Berfokus pada Kaunnie si remaja penyendiri yang hanya tinggal bersama adik dan sang mama, kehidupannya yang terkesan membosankan dan begitu-begitu saja membuat perasaan muak remaja itu tercipta, membuatnya lagi dan lagi harus melakukan rutinitas nyeleneh hanya untuk terbebas dari perasaan bosan tersebut.
tepat jam 00.00, remaja dengan raut datar andalannya itu keluar dan bersiap untuk melakukan kegiatan yang telah rutin ia lakukan, beriringan dengan suara hembusan angin dan kelompok belalang yang saling sahut-sahutanlah ia mulai mengambil langkah, Kaunnie sama sekali tidak menyadari akan hal buruk apa yang selanjutnya terjadi dan yang menunggunya setelah malam itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yotwoattack., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BI BAB 21 - Penglaris.
Aku keluar dari toilet dengan penampilan yang bisa dibilang mengerikan, namun aku tak perduli, fokusku sekarang adalah kepada wanita di depanku ini. Wanita yang memelihara makhluk tak kasat sebagai 'penglaris' warungnya.
Itu cuma spekulasi sih, tapi aku yakin seyakin yakinnya bahwa tebakanku tidak mungkin meleset!
"Ayo kita kerumah sakit nakk," ujar ibu warung sembari memeluk lenganku.
Sedari aku digendong bak seorang bayi tadi memang wanita tersebut terus-terusan mengajakku untuk ke rumah sakit, namun aku menolak lalu beralasan bahwa aku ingin pergi ke toilet sebentar.
Persetan dengan diriku yang pasti sedang jadi topik perbincangan seantero SMA tuyul berdendang ini, persetan juga dengan dua orang bermulut terompet pet pet yang pasti sedang dengan panik mencariku.
...(( komentator L : SMA TUYUL BERDENDANG?!! Asli.. Minuman di mulutku langsung nyembur pas baca bagian iniiii😭😭😭 ))...
Greb..
Aku balik menggandeng ibu warung, lalu menuntun wanita berstatus janda tersebut untuk mencari tempat yang sekiranya lebih efisien.
Aku terus merajut langkah dengan ibu warung yang ku giring disamping. Wanita tersebut melayangkan kalimat tanya namun tidak ku pedulikan, begitu juga dengan para murid yang terlihat panik melihat bagaimana kondisi ku namun ya juga tidak ku pedulikan, murid-murid yang mengolok-olok karena disangka murid aneh di karenakan kejadian beberapa puluh menit lalu yaitu disaat aku digerebek sedang diplontang-planting oleh sesuatu yang tak terlihat wujudnya? Tentu saja itu lebih tak ku pedulikan lagi.
...(( komentator X : lo malu, bukannya ga peduli. Wkwk. ))...
"Ada yang lihat Kaunnie gue gak? Weh tolol! Gue nanya ke elu!! Lihat Kaunnie GUEE gakkk?!!"
Geretakan yang sangat kukenal milik siapa itu semakin membuat tungkai ku melaju. Cepat-cepat aku menggiring ibu warung untuk menjauh dari Starla yang seperti singa betina lapar.
•
•
Hingga sampailah kami di kantin terbengkalai dekat taman sekolah. Aku melepas rangkulanku pada lengan ibu warung lalu aku mulai berjalan untuk mencari tempat duduk.
Jujur, luka yang lain sangat biasa saja menurutku namun luka perih di bokongku ini sangat menyiksa.
Aku ingin kentut..
Aku juga ingin menggaruk bokong..
'Tapi Ndak isoo!! Panteq.'
...(( komentator L : LAILAHAILALLAH KAUNIEEE!! 😭😭😭 ))...
...(( komentator D : jir si Lily ampe login.. ))...
Dengan pelan aku mulai duduk di tempat duduk berupa kursi kayu usang tersebut, ergh... Walau dengan sedikit meringis, aku tetap berhasil untuk duduk.
Ibu warung memperhatikan gelagat ku yang seperti orang habis disunat dengan bingung, Aku sedang kesakitan woy jangan mikir aneh-aneh! Bisa kulihat wanita tersebut menggeleng tak habis pikir sebelum ia mendekat lalu duduk pada dahan kayu di depanku.
