Lyanna tak pernah menyangka kejadian malam itu meninggalkan benih di rahimnya.
happy reading guys💧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fransiska simanjuntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Jam kini menunjukkan pukul 9 malam, Lyanna yang tadi pingsan akhirnya terbangun.
Tubuhnya terasa begitu sakit, bahkan perutnya terasa sangat perih. Dengan bersusah payah Lyanna beranjak dari posisinya, ia duduk di sisi tempat tidur.
Lyanna mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan. samar-samar terdengar suara gemericik air dari arah kamar mandi yang tak tertutup sempurna.
Ia melangkah menuju kamar mandi, penasaran akan siapa yang ada di dalam sana. melewati sebuah kaca besar, Lyana berhenti sejenak. Ia memperhatikan tubuhnya yang kini dibalut sebuah gaun floral berbahan sutra dengan tali tali kecil sebagai penyangga di bagian perut yang nampak terbuka, matanya menangkap sebuah jahitan kecil di bagian perutnya serta luka-luka goresan dari pisau yang tadi Mike lakukan.
Kembali Lyanna melangkah lebih dekat, ia membuka pintu kamar mandi namun seketika ia membalikkan badan saat melihat Mike yang sedang berdiri di bawah guyuran shower tanpa mengenakan apapun.
Mike yang tau jika Lyanna sempat melihatnya tersenyum smirk, entah mengapa ia begitu penasaran dengan gadis yang sangat membencinya itu.
Namun lain hal nya dengan lyanna yang kembali merasa ketakutan. Dengan menahan rasa sakit di tubuhnya ia mencoba membuka pintu namun pintu itu terkunci.
Berlari kecil menuju balkon, tetap sama, pintu itu terkunci rapat dan tiba-tiba terdengar pintu kamar mandi terbuka. Lyanna menoleh dengan cepat.
Mike berjalan mendekat dengan hanya menggunakan handuk kecil sebagai penutup aset pribadinya. Rambutnya yang basah meneteskan butir air yang jatuh kepundaknya.
"Kau sudah bangun." Ucap Mike yang berjalan mendekat.
"Jangan mendekat!!"
Lyanna melangkah menjauh namun tubuhnya terhenti saat ia sudah menyentuh jendela kaca.
"Aww.." Teriak Lyanna saat luka di perutnya terkena jendela itu.
Mike menggendong tubuh Lyanna dari belakang, namun gadis ini tetap melakukan pemberontakan.
"Diam! Apa kau mau lebih terluka lagi hah!?"
"Lepaskan aku atau bunuh saja aku!!"
Lyanna menggigit lengan berotot Mike membuat laki-laki itu mendesis menahan tancapan gigi Lyanna yang semakin mendalam. Entah mengapa ia membiarkan saja gadis itu meluapkan emosinya hingga Lyanna melepaskan gigitannya. Terlihat lengan itu mengeluarkan bercak darah pada bekas gigi giginya. Lyanna menatap Mike yang sedang menggendongnya.
"Apa yang kau inginkan dariku!?"
"Karena aku sudah membelimu, maka aku ingin kau menurut padaku, berhenti bertindak seperti orang gila.
"Tidak akan! Aku akan pergi dari sini."
"Oh Baby, I'm sorry..Tapi aku tak akan melepaskan apa yang sudah menjadi milikku."
"Baiklah" Lyanna menelan kasar savilanya. Ia menatap Mike dengan deraian air mata yang mengalir deras, Ia tau jika tak ada harapan untuk pergi. "Kau bisa mendapatkan tubuhku, lakukan apa saja yang kau mau dengan tubuhku tapi ingat lah.. Mulai hari ini dan sampai kapanpun kau tak akan mendapatkan hati dan jiwa ku."
"Kita lihat saja nanti." Mike menunduk mendekatkan bibirnya dengan bibir Lyanna, namun gadis itu memalingkan wajahnya, membuat kecupan itu mendarat pada pipinya yang basah.
Mike menghela nafas, sepertinya kali ini ia harus lebih bersabar. Tak seperti gadis lainnya yang dengan senang hati menyerahkan tubuhnya, Lyanna berbeda. Bahkan untuk sebuah kecupan pun tak mudah ia dapatkan.
Mike meletakkan tubuh mungil Lyanna di atas kasur dan mengusap rambutnya lembut. "Beristirahat lah, dan pastikan kau bisa menemaniku nanti malam."
