Kehidupan sempurna. Paras cantik, harta melimpah, suami yang berkuasa. Nayla merasa hidupnya begitu sempurna, sampai ketika Stefan suaminya membawa seorang gadis muda pulang ke rumahnya. Kecewa dan merasa terkhianati membuat Nayla memutuskan untuk menuntut cerai suaminya ...
Dan di saat terpuruknya, ia menerima lagi pinangan dari seorang pria muda bernama Hayden yang menjanjikan kebahagiaan baru padanya ...
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Mari bersama-sama simak ceritanya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nikma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Menemukanmu
Setelah makanan yang mereka pesan habis, tanpa memperlama waktu lagi. Nayla meminta Hayden untuk mengantarnya kembali ke kantor. Karena, ada beberapa dokumen yang harus ia periksa terlebih dulu sebelum pulang.
"Jika perlu, saya bisa menunggu anda sampai selesai nona." Tawar Hayden, setelah mobilnya baru saja berhenti di depan pintu masuk perusahaan Saverio.
"Saya terima niat baik anda tuan. Tapi, saya bisa pulang sendiri. Sampai jumpa di acara makan malam, di akhir pekan nanti." Tolak Nayla sopan.
Walaupun, tak senang dengan keputusan Nayla itu. Hayden tak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia segera turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Nayla.
"Terima kasih untuk tumpangan anda, tuan Hayden. Berhati-hatilah saat berkendara pulang. Selamat malam." Ucap Nayla yang sudah bersiap untuk masuk dalam perusahaan.
"Dengan senang hati nona. Selamat malam juga ..." Ujar Hayden dengan senyum lebar.
Kemudian, Nayla pamit untuk masuk terlebih dulu ke dalam perusahaan. Hayden masih diam di tempatnya sampai punggung Nayla benar-benar sudah tak terlihat lagi.
Walaupun, sudah di minta Nayla untuk pulang terlebih dulu. Nyatanya Hayden tetap menunggu di seberang jalan di depan perusahaan Nayla. Ia ingin memastikan, bahwa gadis itu benar-benar pulang dengan selamat nanti.
"Huhh ... Ketika dia bekerja keras seperti ini. Kira-kira apa yang sedang dilakukan suami tidak berguna itu." Gerutu Hayden sambil mencengkram kemudi dengan kuat.
...
Di tempat lain, Stefan orang yang membuat Hayden kesal, sudah pulang tepat waktu sama seperti hari-hari sebelumnya. Setelah selesai bersih-bersih, ia segera menuju ke paviliun belakang untuk menemui Roselyn.
Seminggu ini, Roselyn sudah merajuk setelah melihatnya mencium Nayla di acara tahun baru sebelumnya. Awalnya, Roselyn tak mau lagi menemuinya dan mengurung diri di kamar. Baru-baru ini lah, gadis itu sudah kembali mau menemui Stefan.
Saat itu, Roselyn sedang dalam posisi duduk bersandar di tempat tidur sambil memeluk lututnya. Ia memasang wajah kesal dan cemeberut. Bukannya kesal, Stefan justru menganggap hal itu lucu dan menggemaskan.
Stefan pun segera berjalan mendekati Roselyn. Ia duduk di tepi ranjang. Lalu, dengan lembut ia mengusap wajah Roselyn dengan sayang.
"Apakah Rose ku masih marah?" Tanya Stefan dengan lembut. Tanpa menjawab, Roselyn memilih menyandarkan kepalanya di bahu lebar Stefan.
"Ehm, sebenarnya saya masih kesal. Tapi, saya tidak bisa marah karena nyonya Nayla memang istri anda." Ucap Roselyn lirih.
"Jangan terlalu bersedih Rose. Itu hanya ciuman formalitas saja. Kamu sendiri kan tahu, kalau kekasihku dan wanita yang aku cintai adalah kamu." Kata Stefan sambil membelai lembut kepala Roselyn.
"Sungguh?" Tanya Roselyn sambil menatap Stefan dengan mata lebarnya.
"Iya Rose ku sayang ..." Ucap Stefan lembut berusaha meyakinkan gadis di depannya itu.
Akhirnya senyum lebar segera muncul di wajah Roselyn. Ia segera berhambur ke pelukan Stefan. Stefan juga senang akhirnya bisa melihat lagi senyuman gadis di depannya itu.
Setelah berbaikan, Roselyn dengan semangat menepuk-nepuk ruang kosong di ranjangnya dengan semangat. Maksudnya, ia meminta agar Stefan berbaring di sana. Stefan kembali gemas melihat tingkah Roselyn itu.
Akhirnya, Stefan menuruti permintaan Roselyn dan mulai berbaring di samping gadis itu. Roselyn juga menyusul berbaring di samping Stefan sambil bersandar di dada bidang Stefan. Stefan diam saja dan jusru merasa senang. Dengan lembut ia memainkan rambut panjang Roselyn dengan jarinya.
"Oh ya tuan. berikan saya saran. Sebaiknya gaun mana yang harus saya kenakan untuk acara makan malam akhir pekan nanti? Saya sudah tidak sabar untuk krmbali bersosialisasi di sana nanti. Barangkali besok saya bisa punta teman. Hehehe." Seru Roselyn dengan antusias.
Kali ini tidak seperti sebelumnya. Stefan tidak ikut tersenyum mendengar perkataan Roselyn. Ia justru langsung diam mematung. Tentu saja itu membuat Roselyn heran.
"Ada apa tuan?" Tanya Roselyn penasaran.
