Lilian Restia Ginanjar, seorang gadis mahasiswa semester akhir yang harus mengalami kecelakaan dan koma karena kecerobohannya sendiri. Raganya terbaring lemah di rumah sakit namun jiwanya telah berpindah ke raga wanita yang sudah mempunyai seorang suami.
Tanpa disangka Lili, ternyata suami yang raga wanitanya ini ditempati olehnya ini adalah dosen pembimbing skripsinya sendiri. Dosen yang paling ia benci karena selalu membuatnya pusing dalam revisi skripsinya.
Bagaimana Lili menghadapi dosennya yang ternyata mempunyai sifat yang berbeda saat di rumah? Apakah Lili akan menerima takdirnya ini atau mencari cara untuk kembali ke raganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rapuh
Lili tak menyangka jika kekasihnya yang selama ini selalu ada untuknya itu ternyata mengkhianati dirinya di belakangnya. Bahkan dengan teganya juga menabrak dirinya hanya karena masalah sepele. Padahal sudah jelas kalau skripsi itu memang kewajiban masing-masing mahasiswa namun Roy malah ingin melakukan segala cara agar bisa menyelesaikan semuanya dengan mudah.
Padahal Roy tahu sendiri kalau Lili itu juga sedang menghadapi skripsi yang jauh lebih sulit. Bahkan dosen pembimbingnya saja sangat susah untuk dikibuli sehingga sering revisi. Namun ternyata Roy malah memintanya juga membuat skripsi untuknya.
Apalagi kini pengkhianatan Roy sangat menyakitkan baginya terlebih Nada yang juga sahabatnya berkhianat di belakangnya. Nada yang baik dan selalu mendengarkan keluh kesahnya itu tak ubahnya seorang musuh dalam selimut. Rasanya ia ingin menangis saja jika tak ingat kalau disini ada Kei yang pasti khawatir dengannya.
"Mama, cudah" tolak Kei menerima suapan bakso yang disodorkan didekat mulutnya.
"Kei sudah kenyang?" tanya Arlin dengan lembut.
"Cudah" jawab Kei.
Arlin langsung saja memberikan segelas air mineral pada anaknya itu kemudian diminumnya dengan sedotan. Perbincangan antara Nada dan Roy itu juga sudah berhenti karena mereka sibuk dengan makanannya. Bahkan tak jarang keduanya menampilkan kemesraannya dan itu tertangkap dalam pandangan mata Arlin.
Hatinya kini sudah mati bahkan ia tak merasakan sakit hati. Dikhianati oleh dua orang yang ia percaya sekaligus itu tentu membuatnya kini jadi sadar diri. Ternyata orang terdekat kita ini lah justru menancapkan luka paling dalam di hatinya. Suatu saat nanti jika memang dirinya bisa kembali dalam raganya sendiri, ia akan membalas pengkhianatan keduanya itu.
"Sayang, sudah selesai makannya? Mau ke ruanganku saja tidak? Buat istirahat" ucap seseorang yang tiba-tiba saja berada di belakang tubuh Arlin.
Dia adalah Aldo yang tak lain merupakan suami dari Arlin. Bahkan hampir semua orang yang berada di kantin ini langsung saja melihat kearah dosen dan seorang wanita yang duduk di kursi roda itu. Tentunya keduanya terlihat penasaran dengan pemandangan yang baru mereka lihat itu.
Karena semuanya tentu baru tahu kalau dosen yang digandrungi oleh mahasiswa itu ternyata sudah mempunyai seorang istri dan anak. Melihat pemandangan ini tentunya membuat semuanya langsung menjadikan hal ini bahan ghibahan. Tak menyangka juga Arlin kalau terlalu fokus dengan makan dan mendengarkan perbincangan Nada dan Roy itu ternyata sudah menyita waktu satu jam disini.
"Ini tinggal sedikit lagi" ucap Arlin yang kemudian dengan segera menyelesaikan kegiatan makannya.
Tadinya Aldo mencari istri dan anaknya itu ke taman karena sebentar lagi akan masuk jadwalnya mengajar. Namun ternyata disana tak ada membuatnya segera mencari ke kantin dan ia menghela nafasnya lega saat melihat keduanya ada disana.
Setelah Arlin menyelesaikan makannya, Aldo segera membawa Kei dalam pangkuan istrinya itu. Sedangkan Aldo langsung saja mendorong kursi roda istrinya keluar dari area kantin. Sontak saja kantin langsung ricuh dengan obrolan-obrolan tentang kejadian ini. Roy dan Nada pun juga langsung membicarakan hal ini.
