NovelToon NovelToon
TRANSMIGRASI : AKU JADI NYAI

TRANSMIGRASI : AKU JADI NYAI

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Transmigrasi / Era Kolonial / Nyai
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dhanvi Hrieya

Sekar tak pernah menyangka, pertengkaran di hutan demi meneliti tanaman langka berakhir petaka. Ia terpeleset dan kepala belakangnya terbentur batu, tubuhnya terperosok jatuh ke dalam sumur tua yang gelap dan berlumut. Saat membuka mata, ia bukan lagi berada di zamannya—melainkan di tengah era kolonial Belanda. Namun, nasibnya jauh dari kata baik. Sekar justru terbangun sebagai Nyai—gundik seorang petinggi Belanda kejam—yang memiliki nama sama persis dengan dirinya di dunia nyata. Dalam novel yang pernah ia baca, tokoh ini hanya punya satu takdir: disiksa, dipermalukan, dan akhirnya dibunuh oleh istri sah. Panik dan ketakutan mencekik pikirannya. Setiap detik terasa seperti hitungan mundur menuju kematian. Bagaimana caranya Sekar mengubah alur cerita? Apakah ia akan selamat dari kematian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhanvi Hrieya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18. INGIN PUNYA ANAK

Jemari halusnya perlahan merapikan lipatan kain batik yang menjuntai hingga mata kaki. Stagen yang melilit pinggangnya menahan rapi balutan jarik bermotif sogan, membuat tubuhnya tampak anggun tegap. Di atasnya, kebaya tipis berwarna gading tersemat lembut, transparannya menampakkan garis halus kain dalam yang membalut tubuh. Ia menunduk sejenak, menyematkan bros perak di bagian dada sebagai pengait kebaya, lalu merapikan selendang tipis yang menjuntai di bahu. Rambut hitam panjangnya telah digelung menjadi konde di tengkuk, diberi tusuk konde emas. Aroma melati yang terselip di sanggulnya samar-samar menyebar, seolah menambah kesan kewanitaan.

Sinar matahari pagi menimpa kain batik yang bergelombang setiap kali ia bergerak, membuat corak klasik itu tampak hidup. Busana sederhana, namun pada dirinya menjelma kemewahan yang berwibawa. Penampilan Sekar membuat Johan yang kini bersandar di dasbor ranjang mengerutkan dahinya, memperhatikan Sekar dengan saksama.

"Mau kemana, Nyai?"

Sekar melongok ke belakang, "Ada janji keluar dengan Nona Kartika. Nona Kartika akan menemaniku untuk mencari pekerjaan yang sesuai untukku."

"Pekerjaan," ulang Johan tak mengerti, "kenapa Nyai harus berkerja? Bukankah Nyai bisa menikmati segala kemewahan ini tanpa harus bersusah payah untuk bekerja."

Meskipun satu minggu yang lalu telah membahas tentang pekerjaan di saat Sekar meminjam uang pada Johan, pria di atas ranjang itu setuju. Tapi, tampaknya Johan tak menganggap serius perkataan gundiknya di meja makan. Sebagaimana yang Johan ketahui Sekar adalah wanita yang malas, apalagi ia tidak serius dalam belajar. Kesehariannya terlalu banyak dihabiskan dengan bersolek, bukankah karena itu Johan semakin mantap mengambil Sekar untuk dijadikan gundiknya.

"Aku..., aku merasa bosan di berada di sini. Apalagi aku tidak bisa keluar dari tempat ini, aku ingin mencoba bekerja dan menghasilkan uang sendiri," sahut Sekar ada keraguan di wajahnya.

"Apa yang bisa Nyai kerjakan? Nyai hanya ingin menghabiskan waktu. Aku akan mendaftarkan Nyai ke dalam kegiatan para istri pejabat lainnya. Agar tidak merasa bosan," usul Johan.

"Tapi aku bukan Nyonya, aku hanya seorang gundik. Bagaimana bisa aku bergabung dalam kegiatan dan kehidupan soal para Nyonya," tolak Sekar terus terang.

Bagaimana bisa Johan lupa dengan identitas serta status Sekar, ia hanyalah seorang gundik yang dipandang rendah oleh semua golongan. Apalagi setelah insiden yang terjadi, di mana ia mengayunkan pisau pada ayahnya sendiri. Kehebohan itu disaksikan oleh para istri sah kaum elit dan istri para tentara Belanda, dijadikannya Sekar sebagai tahanan rumah selama satu minggu saja sudah mengundang kritik.

Lantas bagaimana bisa mereka akan menerima kehadiran Sekar, Sekar tak ingin membuat hidupnya jadi semakin sulit saja. Masuk sendiri ke sarang harimau dengan kedua kakinya sendiri, Johan mendesah berat.

"Jika Nyai mau, siapa yang berani menolak apalagi memproses keputusanku."

Sekar menipiskan bibirnya, dan menggeleng tak berdaya. Pria ini benar-benar berkuasa, Sekar paham itu.

