NovelToon NovelToon
Bukan Cinderella Sekolah: Deal Sinting Sang Pangeran Sekolah

Bukan Cinderella Sekolah: Deal Sinting Sang Pangeran Sekolah

Status: sedang berlangsung
Genre:Si Mujur / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah / Cinta Murni
Popularitas:111
Nilai: 5
Nama Author: Dagelan

Kayyisa nggak pernah mimpi jadi Cinderella.
Dia cuma siswi biasa yang kerja sambilan, berjuang buat bayar SPP, dan hidup di sekolah penuh anak sultan.

Sampai Cakra Adinata Putra — pangeran sekolah paling populer — tiba-tiba datang dengan tawaran absurd:
“Jadi pacar pura-pura gue. Sebulan aja. Gue bayar.”

Awalnya cuma kesepakatan sinting. Tapi makin lama, batas antara pura-pura dan perasaan nyata mulai kabur.

Dan di balik senyum sempurna Darel, Reva pelan-pelan menemukan luka yang bahkan cinta pun sulit menyembuhkan.
Karena ini bukan dongeng tentang sepatu kaca.

Ini kisah tentang dua dunia yang bertabrakan… dan satu hati yang diam-diam jatuh di tempat yang salah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dagelan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Hal-Hal Kecil Yang Tidak Ada Dalam Kontrak

 

Sudah beberapa hari lewat sejak kejadian makan bareng dan shopping absurd itu, tapi entah kenapa… rasanya hubungan pura-puraku dengan Cakra malah berjalan lebih normal. Normal versi aneh, sih. Normal yang cuma masuk akal kalau pelakunya adalah cowok paling misterius di sekolahan ini—yang ngerti bikin aku nggak nyaman tapi juga ngerti bikin aku tenang.

Dan pagi ini, begitu aku masuk kelas, aku langsung tau sesuatu berubah.

Kursiku sudah ditarik sedikit keluar—sedikit banget, tapi cukup buat aku nggak kebingungan pas mau duduk. Bukuku yang biasa aku tumpuk sembarang kayak gunung runtuh sudah dirapikan rapi. Dan satu jepit rambut bintang—yang dia beliin kemarin, yang aku lupa di motor—ada di atas mejaku, letaknya pas di tengah buku catatan.

“Lo ninggalin ini di motor kemarin,” suara Cakra muncul dari belakangku, membuatku hampir lompat sampe kepala nabrak lemari.

Aku menatapnya, lalu ke jepit bintang. “Lo… taruh di meja?”

“Daripada ilang.” Jawabannya pendek, tapi tatapannya ada yang tersirat—kayak bilang “kupikir lo mau pake, jadi ya…” Jadi ya… kupakai. Kenapa juga aku jadi nurut begini, sih? Seperti anak kecil yang dibilang orang “pake ya” langsung mau.

Pelajaran pertama ternyata kerja kelompok. Dan gurunya langsung nembak tanpa ragu.

“Cakra, Kayyisa. Kalian berdua jadi satu kelompok.”

Tentu saja. Guru ini pasti denger gosip TikTok yang entah dari mana munculnya—“Cakra & Kayyisa!Pasangan Paling Ngehuy di SMA X” atau apa gitu. Begitu kursi Cakra geser mendekat, aku refleks nahan napas—jaraknya… dekat. Lebih dekat dari biasanya. Lebih dekat dari batas aman jantungku yang udah sering kerja lembur.

“Nih,” katanya sambil ngasih buku catatan. “Gue udah kerjain setengah.”

“Kenapa lo kerjain sendiri? Harusnya gue bantu—”

“Lo ngantuk. Gue liat dari tadi lo nguap lima kali. Yang ke lima sampe mata lo bengkak.”

“Astaga, itu bukan alasan… gue bisa bangun kok!”

Dia cuma mengangkat bahu tipis, tapi sudut mulutnya naik sedikit. Senyum kecil. Senyum berniat membunuh ketenanganku yang baru dibangun. Kami kerja bareng, tapi jujur… yang kerja beneran cuma dia. Aku lebih sibuk menahan wajah biar nggak keliatan merah setiap kali tangannya lewat dekat tanganku, atau kepalanya mendekat pas dia ngoreksi tulisanku yang ragu-ragu.

Saat jeda kelas, dia tiba-tiba nyeletuk dari samping.

“Nanti pulang jangan kabur.”

“…kenapa harus kabur? Gue bukan maling kali!”

“Kita makan.”

“Nggak lagi, kan? Gue masih trauma carbonara kemarin mahal banget—kalo lo traktir tiap hari, gue bikin hutang budi sampe tua!”

“Di kantin sekolah, Kir.” Nada suaranya lembut, kayak dia beneran ngerti lo bukan “cewek fancy carbonara” yang suka tempat mahal. “Gue pengen… ya gitu, makan biasa aja.”

Aku terdiam. Oh. Ini dari daftar aktivitas yang pernah dia bilang di awal—hal-hal biasa yang nggak pernah dia lakukan. Makan di kantin sebagai siswa normal, bukan sebagai “Cakra Adinata yang disorot sorotan”.

“Kan lo bisa makan di kantin kapan aja…” gumamku pelan.