"Maaf Rose ... Tapi, kali ini kamu tak bisa menghadiri acara makan malam itu." Ucap Stefan dengan berat hati. Mendengar itu, Roselyn yang semula terlihat antusias segera diam dan terlihat tak percaya.
"Kenapa tuan? Kenapa saya tak boleh ikut?" Tanya Roselyn yang masih tak percaya Stefan tak memperbolehkannya ikut. Jujur saja ia merasa malu karena tertolak.
"Acara makan malam besok, dikhususkan untuk kolega bisnis yang proposal kerjasamanya terpilih. Ini sudah tradisi yang perusahaan Saverio lakukan selama bertahun-tahun. Dan kolega bisnis yang terpilih juga hanya 20 orang saja. Jadi, di sana nanti kami juga akan banyak membahas terkait bisnis." Jawab Stefan berusaha menjelaskan kondisinya pada Roselyn sebaik mungkin.
"Hm, tapi saya ingin ikut tuan. Tidak bisakah saya menjadi pengecualian. Hanya menambah satu orang harusnya bukan masalah besar kan?" Tanya Roselyn dengan tatapan memohon pada Stefan.
"Tapi, Rose. Ini sudah menjadi tradisi keluarga selama bertahun-tahun. Dan semua kolega bisnis kami sudah tau. Jika, tiba-tiba saja ada perubahan pasti akan menimbulkan kegaduhan." Ucap Stefan mencoba membuat Roselyn mengerti.
Sedangkan, Roselyn masih merasa itu tak adil. Ia masih tak percaya kalau Stefan akan tidak memperbolehkannya hadir di acara makan malam itu.
"Sungguh anda tidak bisa mengusahakannya?" Tanya Roselyn sekali lagi. Wajahnya sudah memerah saat mengatakan itu. Ia juga megubah posisinya jadi duduk dengan masih menatap Stefan.
"Maafkan aku Rose ..."
Belum sempat Stefan menyelesaikan perkataannya, ia terkejut melihat air mata yang mulai membasahi kedua pipi Roselyn. Stefan juga langsung ikut bangkit dari posisinya sambil menatap cemas ke arah Roselyn.
"Jangan menangis Rose ..." Ucap Stefan sambil mengusap air mata gadis di depannya itu dengan lembut. Ia jadi tak tega melihatnya.
Roselyn menangis seperti anak kecil. Gadis itu memang tak bisa menyembunyikan perasaannya seperti Nayla. Tapi, justru itu membuat Stefan senang. Karena, dengan begitu ia tak perlu menebak suasana hati gadis itu.
Lagi-lagi ia membandingkan Roselyn dengan istrinya Nayla. Padahal, selama ini ia sendirilah yang memaksa Nayla agar menjadi pribadi yang jauh lebih tertutup dan harus terlihat sempurna.
"Apa kamu, sungguh ingin datang?" Tanya Stefan lembut. Roselyn segera mengangguk dengan lemah.
"Baiklah, aku akan coba bertanya pada Nayla dulu." Ucap Stefan sambil memeluk Roselyn untuk menenangkannya.
...
Malam semakin larut, tapi Nayla masih berkutat dengan pekerjaannya di kantor. Dan Hayden juga masih menunggunya di luar kantor.
Ting!
Suara pesan masuk membuat Nayla yang sedang fokus terkesiap. Ia segera membuka pesan itu dan sesuai dugaan, pesan itu datang dari Elf.
Elf : Langit malam ini sangat indah, My Lady ... Jangan habiskan waktu anda hanya dengan duduk di depan komputer saja. Cobalah, keluar dan hirup udara segar ... Anda sudah cukup melakukan yang terbaik sejauh ini. Saya yakin, jamuan makan malam nanti akan berjalan dengan lancar.
Alis Nayla berkerut membaca pesan itu. Pasalnya ia tak pernah memberitahu siapapun kecuali Hayden kalau ia lah yang mengurus segala persiapan acara makan malam akhir pekan nanti. Dan seperti sebuah puzzle, kepingan kejadian selama ini seakan-akan mulai menemukan posisinya. Dan di sanalah Nayla yakin kalau Elf itu benar-benar Hayden.
Nayla : Terima kasih atas perhatian anda tuan Elf ... Atau sekarang saya sudah bisa memanggil anda, tuan Hayden?
Hayden yang mendapatkan balasan itu, awalnya terkejut. Namun, senyum puas dan bangga mulai tersungging di wajah tampannya. Ia sudah tahu, kalau Nayla pasti bisa menebak siapa dirinya.
Hayden menatap ke arah gedung kantor Nayla. Dan di sana, di salah satu lantai gedung itu. Ia bisa melihat Nayla sedang berdiri menatap ke arahnya. Walaupun, jaraknya cukup jauh. Ia yakin itu adalah Nayla. Ia segera keluar dari mobil dan berdiri tepat di samping mobilnya.
Di sisi lain, Nayla yang memang mengikuti perkataan Elf itu untuk melihat bagaimana indahnya langit malam itu, juga terkejut saat melihat mobil Hayden yang masih terparkir di seberang jalan kantornya.
Memang tidak terlalu jelas karena posisi lantai ruangannya cukup tinggi. Tapi, ia yakin itu mobil Hayden. Dan ada juga Hayden yang baru saja keluar dari mobilnya dan tengah menatap ke arahnya.
"Aku menemukanmu Elf ... Lalu, bagaimana sekarang?" Gumam Nayla sambil menatal Hayden di kejauhan.
.
.
.
Bersambung ...