"Aku tidak ingin, aku hanya ingin bekerja. Menghasilkan uang, aku ingin mengirimkan uang pada adik-adikku di desa. Masih ada satu orang lagi Adik perempuanku di desa," jawab Sekar lirih.

Lasmi mungkin sudah ia tangani, Joyo dan Wati pulang dengan tangan kosong. Entah apa yang terjadi pada keduanya, sudah seminggu lebih keduanya tidak ada kabar. Sekar pun tidak peduli dengan apa akan keduanya hadapi di desa, hanya saja ia takut ayahnya akan menganiaya adiknya yang lain.

"Baiklah," gumam Johan serak.

Johan turun dari atas ranjang, ia menghampiri Sekar. Berdiri di belakang Sekar, menunduk perlahan memeluk pinggang ramping sang gundik. Dagunya bertengger di atas bahu kanan Sekar, tubuh Sekar seketika membeku di saat semburat hangat dari napas Johan terasa menggelitik di leher jenjangnya.

"Aku hanya ingin Nyai tetap di rumah, hamil dalam waktu dekat. Aku ingin di rumah ini terdengar suara tangis bayi, atau suara kaki kecil yang berlarian menyabut kepulanganku. Nyai, aku akan memberikan banyak uang untuk Nyai. Asalkan Nyai melahirkan anak-anak untukku," kata deep voice serak Johan menyuarakan keinginannya.

Ada beberapa gundik dari para petinggi melahirkan anak, istri sah Johan berada jauh di tanah air. Wanita yang telah ia nikahi secara sah itu adalah seorang nona muda berdarah bangsawan, ia tak ingin datang ke negara ini. Mengingat terlalu banyak ketidak nyamanan di negara ini, mereka telah menikah delapan tahun. Johan telah berpisah dengan istrinya selama tiga tahun, sulit untuk kembali. Hanya menyurati istrinya, mengirimkan uang gaji serta barang-barang berharga.

Johan ingin juga memiliki keturunan, telapak tangannya yang tadinya memeluk erat pinggang ramping Sekar kini bergerak ke arah perut Sekar. Mengusap dengan gerakan perlahan, Sekar menahan napas. Sungguh sulit untuk Sekar ungkapkan bagaimana perasaannya saat ini, ia beberapa kali menghindar tidur bersama dengan Johan. Dengan banyaknya taktik, pada akhirnya mereka berdua hanya berakhir tidur di ranjang yang sama. Tanpa melayani kebutuhan ranjang Johan, Sekar mengedipkan kedua kelopak matanya.

"Itu sulit, Jendral. Aku hanyalah seorang gundik, anak yang aku lahirkan akan sengsara. Anak itu tidak akan sepenuhnya menjadi pribumi, atau menjadi tuan dan nona muda. Bagaimana bisa, aku melihat mereka sengsara," sahut Sekar dengan ekspresi berpura-pura sedih dan khawatir. 'Siapa juga yang mau punya anak denganmu, yang ada anak itu akan mati mengenaskan di tangan kalian para tokoh penting dalam novel ini.'

Hidup Sekar saja di sini masih ambigu, bagaimana bisa ia rela mengandung dan melahirkan anak. Ia tak ingin melihat anak yang nantinya ia lahirkan akan terlihat hingga meremukkan perasaannya, apalagi istri sah dari Johan akan datang. Perempuan itu arogan dan egois, saat melihat tokoh Sekar ia langsung menarik rambut Sekar dan memukuli tokoh Sekar dengan membabi-buta. Membayangkan itu akan terjadi nantinya, Sekar merasa bulu tubuhnya merinding.

Johan melepaskan pelukannya pada tubuh Sekar, perlahan menarik bahu Sekar. Hingga keduanya berdiri saling berhadapan, jari jemari panjang pria berambut pirang itu menarik helain anak rambut nakal yang menjuntai di dahi Sekar. Ia tersenyum kecil, tangan kanannya meraih pergelangan telapak tangan Sekar dan menggenggamnya erat.

"Aku akan mengangkat anak itu, memasukan namanya ke daftar anak sah. Tidak akan ada yang bisa menyulitkan kehidupannya, aku bisa memberikan status serta pendidikan yang terbaik untuknya nanti. Nyai tidak perlu khawatir," tutur Johan meyakinkan Sekar.

"Bagaimana jika Nyonya datang ke sini, Nyonya tidak akan menerimaku apalagi kehadiran anak itu, Jendral. Kami berdua bisa sama-sama terluka," balas Sekar masih dengan ekspresi wajah berpura-pura sedih, bersandiwara sebaik-baiknya.

"Itu tidak mungkin, dia tak akan pernah datang ke sini. Tak akan pernah mau," jawab Johan seakan begitu yakin jika istri sahnya tak akan pernah datang.

Di negara mereka kehidupan mewah dengan fasilitas yang lengkap, dibandingkan berada di negara yang masih banyak kekurangan. Johan paham betul bagaimana istrinya, saat ia menceritakan apa yang ada. Ekspresi enggan langsung terpancar, ia mendesah berat saat ditawari untuk datang ke negara ini.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!