NovelToon NovelToon
Mafia Tampan Dan Gadis Manja

Mafia Tampan Dan Gadis Manja

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / CEO
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: vatic

hana, seorang gadis remaja yang tiba-tiba menikah dengan seorang mafia tampan karena desakan posisinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vatic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kenikmatan yang sesungguhnya

Cup… cup… cup…

Sean menurunkan ciumannya di pundak mungil Hana, sementara tangannya membelai lembut punggung putih gadis itu.

Hana yang tak terbiasa dengan permainan semacam ini benar-benar meremang. Rasa asing yang muncul membuat tubuhnya sulit menolak, meski hatinya masih diliputi malu.

“Sean… aku malu…” bisiknya lirih, tubuhnya bergetar karena ia sadar tak lagi mengenakan sehelai kain pun.

Sean tak menjawab. Ia hanya terus menempelkan bibirnya, menurunkan ciuman lembut di sepanjang pundak Hana.

Cup… cup…

“Hana… aku benar-benar tak bisa menahannya lagi…” bisik Sean dengan suara berat dan serak, penuh hasrat yang nyaris meledak.

Hana menelan ludah, gugup. Tapi kemudian ia mendekat, berbisik tepat di telinga Sean.

“Lakukan saja… tapi…” ucapnya terhenti, sebelum akhirnya melanjutkan, “tapi aku belum punya persiapan…”

Sean seketika menghentikan pelukannya, menatap penuh ke arah Hana.

“Persiapan apa maksudmu?” tanyanya bingung, alisnya berkerut, benar-benar tak paham dengan yang dimaksud gadis itu.

Hana sempat membalas tatapan itu, tapi segera menunduk dan menyembunyikan wajahnya di leher Sean, menyadari tubuhnya masih telanjang.

“Aku… belum membersihkannya…” gumamnya sangat lirih, hampir tak terdengar.

Sekilas senyum tampan Sean mengembang. Ia menunduk, berbisik lembut di telinga Hana.

“Kenapa harus dibersihkan… aku lebih suka yang alami…”

Hana semakin malu, tubuh indahnya seolah ingin ia kerutkan agar tak terlihat.

“Sean… aku malu… biarkan aku pakai baju dulu…” pintanya pelan.

“Tidak boleh,” jawab Sean mantap, sorot matanya tajam namun penuh rasa. “Aku ingin melihat keindahanmu ini…”

Dengan hati-hati ia membaringkan Hana di atas ranjang. Refleks, tangan Hana meraih selimut untuk menutupi tubuh polosnya, tapi Sean lebih cepat menariknya pergi.

“Sean… aku malu…!” Hana menjerit kecil, lalu dengan panik menutupi mata Sean dengan kedua tangannya.

Perlahan Sean menyingkirkan tangan Hana dari matanya. Pandangannya menyapu penuh ke seluruh tubuh polos Hana, dengan sorot mata yang jelas menyimpan nafsu sekaligus kekaguman.

“Seaan… aku malu…!” bisik Hana gemetar, pipinya memerah.

“Indah… sungguh… sangat indah…” ucap Sean tulus, matanya tak berpaling sedikit pun.

“Seaan…!” Hana meronta kecil, membuat Sean tersadar dari keterpakuannya. Ia menunduk perlahan, lalu—

Cup…

Sebuah kecupan lembut mendarat di kening Hana. Setelah itu, ujung hidungnya menempel pada hidung Hana, begitu dekat hingga keduanya bisa merasakan hembusan napas masing-masing.

Dengan suara dalam dan penuh keyakinan, Sean berbisik, “Hana… aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Sungguh, hanya padamulah aku bisa seperti ini…”

Bola mata Hana bergetar, menatap kedua mata Sean dengan gugup. “Bukankah… kamu sudah punya istri…?” tanyanya lirih. Ia berpikir, bukankah hal semacam ini pasti sudah biasa dilakukan Sean? Apalagi ia tahu Sean bahkan akan segera memiliki anak.

