Menjadi wanita single parent untuk anak laki-laki yang ditemukan di depan kosnya saat kuliah dulu membuat Hanum dijauhi oleh orang-orang terdekatnya bahkan keluarganya karena mereka mengira jika anak itu adalah anak Hanum dari hasil perbuatan di luar nikah.
Hanum hanyalah sosok figuran bagi orang di sekitarnya. Terlihat namun diabaikan begitu saja oleh mereka. Walau begitu Hanum tak mempermasalahkannya karena menurutnya cukup ada anak laki-laki itu di hidupnya itu sudah cukup membuatnya bahagia.
Menjadi sosok figuran ternyata terus berlanjut di hidup Hanum saat ia memutuskan menerima permintaan menikah dengan seorang pria anak dari Dekan fakultasnya yang telah membantunya menyelesaikan studynya saat kuliah dulu.
"Bagaimana bisa Mama memintaku menikahi wanita beranak satu itu?!" Pertanyaan berupa hinaan itu terdengar oleh telinga Hanum dari pria yang berstatus sebagai calon suaminya.
Kehidupan rumah tangga yang ia harapkan dapat bahagia ternyata justru sebaliknya karena pria yang telah menjadi suaminya itu hanya menganggapnya sosok figuran yang hanya terlihat tapi tidak dianggap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta bantuan Nenek
"Mah..." Dio kembali berusara namun Bu Shanty dengan cepat kembali angkat suara.
"Satu minggu lagi datanglah ke Bandung karena Mama akan memperkenalkanmu pada wanita pilihan Mama." Ucap Bu Shanty.
Dio hanya bisa menggeram kesal dalam hati mendengar perkataan Mamanya itu. Akhirnya Dio pun melepas kepergian orang tuanya dari apartemennya dengan perasaan gundah. Bagaimana tidak, ada banyak hal yang harus ia pertimbangkan saat ini jika ia masih bersikeras untuk mempertahankan Calista menjadi calon istrinya.
"Agh... sial!" Dio menjambak rambutnya frustrasi. Dio pun akhirnya kembali masuk ke dalam apartemennya dan menutup pintu apartemennya dengan kencang.
Sedangkan Bu Shanty dan Tuan Mahesa yang kini sudah berada di dalam lift terlihat saling pandang satu sama lain.
"Mah... jangan terlalu memikirkan anak itu. Papa tidak ingin Mama sampai sakit karena terus memikirkan masa depannya." Tutur Tuan Mahesa.
Bu Shanty menganggukkan kepalanya. "Mama hanya ingin yang terbaik untuk Dio. Selama ini Mama sudah membebaskannya bertindak sesuka hatinya. Dan saat ini bukan lagi waktunya Mama membiarkannya berjalan di jalan yang salah." Jawab Bu Shanty.
Tuan Mahesa mengusap rambut istrinya. Ia tahu jika istrinya itu sangat menyayangi putranya dan hanya ingin yang terbaik untuk putra pertama mereka.
"Apa kita langsung ke rumah Mama saja untuk melihat Mama dan Digo?" Tanya Tuan Mahesa.
Bu Shanty menganggukkan kepalanya. "Mama sudah sangat merindukan putra bungsu kita itu, Pah." Jawab Bu Shanty.
"Papa juga, Mah." Jawab Tuan Mahesa diiringi senyuman di wajah tampannya.
*
Dua hari kemudian, karena Dio tahu jika kedua orang tuanya sudah kembali ke Bandung dan pasti sudah tidak berada di rumah neneknya lagi, Dio pun memutuskan untuk mendatangi rumah Neneknya itu. Dengan membawa bekal beberapa macam makanan kesukaan neneknya, Dio berharap agar Neneknya mau membantu permasalahannya saat ini.
"Dio?" Wanita yang tak lagi muda itu terlihat terkejut melihat kedatangan cucu pertamanya ke rumahnya.
"Nenek..." Dio mengulurkan tangannya pada Neneknya.
Nenek Eno pun dengan cepat menyambut uluran tangan Neneknya dan mengusap rambut Dio.
"Kenapa datang pagi-pagi begini? Apa kau tidak bekerjanya?" Tanya Nenek Eno.
Dio menggelengkan kepalanya.
"Ayo masuk dulu." Ajak Nek Eno.
Dio mengangguk dan melangkah masuk ke dalam rumah Nenek Eno.
"Sudah lama sekali kau tidak berkunjung ke sini. Sepertinya sudah hampir tiga bulan kau tak lagi datang walau sekedar melihat adikmu." Ucap Nek Eno sambil melangkah ke arah ruang tengah.
Dio merasa sungkan mendengarnya. "Maafkan Dio karena tidak mengunjungi Nenek. Pekerjaan Dio akhir-akhir ini benar-benar menguras waktu." Ucap Dio
Nenek Eno mengangguk saja seolah percaya dengan perkataan cucunya. Padahal Nenek Eno sudah mengetahui jika sudah tiga bulan belakangan ini Dio selalu sibuk keluar negeri untuk meminta kekasihnya itu kembali ke tanah air.
"Kau ingin minum apa? Nenek akan membuatkannya untukmu." Ucap Nenek Eno.
"Biarkan Bibi saja yang membuatkan minum untuk Dio." Ucap Dio tak ingin membuat Neneknya repot.
"Baiklah." Ucap Nenek Eno lalu meminta pelayan di rumahnya membuatkan minuman untuk cucunya. Tak lupa Nenek Eno meminta pelayan menyalin makanan yang dibawakan oleh Dio.
"Jadi apa tujuanmu datang ke sini? Tidak mungkin kau datang untuk menemui adikmu karena saat ini Digo sedang berada di sekolahnya." Ucap Nenek Eno.
Dio menatap Neneknya dengan intens. "Nenek... Dio datang ke sini untuk meminta bantuan dari Nenek." Ucap Dio.
***
tidak mudah berada di posisi Calista yang dulunya sama2 saling mencintai tapi Calista benar2 sadar Dio bukan jodohnya.
good Calista....semoga kau segera mendapatkan pengganti cintamu.