Lyanna diam tanpa ekspresi. Ia berpikir mungkin nanti ia bisa menemukan celah untuk bisa kabur dari ruangan Mike.
Mike melangkah menuju balkon kamarnya. Ia menyesap nikotin yang tadi Ia ambil. Asap nikotin itu berbaur bersama angin malam yang berhembus.
dreeett..
Tiba-tiba benda pipih di atas meja bergetar membuat Mike mengalihkan pandangannya, lalu mengangkat telepon yang bertuliskan nama Jack.
("Tuan, maaf saya baru mendapat kabar dari Tuan Kai, jika ada masalah pada markas kita yang ada di kota new york, sepertinya kita harus kesana.")
"Sial.. Siapkan semuanya kita akan terbang pagi ini juga."
("Baik tuan")
Mike melangkah menuju sebuah ruangan walk in closet miliknya yang memuat semua pakaian ataupun barang lainnya. Dengan cepat Mike memakai pakaian miliknya yang memang semuanya berwarna hitam. Tak lupa kali ini ia menyisipkan dua senjata api dibalik jas nya.
Setelah siap Mike keluar mendekati Jack yang sudah menunggu diluar kamar. Mike melangkah lalu sesaat berhenti lalu menoleh pada kamarnya.
"Jack pastikan gadis itu baik baik saja. Saat aku pulang aku ingin dia lebih terlihat hidup dan bukan seperti saat ini."
"Baik Tuan, saya akan menugaskan Nana mengurusnya nanti."
Keduanya pun melangkah cepat menuju mobil yang sudah terparkir di depan mansion yang akan menuju jet pribadi nya yang kini sudah siap.
****
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Lyanna. Dia tengah duduk di dekat jendela kaca besar, menatap pemandangan dari kamar. Di belakang sana ada lahan yang luas dan sebuah hutan kecil yang tampak teratur, Lyanna tidak tau persis dimana lokasi ini yang jelas sangat jauh dari pemukiman. Sejauh mata memandang tak ada satupun rumah atau bangunan terlihat.
Belum sempat Lyanna beranjak, seseorang membuka pintu kamar dan muncul dua orang wanita berseragam pelayan masuk membawa peralatan mandi dan makanan.
"Selamat pagi nona, Tuan Mike meminta kami membawakan sarapan dan membantu nona membersihkan diri." Ujar gadis itu yang terlihat lebih mudah darinya.
Lyanna tidak pernah dilayani oleh dua orang pelayan seperti itu, meskipun dulu keluarganya terbilang kaya.
Melihat hal ini Lyanna sedikit terkejut walaupun sadar bahwa kekayaan Mike tidak bisa dia bayangkan saking banyaknya. Mengutus 2 orang pelayan untuk mengurusnya seharusnya bukan hal besar.
"Terimakasih, tapi saya belum lapar. Dan tolong panggil Lyanna saja, tidak perlu memanggilku Nona, aku bahkan hanya menumpang disini." Pinta Lyanna baik-baik.
Kedua pelayan itu kompak menggeleng. "Kami tidak berani melakukannya. Nona sebaiknya segera sarapan dan meminum obat. Tuan Mike meminta kami melaporkan kegiatan Nona pagi ini, mohon kerja samanya Nona." Lagi-lagi pelayan itu yang menjawab, mungkin satu pelayan lainnya hanya membantu, pelayan itu yang bertanggung jawab di depan Mike untuk melaporkan kegiatan Lyanna.
Lyanna menghela nafas pelan, ia tidak menolak ketika satu pelayan menghampirinya dan menuntunnya ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Apakah harus kalian yang melakukannya? Aku bisa mandi sendiri" Lyanna tidak nyaman karena dua pelayan itu ikut masuk ke kamar mandi.
"Nona masih terluka, kami akan membantu untuk mencuci rambut dan menyeka tubuh Nona, jangan sungkan."
Lyanna memutar bola matanya malas, sungkan katanya? Lebih tepatnya malu dan tidak nyaman. Dia akan telan jang di depan orang-orang itu dan Lyanna tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya.
"Mike yang menyuruh kalian untuk memandikanku seperti ini? Tanya Lyanna.
Dua orang itu mengangguk meski sempat saling tatap. Mereka terkejut karena Lyanna hanya menyebut nama Mike tanpa ada sebutan lain didepannya.