“Gue nggak bisa.” Nada suaranya pelan tapi serius, matanya melihat lantai. “Orang-orang terlalu… ngeliatin. Seolah gue bukan manusia yang mau makan aja.”

Aku langsung ngeh. Iya. Cakra bukan tipe yang bisa duduk sambil nyeruput es teh tanpa jadi tontonan massal—ada yang ngeliatin, ngobrol, bahkan foto diam-diam. “Oke,” jawabku lembut. “Gue nemenin.”

Dia mengangguk sedikit. Puas. Tenang. Seperti itu yang dia tungguin dari awal.

Kantin siang itu ramai banget—teriakan anak yang main lari, tawa yang kencang, dorongan kursi yang bikin suara kerik—chaotic khas SMA yang aku suka. Begitu kami masuk, beberapa kepala langsung noleh. Wajar. “Cakra masuk kantin” itu kayak event langka, setara gerhana matahari atau hujan di musim kemarau.

“Lo mau apa?” aku nanya pelan, nyoba buat dia santai.

Dia melihat sekeliling lama banget—rambutnya sedikit jatuh ke dahi, matanya menyapu meja-meja yang penuh. Canggung. Ini aneh banget. Cakra—pangeran sekolah, wajah mahal, aura cuek dewa gunung—kelihatan gugup kayak anak baru yang mau cari temen.

“Gue… mau yang lo makan,” katanya akhirnya, suara sedikit ragu.

“Hah? Kenapa? Lo nggak mau pilih sendiri?”

“Biar bareng.”

Sederhana banget. Tapi… kenapa kalimat itu lebih manis dari lemon tea manapun yang pernah aku minum?

Akhirnya kami duduk di pojok paling pinggir dengan dua piring bakso bakar dan dua es teh manis. Awalnya Cakra diem—dia cuma liat sekitar, kayak takut ada kamera tersembunyi di sudut. Lalu, pelan-pelan… dia mulai santai. Dia buka bungkus bakso, ngambil tusuk sate, dan ngunyah dengan tenang.

“Makan beginian enak juga,” gumamnya, mata dia melihat piring.

“Ya ampun, lo kayak baru keluar dari kastil yang makanannya cuma steak dan selada mentah.”

“Emang.”

“…hah?”

Dia cuma nyengir kecil, seolah itu hal normal yang nggak perlu dijelaskan. Dan itu… lucu. Lucu banget. Seperti ketemu raja yang baru tau ada makanan lebih enak dari masakan istana.

Pas aku lagi nyedot es teh sampe suara slurrp, dia tiba-tiba nyeletuk.

“Sa.”

“Apa?” Aku masih ngangkat muka dari gelas.

“Besok… kita pulang naik angkot.”

Aku hampir tersedak—es tehnya nyembur sedikit ke bajuku. “Kenapa angkot?!”

“Lo biasanya begitu kan? Itu salah satu hal normal yang lo lakuin tiap hari. Naik angkot dari sekolah pulang ke rumah, beli cemilan di gerobak sepanjang jalan.”

“Terus lo mau coba?”

Dia mengangguk, pelan tapi yakin. Matanya tetep menatapku. “Gue mau ngerasain hidup lo.”

Aku terdiam. Lama. Terlalu lama sampai es tehnya cair dan rasanya jadi tawar. "Lo mau ngerasain hidup gue, apa mau miskin."

Cakra terkekeh geli dan entah kenapa… kata-kata tadi itu lebih menggetarkan daripada apapun yang pernah dia lakukan—lebih dari jepit rambut, lebih dari tangannya yang memegang tanganku.

Pas pulang sekolah, dia nunggu aku di gerbang dengan raut santai yang entah kenapa kelihatan… lebih hangat dari biasanya. Rambutnya agak berantakan karena angin, dan ada senyum tipis yang nggak pernah hilang dari sudut mulutnya. Seolah kegiatan kecil tadi—makan bakso bakar dan duduk di kantin rame—beneran bikin dia senang.

“Besok ya,” katanya, matanya melihat jepit bintang di rambutku. “Angkot.”

“Lo yakin? Nggak nanti deh kayaknya. Angkotnya bau, rame, kadang ada yang bau sepatu!”

“Selama lo ada.”

…dan jantungku beneran lupa cara kerja normalnya. Seperti mesin yang kehabisan oli, cuma bisa berdebar kencang tanpa jeda. Aku cuma bisa mengangguk pelan sambil menatap jepit bintang di rambutku—yang terasa makin berat, tapi juga makin berarti.

Hidupku memang aneh sekarang. Aneh, melelahkan, penuh drama, dan tidak masuk akal. Tapi ada satu hal yang pasti.

Hal-hal kecil bersama Cakra…

tidak pernah terasa kecil untuk Kiran.

"Gue pikir-pikir dulu."

 

✨ Bersambung…

1
Yohana
Gila seru abis!
∠?oq╄uetry┆
Gak sabar nih nunggu kelanjutannya, semangat thor!
Biasaaja_kata: Makasih banyak ya! 😍 Senang banget masih ada yang nungguin kelanjutannya. Lagi aku garap nih, semoga gak kalah seru dari sebelumnya 💪✨
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!