopsi seorang bayi yang gak sengaja aku temukan di pabrik tempat aku bekerja. Suami,mertua,ipar dan semua keluarga nya menentang,yang katanya asal usul bayi itu tidak jelas.
"Kamu itu gimana sih,kok bisa-bisanya adopsi bayi itu tanpa persetujuan kami ? Gimana kalau bayi itu hasil dari hubungan gelap ? Asal usul nya gak jelas,bisa saja kan bayi itu hasil hubungan gelap,karena tak diinginkan makanya dibuang ,lah kamu malah pungut tuh bayi haram !" Ujar ibu mertuaku dengan kesal.
Sebagian cerita ini aku ambil dari kisah nyata dari beberapa narasumber di sekitar ku juga sebagian ada kisah ku juga.Jangan lupa like dan komen ya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qsk sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Aku cepat-cepat kembali ke rumah sebelum ada yang melihat keberadaan ku.
Dengan menahan perih di hati,aku mencoba tersenyum ketika melihat Arvan yang juga menatap ku. Seakan tahu dengan perasaan ku,bocah itu bangun dan berjalan menghampiriku. Dipeluknya tubuh ku erat. Air mataku akhirnya jatuh saat tubuh ini dipeluk sosok mungil yang sudah seperti malaikat di hidup ku.
Mungkin jika ia sudah bisa berbicara ia akan mengatakan " Jangan sedih ,ada aku di sini" Seperti yang sering aku ucapkan saat menenangkan nya ketika menangis.
Ku hapus air mata ini ketika mendengar langkah kaki Mas Danu mendekat. Entah lah,satu tahun berpacaran,dan dua tahun membina rumah tangga dengan nya membuat ku tak hanya tahu bagaimana kepribadian Mas Danu tetapi langkah kaki nya pun aku sampai hafal. Tak hanya itu,suara batuk nya pun aku hafal betul.
"Mas dari mana,tadi aku cariin ?" Tanya ku seolah tidak terjadi apa-apa
"Dari rumah ibu. Kenapa memang ?" Tanya nya balik
"Enggak,itu tadi aku mau ngajakin kamu makan. Tapi sepertinya kita sholat Maghrib dulu yuk !" Ajak ku
"Kamu saja duluan,aku mau makan dulu. Udah laper banget " Ucap nya sambil berlalu ke arah dapur.
Aku menghela nafas, memang seperti itulah Mas Danu. Sering menunda-nunda shalat dan akhirnya tidak mengerjakan nya dengan alasan waktunya terlewat. Dulu aku sempat berpikir jika mungkin saja jika sudah menikah,Mas Danu akan lebih rajin beribadah karena kita yang akan saling mengingatkan. Tetapi ....
***
Keesokan harinya...
Setelah Mas Danu pergi bekerja,aku mendengar ibu mertua dan kedua ipar ku tengah ngobrol. Entah apa yang mereka bicarakan namun mereka terlihat begitu serius. Aku tak ingin terlalu kepo meski dalam hati merasa penasaran tetapi masih banyak yang harus aku lakukan selain menguping pembicaraan mereka.
Setelah memastikan Arvan anteng setelah ku beri makan dan aku mandikan,aku meraih ponsel ku. Aku melihat ada banyak notifikasi dan email yang masuk. Aku pun mulai terlarut dengan ponsel ku. Sesekali aku melirik Arvan. Alhamdulillah dia masih anteng dan aku pun bisa fokus dengan yang aku kerjakan.
Beberapa menit berlalu dan aku masih anteng dengan ponsel ku. Tiba-tiba terdengar seruan yang memanggil namaku begitu lantang.
"MILA...!"
Aku terperanjat ketika ibu mertua sudah berada di samping ku.
"Bagus ya,suami berangkat kerja kamu malah asyik-asyikan main hape ! Pantesan di panggil gak nyahut ! Bukan nya beres-beres rumah,masak atau apa kek. Ini malah main hape !" Bentak nya
"Ada apa Bu ?" tanya ku tanpa ingin melakukan pembelaan. Jika mau aku bisa saja mengatakan jika aku sudah selesai masak,nyuci baju ,nyuci piring, nyapu,ngepel , dan lain nya. Tapi itu semua akan percuma karena ibu mertua tak mau dan tak pernah mau mengalah.
"Ada apa...ada apa ! Itu di luar ada yang nagih uang panci. Kamu bayar ibu lagi gak ada duit" Ucap nya
"Aku gak ada uang Bu,Mas Danu belum ngasih kan belum waktunya gajian juga" Ucap ku apa adanya
"Masa gak ada sih ? Emang nya uang yang dikasih Danu udah habis ? Kamu pake buat apa saja ? Makanya jangan boros jadi istri ! Atau jangan-jangan kamu cuman alasan karena gak mau bayarin !" Ucap ibu sangit
"Emang gak ada Bu. Mas Danu hanya ngasih tiga ratus ribu sebulan,kan sisa nya dikasih ke ibu. Harus nya aku yang nanya uang yang dari Mas Danu, ibu pakai buat apa saja,kok bisa buat bayar kreditan panci sampai minta sama aku" Ucap ku tak kalah sengit. Aku tentu tahu berapa yang diberikan Mas Danu pada ibu nya tiap habis gajian. Dan itu lebih besar dari yang Mas Danu berikan padaku.
"Kamu mau nyalahin ibu ?" Tanya ibu sewot
"Enggak,Bu. Mana berani aku nyalahin ibu. Nanti Mas Danu marah "Jawab ku sambil beranjak mengambil dompet di kamar.
