TEMAN RANJANG SAHABAT IBUKU

Setelah puas melakukan penyatuan hingga dua kali, Jefri keluar dari kamar. Dia melihat Lani yang berbaring dengan membelakangi tubuhnya.

Jefri mendekati ranjang dan duduk di tepinya. Membalikkan tubuh Lani agar menghadap dirinya. Jefri mengusap rambut Lani. Dia sadar tadi telah terbawa emosi.

"Maaf jika tadi aku kasar. Aku hanya ingin kau sadar jika kau itu telah menjadi milikku. Jangan coba-coba berpaling dengan pria lain. Setelah perceraianku, kita akan menikah. Aku ingin setelah menikah kamu berhenti kuliah dan hanya di rumah saja. Hari ini dan tiga hari ke depan aku juga tidak mengizinkan kamu keluar. Besok aku belikan ponsel yang baru. Jangan coba-coba membohongi aku lagi!"

Melani memandangi wajah Jefri dengan perasaan masih marah dan sakit hati. Lani menutupi tubuhnya dengan selimut. Wanita itu bangun dan memandangi Jefri dengan mata melotot.

"Kenapa memandangi aku begitu? Apa kamu masih tidak terima dengan perlakuanku? Aku tidak akan kasar jika kamu menuruti apa yang aku katakan."

"Kenapa aku tidak boleh keluar dan mengenal pria lain? Kamu sendiri bebas berkenalan dengan wanita lain. Bahkan masih memiliki istri. Jika kamu beranggapan aku ini milikmu karena telah memberikan aku uang, kamu salah, Om! Bukankah kita saling menerima dan memberi. Jadi tidak ada yang bisa mengekang. Aku memberikan tubuhku untuk kepuasan kamu dan kamu memberikan aku uang sebagai bayarannya!" Lani berucap dengan sedikit emosi, membuat Jefri kembali tersulut emosinya.

Jefri menarik rambut Lani keras, membuat wanita itu meringis menahan sakit. Namun, dia masih menantang Jefri dengan pandangannya yang penuh amarah.

"Dengar Lani, kau itu lebih menjijikkan dan lebih hina dari pe*la*cur jalanan. Kau sengaja mengangkangkan kaki memuaskan aku hanya untuk mendapatkan uang demi gengsi keluargamu. Namun, pe*la*cur jalanan itu menjajakan dirinya hanya untuk menyambung hidup, bukan gaya hidup seperti yang kau lakukan."

Jefri lalu melepaskan tangannya dari rambut Lani. Wanita itu menarik napas dalam menahan perih yang dia rasakan dari kulit kepalanya.

"Cobalah kau menjual diri dijalanan. Apa kau pikir akan mendapatkan kesenangan seperti saat ini. Paling kau hanya akan mendapatkan uang untuk membeli sesuap nasi. Sekali lagi aku ingatkan, jangan macam-macam. Sebagai hukuman kau hanya boleh keluar dari kamar atas izinku."

Jefri berjalan meninggalkan kamar Lani. Dia mengunci kamar itu. Lani yang menyadari itu langsung berlari mengejar ke pintu. Wanita itu berteriak minta dibukakan.

"Ini kunci pintu kamar Lani. Jika aku tahu kau mengizinkan dia keluar kamar. Kau tahu akibatnya. Sebagai hukuman karena kau tidak bisa menjaga anakmu, uang bulananmu tidak akan aku beri. Biarkan dia hanya di kamar selama 3 hari ini."

Jefri melempar kunci kamar Lani kehadapan Yana. Dyra melihat itu hanya diam. Dia sadar semua yang dilakukan Lani kakaknya hanya untuk memenuhi semua kebutuhan hidup dan kebahagiaannya.

Lani telah banyak berkorban untuk dirinya dan keluarga. Jika memang Kakaknya itu telah lelah dan bosan dengan kehidupannya seperti ini, mungkin kini saatnya dia yang menggantikan posisi Lani. Mencari uang untuk biaya hidup mereka.

Lani memukul pintu kamar sambil berteriak minta dibukakan. Yana yang emosi setelah mendengar jika dia tidak akan menerima uang bulanan yang biasa Jefri berikan, membuka pintu kamar.

Lani yang masih belum berpakaian menarik selimut menutupi tubuhnya saat melihat ibunya masuk. Dyra berdiri di ambang pintu ingin tahu apa yang akan ibunya lakukan.

Melihat wajah ibunya yang tegang, Lani tahu pasti ibunya juga sedang emosi. Lani mundur sedikit menjauh dari Yana. Namun, wanita yang telah melahirkannya itu makin mendekatkan dirinya.

Yana menarik selimut yang menutupi tubuh Lani hingga tubuhnya saat ini menjadi polos. Yana menarik tangan Lani menghadap cermin seperti yang Jefri lakukan tadi.

"Coba kau lihat tubuhmu. Kau kira tubuhmu ini terlalu berharga hingga kau mencoba bertingkah. Sudah bagus Jefri mau memberi uang banyak hanya untuk tubuhmu ini. Jika kau menjualnya di lokalisasi, kau hanya dapat uang ratusan sekali melayani. Jadi jangan sok jual mahal!"

Ibu mendorong tubuh Lani hingga tersungkur ke lantai. Tangisan wanita itu tidak bisa dibendung lagi. Jika dari cerita temannya, Ibu adalah orang yang akan melindungi anaknya berbeda dengan ibunya. Yana bahkan yang mendorong dirinya hingga terjerumus sedalam ini.

...****************...