"Aku nggak menyangka kalau tuh dosen killer udah punya istri dan anak. Mana lembut banget lagi kalau ngomong sama istrinya" ucap Nada sambil geleng-geleng kepala.
"Seorang laki-laki kalau udah cinta sama istrinya pasti juga gitu. Diluar dia akan cuek atau dingin sama wanita lain, tapi kalau di rumah pasti bucin tuh" ucap Roy menanggapi.
"Berarti kamu nggak cinta sama Lili dong? Kan dulu pas kamu pacaran sama dia juga cuek" ucap Nada kembali menghungkan dengan Lili.
"Iya dong karena aku cintanya cuma sama kamu" ucap Roy dengan menggombal kemudian tertawa bersama dengan Nada.
Keduanya tertawa seakan tengah menertawakan nasib Lili yang kini dalam keadaan koma namun dikhianati oleh dua orang yang dekat dengannya. Mereka berdua tak bisa membayangkan nantinya kalau sampai hubungan keduanya diketahui oleh Lili. Yang pasti hubungan persahabatan mereka juga akan renggang.
***
Sepanjang jalan menuju ruangan Aldo, Arlin hanya terdiam dengan pandangan kosongnya. Dia masih shock dengan banyaknya fakta yang kini ia ketahui. Ternyata nasib Lili dulunya itu sungguh miris, tak ada orangtua yang menemaninya di saat susahnya sedangkan punya sahabat dan kekasih juga mengkhianatinya.
Sangat beruntung sekali nasib Arlin, walaupun punya orangtua yang tak suka terhadapnya dan hanya memikirkan harta saja namun ada Aldo dan Kei yang menyayanginya. Setidaknya nanti sang suami masih mau menerima dan mencintainya setulus hati walaupun dalam kondisi lumpuh seperti ini. Sekarang bahkan jiwa Lili sepertinya tak ingin kembali pada tubuhnya yang asli.
"Kamu kenapa diam saja sedari tadi? Itu Kei sampai bingung lho" tanya Aldo setelah membuka pintu ruangannya.
"Eh... Nggak papa. Cuma mengantuk saja" jawab Arlin sambil tersenyum tipis.
Tentunya Aldo hanya menganggukkan kepalanya saja walaupun ia sama sekali tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh istrinya itu. Aldo segera mendudukkan istrinya di sofa begitu pula dengan Kei.
"Aku harus mengajar. Kalau ingin istirahat, tidurlah" ucap Aldo yang langsung saja diangguki oleh Lili.
Tadinya memang Aldo akan membiarkan istri dan anaknya di luar namun ternyata perasaannya sangat tak tenang jika membiarkan itu. Akhirnya ia memilih menyusul mereka saja daripada mengajar dalam kondisi tak fokus. Aldo segera berlalu dari ruangannya saat melihat Arlin tengah fokus bermain dengan Kei.
"Maafkan aku jika suatu saat nanti aku ingin egois memilikimu. Aku hanya punya kamu dan Kei dalam hidup ini, semoga saja kalian tak mengkhianati kepercayaanku" gumam Arlin pelan saat melihat Aldo sudah berlalu keluar dari ruangannya.
Hari ini Arlin terlihat sangat rapuh apalagi saat mengingat kalau hidupnya dulu ternyata hanya dikelilingi orang-orang bermuka dua. Padahal ia tak pernah yang namanya merasa ada masalah dengan orang-orang itu namun ternyata semua malah mengkhianatinya.
Kei yang melihat mamanya terlihat sedih pun langsung mengelus lembut lengan Arlin. Sontak saja Arlin menatap kearah Kei yang tersenyum begitu manis kepadanya.
"Mama angan cedih. Ada Kei dicini cama papa. Papa dan Kei ndak atan inggalin mama cendili" ucap Kei dengan tulus.
Arlin menganggukkan kepalanya dengan mata yang berkaca-kaca. Arlin langsung memeluk Kei dengan erat seakan-akan dirinya esok takkan merasakan moment ini lagi. Arlin hanya bisa berharap kalau suatu saat nanti setelah semuanya terungkap, ia takkan dibenci oleh keduanya. Terlebih setelah semuanya selesai, tentunya ia akan berpisah dengan keduanya.
"Jangan tinggalin mama ya. Kalau ada orang jahat yang ingin pisahkan kita, tolong lawan untuk mama" ucap Arlin membuat Kei menganggukkan kepalanya dengan cepat dalam pelukan sang mama.