Ya, akhirnya aku mengalah juga. "Ini Bu,uang nya. Segini kan ?" Aku memberikan dua puluh ribu namun ibu mertua tak lantas menerima nya.
"Kok segini? Kurang lah,kurang sepuluh ribu lagi " Ucap nya
"Bukan nya tagihan nya cuman dua puluh ribu ya,Bu Nonoh yang ngasih tahu waktu aku bayar tagihan panci bulan lalu "Ucap ku.
"Kan yang sepuluh ribunya buat ibu,mau beli seblak. Ibu cuman punya duit lima ribu ,jadi yang sepuluh ribunya dari kamu "Ucap nya sambil mengerlingkan mata.
Aku menghela nafas dan kembali mengambil uang dari dompet.
"Jangan pedas-pedas seblak nya, ibu sudah tua kasihan lambung nya " Ucap ku
"Kamu ngatain ibu tua ? Lagian terserah ibu mau pedas atau enggak,bukan urusan kamu " Ibu mertua mengambil uang itu lalu pergi begitu saja,namun mulut nya terus saja ngedumel.
"Katanya gak ada,lah ini apa .Kenapa tadi bilang nya gak ada,nanti hilang uang nya tau rasa "
Aku menghela nafas melihat kepergian ibu. Memang gak ada,uang dari Mas Danu sudah habis itu pun habis buat bayarin tagihan nya ibu. Entah itu bank keliling,bayar kreditan nya,seperti panci tadi. Beberapa waktu lalu aku juga habis bayar uang arisan nya ibu yang sejumlah lima puluh ribu. Tak hanya itu,kedua ipar ku juga keterlaluan. Tiap ada kiriman paket ,selalu aku yang bayarin mana jumlah nya selalu lebih dari seratus ribu.
Menjelang sore Mas Danu sudah pulang. Akan tetapi,Mas Danu bukan nya langsung ke rumah tetapi malah ke rumah orang tuanya. Tak lama Mas Danu keluar dan segera menghampiri ku yang berdiri di ambang pintu sambil menggendong Arvan.
"Assalamualaikum" Ucap nya lalu masuk ke dalam rumah.
"Waalaikumsalam "Ucap ku mengikuti nya ke dalam.
"Masak apa hari ini ?" Tanya nya langsung menuju dapur
"Cuman telur dadar mas ,sama kecap " Jawab ku datar
"Kok cuman telur dadar? Gak masak yang lain ?" Tanya nya
"Uang nya gak ada Mas" Jawab ku apa adanya
"Kok gak ada? Emang uang yang aku kasih ke kamu udah habis ? Beli apa saja ?" Tanya Mas Danu dengan kening berkerut menatap ku.
" Ya habis buat belanja lauk juga bayarin semua tagihan nya ibu dan kedua kakak mu " Ucap ku
"Masa sih ? Kan aku udah kasih ibu uang,mbak Tami dan Mbak Wiwi juga,masa iya mereka masih minta sama kamu,bahkan aku ngasih nya juga ...." Mas Danu menghentikan ucapan nya, sepertinya dia keceplosan karena raut wajah nya terlihat kaget.
"Apa ? Kok gak dilanjutin ?" Tanya ku
"Gak kok, bukan apa-apa" Mas Danu mengambil piring dan mengisinya dengan nasi dan telur dadar.
"Kamu pikir aku gak tahu,Mas... Aku tahu berapa yang kamu kasih ke ibu dan kedua kakak mu " Batin ku
***
Keesokan harinya lagi...
Mas Danu,sudah rapih. Padahal hari ini hari Minggu,kantor desa tutup. Mas Danu juga tak bercerita mau kemana. Hingga akhirnya aku pun bertanya, namun jawab nya ingin ngajak ibu dan mbak Tami jalan-jalan.
"Aku juga mau jalan-jalan,Mas " Ucap ku lirih
"Kamu nanti saja ya,kalau aku sudah gajian. Aku udah janji sama ibu soalnya "Ucap Mas Danu
"Tapi mbak Tami kamu ajak juga Mas" Ucap ku dengan anda keberatan
"Mbak Tami,ibu yang ajak " ucap nya
"Terus kamu pergi naik apa ?" tanya ku lagi
"Aku pinjam mobilnya Heru. Udah lah jangan banyak protes,aku gak ada uang kalau harus ngajak kamu juga ,lagian juga pasti repot karena bawa Arvan"
"Ya masa aku tinggal ,Arvan nya...." Sela ku
"Makanya kamu jangan aneh-aneh pengen ikut jalan-jalan segala,diam saja di rumah ,aku gak mau ikutan repot juga "
Astaga,Mas Danu benar-benar keterlaluan. Segitu tak ingin nya dia ngajak aku pake bawa-bawa Arvan sebagai alasan nya.
"Ya sudah,tapi aku mau ijin pergi ke rumah ibu ya" Ucap ku kemudian.
"Mau ngapain ? Mau nemuin cowok itu lagi ? kangen kamu sama dia?" Tuduh nya
"Ya ampun ,enggak lah. Masa kangen, siapa dia pake dikangenin segala. Mas jangan sok-sokan cemburu deh. Emang Mas pikir aku gak tahu "Ucapku sengaja menggantung ucapan ku
"Maksudnya? Kamu tahu apa ?" Tanya nya dengan raut panik
Bersambung....