"Dimana orang itu?" Tanya Lyanna penasaran. Dia membiarkan pelayan itu mencuci rambutnya dengan posisi setengah berbaring. Peralatan kamar mandi sangat lengkap, sehingga Lyanna bisa keramas dengan nyaman seperti di salon, kekayaan Mike memang tidak main-main.
"Orang itu? Maksud Nona, Tuan Mike?"
Lyanna mengangguk, "memangnya siapa lagi? Dia orang yang membawaku kesini dan berbuat seenaknya padaku." Gerutunya kesal. Wajah Lyanna yang mencebik membuat dua pelayan itu menahan tawa karena merasa lucu. Apalagi ini pertama kalinya mereka mendengar ada orang yang membicarakan Mike seolah olah Mike hanya pria biasa.
"Nona, tapi menurut kami Nona beruntung." Ucap salah satu pelayan.
Lyanna menyemburkan tawa, tepatnya tawa mengejek. "Hahaha... Apa katamu? Dimana letak keberuntungannya ketika dikurung orang tak berhati seperti Mike? Kalian harus tau dia menyiksaku!"
"Ini pertama kalinya Tuan Mike membawa seorang wanita ke kamarnya. Bahkan mantan istrinya tidak dibolehkan masuk."
"Shtt.! Nana kau terlalu banyak bicara." Tegur pelayan satunya sembari menyikut lengan Nana. Wanita berumur 23 itu sontak menutup mulut, dia terkejut karena menyadari kesalahannya, yaitu membicarakan kehidupan pribadi Mike pada orang lain.
"Ma maaf Nona. Tolong lupakan perkataanku, anggap saja Nona tidak pernah mendengarnya Aku benar-benar menyesal. Tolong jangan menyinggung soal ini pada Tuan Mike." Nana gugup dan ketakutan hingga wajahnya sedikit pucat.
Lyanna tersenyum miris, ternyata bukan hanya dia yang takut pada Mike, pekerja di mansion ini sepertinya jauh lebih takut dibanding Lyanna.
"Santai saja, aku tidak cepu."
****
Mike sudah di dalam jet pribadinya. Namun pikirannya kini bercabang, entah mengapa ia malah memikirkan luka di perut Lyanna yang terlibat parah, tak seperti biasanya ia membuat signature itu pada anak buahnya.
"Jack, minta Nana mengobati luka yang ada di perut gadis itu secepatnya."
Jack tertawa dalam hati. Laki-laki arogan, angkuh dan tak pernah memikirkan orang lain kini memikirkan gadis yang baru saja di dapatkan dari pelelangan.
Mike menyenderkan kepalanya dan menutup mata. Pikirannya malah fokus pada Lyanna yang ia tinggalkan dalam keadaan kacau.
"Semakin sulit aku taklukkan, semakin aku ingin menundukkanmu gadis kecil. Tunggu aku pulang, kau akan tau siapa aku sebenarnya."
Jack yang mendengarkan celotehan Mike tersenyum, karena selama ini ia tak pernah melihat ada senyum di wajah Mike.
Mike dan Jack kini sudah berada di kota new york. Markas kedua mereka kini nampak dijaga banyak anak buah.
Dengan langkah tegap Mike melangkah masuk dan duduk di kursi kebesarannya, menatap tajam pada semua anak buahnya yang ada di sana lalu matanya tertuju pada tangan kirinya yang memegang kendali bisnis hitam di kota new York. Disana juga sudah ada Kai dan anggota inti lainnya. Namun kali ini mereka memasang wajah dingin dan serius.
"Apa yang terjadi Kai"
"Saat kami melakukan perdagangan senjata api dalam skala besar, entah darimana datangnya anak buah dari Phantom Crimson mencoba menyabotase. Hingga banyak dari barang kita hilang." Balas Kai dengan wajah serius.
"Brengsek!! Kenapa kalian bisa kecolongan seperti itu hah!! Dimana para snipers dan semua anak buah!!?"
"Maaf Mike, saat itu kami lengah."
BRAKK
Mike berdiri dan menggebrak meja, matanya menatap tajam pada semua anak buahnya.
"Sudahlah Mike, kita tidak punya waktu. Kita harus bergerak sekarang!" Kali ini Lorra yang berbicara.
"Siapkan semua anggota, kita akan mendatangi markas phantom. Aku sendiri yang akan mengeksekusi bajingan itu!"