Karena aku orangnya nggak mau ribet. Aku berniat langsung to the point saja apalagi ketika melihat bayangan yang tadi kembali flexing dengan menampakan wujudnya pada si setan lidah panjang diwarung.
'si kampret malah nyusul!'
Aku berdehem sebelum ku fokuskan netraku yang selalu terlihat mengantuk kepada ibu warung.
"Buk, aku ijin ngomong langsung. ibu pakai penglaris?" ujarku ringan. Terkesan sangat santai, padahal aku sudah menimbang-nimbang pertanyaan tersebut namun karena nada bicaraku yang teramat datar, pertanyaanku yang harusnya ada sedikit 'enggan' nya malah terkesan sembrono dan meremehkan.
Ibu warung menampilkan raut panik lalu wanita berstatus janda seperti mama ku tersebut bergerak mendekat ke arahku.
...(( komentator X : 'seperti mama ku' wkwk. ))...
...(( komentator D : yeuuu~ bacot lu duda ))...
...(( komentator X : duda? Eitss.. kita belum cerai, sayang. My queen, kisah kita masih panjang dan selamanya bakal terus berlanju- ))...
Wanita tersebut duduk berjongkok didepanku, lalu tanganku yang mungil ia genggam erat.
Dengan netra yang amat rumit, ibu warung berujar. "Iya dek, kamu pasti bisa tau karena tadi kamu diganggu ya? Maafin ibuk ya dek.. ibuk juga menyesal.."
Kan.
Pengakuan yang secara mudah kudapatkan tersebut membuat diriku yang luar biasa cantik jelita ini membuang nafas panjang.
...(( komentator Z : apa-apaan dengan kalimat 'cantik jelita' itu?' ))...
...(( komentator L : yaudasi.. namanya juga ceweee!! Aneh kamu tuhh,, ))...
"Lantas, kenapa warungnya masih sepi, buk? Bukannya kalau pasang penglaris itu harusnya warung ibuk jadi ramai pembeli, ya?" entah karena efek dibanting setan lidah panjang sehingga mengakibatkan otak ku sengklek atau apa, aku yang dodol ini malah melayangkan kalimat tersebut.
Di antara banyaknya kalimat yang lebih bijak, mengapa diriku yang dungu ini harus melayangkan pertanyaan yang terkesan polos-polos kambing itu?
Kendati bingung dengan pertanyaan aneh ku yang terkesan mengejek, ibu warung malah membuang nafas dengan raut lelah. "Itu yang ngebuat ibu bingung dek, mungkin karena beberapa tahun ini ibuk enggak menjalankan persyaratan yang harusnya dijalankan makanya hantu penggaris itu jadi murka." sahut ibu warung. Tanpa melepaskan tautan tangan kami, ibuk warung menggiring diriku untuk meninggalkan kantin kosong tersebut.
"Kita kerumah sakit dulu, dek Kaunnie." ujar ibu warung begitu keukeh membawaku untuk berobat. Mungkin karena ia merasa bersalah, padahal yang cari gara-gara ke si setan penglaris adalah aku sendiri wahahaa.
Well, awalnya aku ingin menjadi anak patuh dengan mengiyakan saja tawaran baik dari si ibuk warung, toh, wanita yang umurnya dua kali lipat dariku itu sudah menawarkan niat baiknya berkali-kali, jadi agak kurang sopan menurutku kalau tidak menuruti permintaan ibu warung tersebut.
Namun..
"Kamu milikku, aku mau kamu."
Cih. bisikan sialan dari makhluk yang tidak jelas apa wujudnya tersebut menghentikan aksi anak baikku.
"Enggak usah, ibu pulang aja, aku ada kelas." Ujarku datar lalu merajut langkah untuk menjauhi ibu warung yang menampilkan raut kecewa.
Ah, aku jahat sekali, menolak berkali-kali permintaan baik yang dengan baik nan bertanggung jawabnya berniat ingin mengobati diriku yang bonyok ini. Untung ibu warung bukan tipikal manusia pemaksa sehingga ia hanya menampilkan raut kecewa saja dan bukan malah menyeret ku kerumah sakit apalagi sampai memaki ku tidak tahu diri karena menolak permintaan baiknya berkali-kali.