NovelToon NovelToon
Bukan Lagi Istri CEO

Bukan Lagi Istri CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / Janda / Kehidupan di Kantor / Slice of Life
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Yazh

Cerita yang memberikan inspirasi untuk wanita diluar sana, yang merasa dunia sedang sangat mengecewakannya.
Dia kehilangan support system,nama baik dan harapan.

Beruntungnya gadis bernama Britania Jasmine ini menjadikan kekecewaan terbesar dalam hidupnya sebagai cambukan untuk meng-upgrade dirinya menjadi wanita yang jauh lebih baik.
Meski dalam prosesnya tidak lah mudah, label janda yang melekat dalam dirinya membuatnya kesulitan untuk mendapat tempat dihati masyarakat. Banyak yang memandangnya sebelah mata, padahal prestasi yang ia raih jauh lebih banyak dan bisa di katakan dia sudah bisa menjadi gadis yang sempurna.

Label buruk itu terus saja mengacaukan mental dan hidupnya,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Manja

.

.

.

Mereka kembali melibatkan diri dalam urusan perusahaan, mengesampingkan masalah Rayyan dan Britania lebih dulu. Nathan dan tim harus segera melakukan meeting online dengan para buyer yang sudah menghentikan pesanan mereka. Semuanya adalah klien besar dan penting, jadi jika sampai berhenti total, perusahaan jelas akan merugi besar.

Sementara meeting berlangsung, Bri sibuk dengan tim desain untuk membuat model baru. Sudah hampir sejam Briella dan Olivia menunggu untuk melihat hasilnya, namun tim desain sepertinya sangat tertekan sampai mereka tidak bisa menemukan satu pun ide desain yang bagus dan luar biasa. Perusahaan membutuhkan desain yang lebih unik, elegan, dan berbeda dari desain-desain lain sebelumnya.

"Brii... Lo kasih inspirasi dehh! Buntu nih orang-orang gue." Seru Birru yang tengah pusing menghadapi bawahannya. Sejak tadi tidak ada satu pun yang mempunyai ide bagus untuk membuat desain baru. Semua hasil karya mereka belum ada yang menarik.

"Udah lah, istirahat dulu aja. Nanti udah rileks coba mikir lagi, kalian kan orang-orang seni kalau dipaksain malah nggak dapat ide. Aku balik dulu yaa..." Britania melenggang menuju ruangannya, merasakan kepenatan yang sama. Namun ia sdar, memaksakan pekerjaan yang penuh penekanan tidak akan menghasilkan produk yang bagus. Mereka harus diberi jeda untuk istirahat.

"Briii, dicariin Pak Nathan." Olivia menunjuk pintu ruangan Britania yang sedikit terbuka.

"Biasanya nyuruh Brianda, ada apa itu orang ke ruanganku sendiri?" gumam Brii, sedikit heran.

"Nggak tahu sih, udah deh sana masuk. Kali aja ada hal penting... Gue yang deg-degan nih, wkwkwk," Olivia mendorong pelan punggung Britania, membuat tubuhnya sedikit terhuyung ketika memasuki ruangan.

"Ada apa? Kok tumben kesini sendiri." tanya Britania saat melihat Nathan berbalik. Pria itu berjalan dengan cepat ke arahnya yang masih berdiri di depan pintu. Tanpa aba-aba, tangannya terulur cepat untuk mengungkung tubuh Britania yang sudah mentok di balik pintu, bibirnya langsung meraih bibir ranum kekasihnya dengan lembut dan menyesapnya cukup dalam.

Britania  yang awalnya kaget dan hanya diam pun kini mencoba membalas menyesap bibir manis Nathan. Pria itu makin menggila, seolah terus ingin memanjakannya. Perlahan satu tangannya terus menyusur punggung Bri, memacu gadis itu untuk makin intens menyesapnya.

Sudah bertahun-tahun rasanya baru merasakan lagi ciuman yang mengebu-gebu seperti ini setelah kejadian di pantai waktu itu. Darah Britania berdesir hebat dan bisa ia rasakan banyak kupu-kupu beterbangan di perutnya. Bibir mereka saling memagut dan menyesap untuk beberapa detik lamanya, setelah hampir kehabisan napas baru wajah keduanya saling menjauh.

Nathan sedikit menjauhkan wajahnya, hanya sedikit karena Brii masih bisa merasakan deru napas hangatnya menerpa wajah. "Thanks Babe, udah bikin aku tenang," ucapnya, suaranya sedikit serak, matanya menatap dalam mata  sang kekasih. Brii masih tidak mengerti maksudnya, ia mendorong bahu Nathan pelan untuk mengajaknya duduk di sofa kecil di pojokan ruangan.

