**Tidak ada adegan vulgar cinta sesama jenis disini ya***
Tawaran Menjadi istri kontrak seorang gay (Galeo davin) dengan Bayaran 1 Milyar untuk 1 tahun, membuat Resha Alea (Eca) langsung menyetujuinya, karena kebutuhan yang mendesak akibat hutang judi yang di wariskan oleh mendiang orang tuanya.
Setelah pernikahan, Eca selalu menyaksikan kebersamaan Leo dan teman dekat laki lakinya, Stavi yang bernama asli (Gustav Alvaro).
Seiring berjalannya waktu, Perlahan Leo berubah sedikit demi sedikit karena afirmasi dan perlakuan yang Eca berikan di setiap harinya.
(Novel ini ringan ya, jangan berharap konflik yang berat seberat beban hidup ... jangan!)
Yang suka silahkan lanjut baca, yang gak suka gak usah menggiring kebencian lewat kolom komentar, lebih baik di skip, okey?! ✨
Btw ini novel ke 3 author ya, makasih yang udah setia nemenin dari novel pertama, I love you so bad my readers 💜✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menggoda
"Saya?"
"Iya ... Mas siapa, maksa-maksa Eca kayak gini?" Tanya Erik.
"Saya— ...
"Sepupu ... Iyaa, dia sepupu aku pak." Eca memotong perkataan Leo yang belum selesai.
Leo langsung menatap tajam ke arah Eca, dan menarik Eca keluar dari cafe tersebut.
Sedangkan Erik, dia hanya diam mematung saat melihat Eca di bawa paksa keluar.
.
.
"Masuk!" Titah Leo yang membuka pintu mobilnya untuk Eca.
Ini kenapa si dia? Tumben banget. Batin Eca.
Leo masuk kedalam mobil dengan menutup pintu lumayan keras, sampai Eca mengernyitkan sebelah matanya.
"Kakak kenapa sih?!" Tanya Eca bingung bercampur sedikit kesal.
"Kenapa? Lo berduaan bareng cowo di tempat umum, kalau kakek liat gimana?!!!!"
Selalu itu, selaluuuu !!! Batin Eca.
"Ya, maaf ... Tp itu dosen aku kak. Kita ada keperluan ... Baru kali ini kok aku janjian sama dia di cafe."
"Kita? ngerasa udah bersatu banget kayaknya sampe bilang (kita)."
"Kalaupun kepergok kakek, aku bakal jelasin langsung dan bahkan kenalin pak Erik kok. Aku ga pernah ada niatan berkhianat di pernikahan kita kak, walaupun pernikahan ini hanya sekedar kontrak."
Entah kenapa saat mendengar ucapan Eca, kepala Leo mendadak pusing. Leo memijat pangkal hidungnya ... dia sendiri tidak mengerti apa yang dia rasakan saat ini, dia selalu menggunakan alasan kakek sebagai tameng tentang perasaan aneh yang akhir-akhir ini dia rasakan.
"Udahlah! intinya ... Jangan nunjukin sifat murahan lo ke keluarga gue, dengan berduaan sama cowo di tempat umum."
"Mm-murahan?"
Mendadak air mata Eca menetes saat mendengar kata murahan dari mulut Leo. "Jahat banget jadi orang." Gumam Eca sambil terisak.
"Ya, lo ga terima? Buktinya udah jelas kok ... Rafli yang tempo hari ngasih barang gajelas, sekarang berduaan sama dosen lo, lo bodoh sih ... Mau aja di kadalin cowok." Ucap Leo yang masih belum menyadari kata-kata pedasnya yang langsung menusuk perasaan Eca.
Beberapa bulan lagi, tenang ca ... Sabar, Sabar. Batin Eca.
Eca menyeka air matanya dengan tissue, dengan kecepatan yang tak terduga Eca keluar dari mobil Leo, yang masih dalam posisi terparkir di dekat kampus.
"Resha!" Teriak Leo dari dalam mobil.
Eca tidak menghiraukan itu, dia terus berjalan menjauh dari mobil Leo.
"Anjirr ngelunjak banget dia!" Umpat Leo sambil memukul stir mobilnya.
.
.
***
Di apartemen.
Semenjak kejadian tadi, Leo tidak kembali ke kantor. pria itu langsung pulang ke apartemen, karena akan percuma ... Leo tidak akan bisa fokus bekerja, jika moodnya sedang kacau seperti ini.
.
.
Eca pulang dari kampus di saat Leo sedang santai menonton tv.
"Gue laper." Ucap Leo pada Eca yang sedang berjalan melewati dirinya.
Sayangnya, Eca tidak mengindahkan perintah Leo saat ini.
Wanita itu langsung masuk ke dalam kamarnya.
"Resha ... !" Panggil Leo, dia langsung berjalan menuju kamar Eca.
*Brak!
Leo membuka pintu kamar Eca dengan kasar, sampai Eca menarik nafasnya karena terkejut.