Sean memahami maksudnya, namun ia hanya terdiam. Baginya, bukan sekadar hasrat yang mendorongnya, melainkan getaran istimewa yang hanya muncul saat bersama Hana. Cinta itu nyata, membuatnya bahkan rela menahan diri dan meminta izin dari gadis itu.

Cup…

Kecupan lain kembali mendarat, sebelum akhirnya Sean melanjutkan aksinya. Perlahan, pergulatan panas pun dimulai. Sentuhan demi sentuhan membuat Hana terhanyut, tubuhnya larut dalam permainan Sean. Tanpa sadar, ia mulai ikut mengimbangi setiap gerakannya, meski dengan gugup.

Keheningan kembali menyelimuti ketika Sean menurunkan fokusnya ke bagian bawah Hana. Matanya berbinar, mengagumi keindahan tersembunyi itu.

“Hana… milikmu sungguh indah…” gumamnya, tatapannya penuh pesona.

Cup… cup…

Kecupan demi kecupan mendarat di sana. Sean bahkan melanjutkan dengan jilatan dan sesapan, membuat Hana panik.

“Sean… jangan… itu kotor… ahhh…!” serunya tertahan, desahan meluncur seiring lidah Sean yang nekat menyelusup ke celah mungil itu.

“Seaaannn… jangan… itu kot—aaahhh…!” Hana kehilangan kata-kata.

Sensasi itu membuatnya benar-benar tak berdaya. Tubuhnya lemas, nafasnya terengah, sementara Sean terus memberi ritme, selalu memberi jeda agar Hana bisa menikmati setiap puncaknya. Namun tetap saja, kaki Hana bergetar hebat, seolah tak pernah berhenti, membuatnya seakan kehilangan kendali sepenuhnya.

Dalam kelengahannya, Sean tiba-tiba merengkuh tubuh Hana lebih erat. Tatapannya dalam, penuh gejolak perasaan yang sulit ia bendung.

Hana yang kaget langsung meringis, tubuhnya menegang.

“Se–Sean… sakit…!” ucapnya lirih dengan mata yang mulai berkaca.

Sean terdiam sejenak, merasakan ketegangan gadis itu. Tangannya dengan lembut membelai pipi Hana, mencoba menenangkan.

“Lihat aku… jangan takut,” bisiknya.

Hana menunduk, air matanya jatuh, membuat Sean semakin gelisah. Perlahan ia mengangkat wajah Hana agar saling berhadapan.

“Buka matamu… percayalah padaku,” ucap Sean dengan suara serak, nyaris memohon.

Dengan ragu Hana menuruti, kedua mata mereka bertemu. Saat itu, Sean tersenyum tipis meski jelas ia juga menahan sesuatu dalam dirinya.

“Aku tidak ingin menyakitimu… aku hanya ingin kau tahu, perasaanku sungguh tulus,” katanya.

Hana menggigit bibirnya, hatinya berperang antara takut dan percaya. Tubuhnya masih bergetar, tapi kehangatan Sean yang membalutnya perlahan meluruhkan rasa panik itu.

Sean lalu mengecup kening Hana, lembut dan lama. “Tenanglah… semua akan baik-baik saja,” bisiknya.

Perlahan, desahan gugup berganti dengan helaan napas yang lebih tenang. Hana mulai menyerah pada rasa nyaman itu. Dalam buaian Sean, akhirnya ia terpejam karena kelelahan.

Melihatnya tertidur, Sean hanya bisa menatap wajah gadis itu dengan perasaan yang campur aduk. Ia menarik selimut menutupi tubuh Hana, lalu duduk di tepi ranjang cukup lama, sebelum akhirnya berdiri dan melangkah ke balkon.

Udara malam menampar wajahnya, dan ia menghembuskan asap rokok dengan mata yang penuh kegelisahan, antara menahan hasrat dan menanggung rasa bersalah.

1
saya
mulai panas dingin nich🤭
saya
lanjutt....
saya
bagus,,, mantap...
saya
lanjuuuuuttt👍
vatic
selamat membaca yaaaa....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!