"Kamu kenapa?" tanya Brii khawatir, jelas sekali lelaki di depannya tengah gelisah. Dari ciumannya bisa ia rasakan kalau Nathan sedang butuh penghiburan darinya.

Nathan meraih tangan Bri, menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Raut wajahnya kini tampak frustrasi, tidak tenang seperti biasanya, seolah seluruh beban dunia menimpa pundaknya. "Para klien itu akan menghentikan kerja sama dengan kita akhir bulan ini. Tidak ada perpanjangan kontrak, sayangg... Nggak cuma Eclair Jewelry tapi juga tiga klien besar kita. Tepat seperti dugaan aku." Ia menutup mata sejenak, menghela napas berat, bayangan kegagalan dan kerugian besar terpampang jelas di benaknya, baru saja beberapa bulan ia memegang kendali peusahaan sudah harus mengalami hal mengejutkan ini.

"Apa kita perlu ke sana untuk melihat produk yang menggeser posisi kita? Biar kita tahu kelemahan produk itu apa. Aku yakin sih kita masih punya sisi keunggulannya, secara di nalar tidak ada produk murah yang berkualitas bagus... yaa kan?" Briella berusaha menenangkan, mengusap punggung Nathan. Dia tahu pria itu tengah berpikir keras, merasakan tekanan yang sama. Bahu Nathan merosot lalu merebahkan kepalanya di pangkuan Briella, mencari kenyamanan dan sedikit pelarian dari kenyataan pahit itu.

Tok... tok... tok...

Pintu ruangan Briella diketuk. Britania terkesiap, jantungnya berpacu cepat. Nathan sedang di dalam, dan siapapun yang masuk kini pasti akan curiga dengan mereka. Tidak mungkin seorang CEO menghampiri bawahannya sendiri seperti ini, apalagi posisi mereka sedang tidak seperti seorang atasan dan bawahan. Namun yang membuat Britania kesal, Nathan sendiri sepertinya tidak peduli dengan itu.

"Ndaa??? Huffh! Kirain siapa? Ada apa?" Brianda melongokkan kepala, matanya sedikit membesar melihat posisi Nathan yang baru saja mengangkat kepalanya dari pangkuan Brii. Tangannya menunjuk pada Nathan. "Ren ada di ruangan boss sama Nyonya Besar, cariin Lo. Katanya dari semalam nggak ketemu." kata Brianda.

Mendengar nama Ren disebut, Nathan segera beranjak dari sofa. Dia bergegas ke ruangannya setelah pamitan pada Briella dengan tidak rela.

"Brii... Lo sama boss??" pertanyaan Brianda menggantung, matanya menelisik, penuh kecurigaan.

"Nggak seperti yang kamu bayangin, Ndaa. Udahh sana pergi... pergii..." usir Brii, wajahnya sedikit memerah. Dia tahu betul bagaimana orang-orang akan berpikir. Kebanyakan orang kalau sampai mengetahui hubungan mereka pasti akan menganggapnya hanya ingin mengincar hartanya Nathan saja, karena selama ini sudah banyak menolak pria yang mengejarnya di sana tapi sekarang bisa menerima Nathan. Ada rasa takut akan penilaian orang lain yang kembali menggerogoti hatinya, bayangan cemoohan dan hinaan masa lalu masih begitu membekas, membuat dadanya terasa sesak.

Kasih support yukk dengan like dan komen di ceritaku. Terima kasihh,,,

1
Roxanne MA
ceritanya bagus
Yazh: Terima kasih kak, nanti aku mampir ceritamu juga/Smile/
total 1 replies
Roxanne MA
semangat ka
Yazh: Iyaa, semangat buat kamu jugaa😊
total 1 replies
Roxanne MA
haii kak aku mampir nih, janluo mampir juga di karya ku yg "THE ROCK GHOST"
Yazh: siap kak, terima kasihh💙
total 1 replies
Eliana_story sad
bagus tapi gue kurang ngerti ingres
Yazh: hehehe,, cuma sedikit kak kasih bahasa inggrisnya buat selingan.
total 1 replies
Eliana_story sad
hay mampir ya
Yazh: hai juga kak,, siap mampir,,
total 1 replies
KnuckleDuster
Menarik dari setiap sudut
Yazh: terimakasih kakk
total 1 replies
Yazh
ok kak,, terima kasih.. gass mampir 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!