"Apaaan sih kak?!"
"Lo budeg atau gimana? Gue udah bilang ... Kalau gue laper."
"Ya tunggu, aku baru pulang dari kampus!"
"Ya lo jawab dong, jangan malah melengos kayak tadi!"
"Sabar jadi orang!"
"Kurang sabar apa gue ngadepin cewe modelan kayak Lo!"
Eca menyugar rambutnya ke belakang, "Kak please ya! Jangan karna kakak bayarin semua hutang aku, kakak bisa seenaknya ngata-ngatain aku dengan mulut pedas kamu itu. Aku juga punya perasaan kak!!!"
Mulut pedas, apa iya? Batin Leo.
"Ngapain masih bengong disini?! Sana keluar ... Aku mau ganti baju."
Dengan cepat Leo menarik tubuh Eca, dan menahan tengkuk leher Eca kuat, siapa yang akan menyangka ... Jika Leo mencium bibir Eca kali ini.
"Mmmmmm.... Lep—" Eca terus berontak sekuat tenaga untuk di lepas, tapi sayang kekuatannya dengan Leo sangat jauh berbeda.
Beberapa detik ciuman singkat yang menyakitkan untuk Eca itupun berakhir, nafas mereka sama-sama tersengal, dan saling menatap satu sama lain. "Gila kamu kak!" Umpat Eca sambil menyeka bibirnya yang basah dan sedikit bengkak.
"Pedes gak? Engga kan? Jadi jangan ngatain gue mulut pedas lagi." Ucap Leo tanpa rasa bersalah, padahal dadanya berdebar begitu kencang.
Tubuh gue gak bereaksi apapun kalau sama Eca, bahkan saat ciuman pun gue malah menikmati.
"Kamu tuh seenaknya banget sama aku kak! Dari awal kan kamu bilang ga akan nyentuh aku terlalu jauh, tapi apa yang kamu lakuin sekarang?!"
"Itu peraturan gue, dan gue berhak merubahnya ... Kapanpun gue mau."
"Aaaa! Keluar kamu kak." Eca mendorong Leo untuk keluar dari kamarnya, karena sebanyak apapun eca berargumen, Leo pasti bisa menyanggahnya.
Pintu kamar di tutup dan langsung di kunci dari dalam.
Leo masuk kedalam kamarnya, sambil mengusap pelan bibirnya. "Anehnya, cuman sama lo doang gue bisa normal ca." gumamnya.
***
Pagi hari.
Seperti biasa, Eca menyiapkan sarapan dan bekal.
Setelah semuanya selesai, Eca malah mematung dan menatap jalan menuju kamar Leo.
Ih males banget harus bangunin tuh orang.
Eca mengumpat dalam hati, tapi kakinya memutuskan untuk melangkah kesana.
*Pintu di buka.
Leo langsung memejamkan matanya kembali di balik selimut, dia tersenyum bahagia, ternyata Eca masih mau membangunkannya pagi ini.
"Udah jam 6!!!!!" Teriak Eca..
"Iya sayang." Ucap Leo menggoda Eca.
"Cih ..." Eca menaikan sebelah bibirnya, dan langsung pergi keluar kamar.
Pasti dia ngomong kayak gitu karena merasa bersalah, abis nyium aku semalem. Dia yang bikin aturan ... Dia juga yang melanggar.
.
.
Seperti biasa, Leo keluar kamar dengan dasi yang belum terpasang ...
Setelah sampai di dapur, "Kemana si Eca?" gumam Leo sambil terus berjalan mencari, kali ini menuju kamar.
Terlihat pintu kamar terbuka setengah, rupanya Eca sedang mengikat rambutnya, dan memperlihatkan lehernya yang putih dengan sedikit rambut halus di belakangnya.
Leo masuk tanpa izin atau mengetuk pintu terlebih dahulu, "Ca ... Pasangin dasi." Ucap Leo sambil mendongakkan wajahnya.
"Kebiasaan banget, main masuk-masuk aja, kalau aku lagi ganti baju gimana? rugi dong!" Sahut Eca, Kakinya berjalan ke arah Leo untuk memasangkan dasi.
Leo tersenyum mendengar ocehan Eca kali ini, "Mau gue telanjangin lo sekarang juga sah-sah aja, ga ada yang di rugikan. Karna kita bakal sama-sama ngerasa e—"
"Kaaaak!!!! Stop ... kenapa jadi panjang sih?!" Eca mendorong dada Leo, dengan dasi yang belum sepenuhnya terpasang.
"Iya, iya ... Maaf maaaf, ayo pasangin lagi." Ucap Leo sambil terkekeh.
Sepersekian detik Leo memandang wajah Eca yang sudah selesai menggunakan make up tipis. "Duit belanja dari gue jangan di beliin make up sama skincare terus!" Ucap Leo, karena dia merasa Eca makin hari makin terlihat cantik dimatanya.
"Bawel!" Sahut Eca.