Ketika takdir merenggut cintanya, Kania kembali diuji dengan kenyataa kalau dia harus menikah dengan pria yang tidak dikenal. Mampukah Kania menjalani pernikahan dengan Suami Pengganti, di mana dia hanya dijadikan sebagai penyelamat nama baik keluarga suaminya.
Kebahagiaan yang dia harapkan akan diraih seiring waktu, ternoda dengan kenyataan dan masa lalu orangtuanya serta keluarga Hadi Putra.
===
Kunjungi IG author : dtyas_dtyas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman Alexa
Kania menunggu di depan UGD, Elvan masih berada dalam pemeriksaan. Orangtua Elvan dalam perjalanan. Bukan hanya Elvan yang berada dalam pemeriksaan, Bimo dan rekannya pun terluka tapi kondisi Elvan yang lebih mengkhawatirkan karena mendapatkan luka tembak.
“Kania.”
Gadis itu menoleh dan langsung berdiri. Ternyata Ibu mertuanya yang tiba lebih dulu.
“Kondisimu ….”
“Aku tidak apa-apa, tapi Elvan dia ….”
“Duduk, sayang.” Nella mengajak Kania duduk dan menenangkan gadis itu. Padahal Nella adalah ibunya Elvan, walaupun Ibu sambung tapi yang terlihat khawatir malah Kania.
“Tante ….”
“Sudah, tenanglah. Dokter pasti akan memberikan perawatan yang terbaik untuk Elvan. Kita tunggu dan berdoa.”
“Nella, Kania, bagaimana kondisi Elvan?”
Yuda baru saja tiba, suasana koridor UGD menjadi lebih ramai karena Nella dan Yuda datang bersama bodyguard masing-masing. Apa yang terjadi pada Elvan membuat mereka semakin menambah tingkat keamanan demi keselamatan.
“Masih dalam pemeriksaan dokter,” sahut Kania.
“Bagaimana bisa terjadi lagi,” gumam Yuda.
“Keluarga Elvan Hadi Putra.”
“Saya Papanya.” Yuda, Nella dan Kania mendekat ke arah perawat yang memanggil keluarga Elvan.
“Mari ikut saya, dokter akan menjelaskan kondisi pasien.”
Hanya satu orang yang diperbolehkan masuk, tentu saja Yuda yang menemui dokter. Nella dan Kania menunggu lagi di luar.
“Bagaimana kondisi putra saya, Dok?”
“Pasien atas nama Elvan, luka tembak di dada kiri. Sudah dibawa ke ruang operasi, keluarga tinggal berikan persetujuan tindakan. Lukanya cukup dalam dan mengalami pendarahan.”
Yuda tidak ingin mengambil resiko, dia memberikan persetujuan untuk tindakan yang diperlukan demi keselamatan Elvan. Ketiga orang itu kini menunggu di depan ruang operasi, tentu saja diawasi oleh bodyguard mereka.
“Kania, kamu sebaiknya pulang sayang. Istirahat, di rumah. Mami lihat kondisimu juga tidak baik,” ujar Nella.
Yuda pun mengarahkan salah satu pengawalnya untuk mengantar Kania pulang.
“Tapi Tante, aku masih ingin di sini Kondisi Elvan masih belum pasti,” tutur Kania.
“Tidak, kamu harus pulang. Kami akan kabari kondisi Elvan, kamu bisa kembali besok pagi,” titah Yuda.
Kania pun pasrah, dia akhirnya pulang karena perintah Yuda. Selama perjalanan Kania memikirkan apa motif Lukas dengan sengaja menyerang dan melukai mereka.
“Dia bilang hanya menyapa dan Damar,” gumam Kania. “Dia sebut nama Damar. Apa keluarga Hadi Putra memiliki banyak musuh?”
...***...
Kania sudah bersiap untuk ke rumah sakit. Semalam, orangtua Elvan sudah menyampaikan kalau operasi Elvan berjalan lancar, tinggal menunggu pria itu siuman. Kania sudah mengatakan kalau pagi ini akan datang ke rumah sakit, untuk bergantian jaga.
Ditemani oleh Abil, Kania sudah tiba di rumah sakit
“Karena kamu sudah datang, kami pulang dulu ya. Elvan sudah siuman subuh tadi, sekarang dia masih tidur karena efek obat. Temani ya, jangan khawatir kalian aman di sini.”
Kania mengangguk pelan lalu menyaksikan kedua mertuanya meninggalkan kamar rawat Elvan.
“Nona bisa tunggu di dalam,” ujar salah satu bodyguard yang menjaga kamar Elvan.
“Masuk saja Mbak, kami akan tunggu di sini,” ujar Abil.
Elvan terbaring di ranjang pasien dengan selang infus tertanam di pergelangan tangannya. Transfusi darah sudah dihentikan, tidak ada peralatan medis lainnya menandakan kondisi pria itu sudah lebih baik.
Kania duduk di kursi yang ada di samping ranjang, menunggu Elvan bangun. Ada hal yang ingin dia tanyakan pada pria itu, tentu saja harus menunggunya bangun. Hampir setengah jam berlalu, Elvan memberikan tanda dia akan terjaga.
Pria itu mengerjap pelan, kemudian menoleh.
“Bagaimana perasaanmu? Apa aku perlu panggil dokter?” tanya Kania.
“Jangan. Saat aku bangun tadi, dokter sudah memeriksaku.” Elvan mendesis membuat Kania ketakutan.
“Apa aku panggil dokter saja, kamu terlihat kesakitan.”
“Tentu saja sakit, efek obat sudah hilang dan lukaku ini lumayan nyeri,” tutur Elvan.
Kania tidak ingin mengambil resiko dia menekan tombol darurat, tidak lama dokter pun datang bersama perawat. Kania mengatakan keluhan Elvan, dokter pun akan memberikan obat nyeri yang lebih baik.
“Ini resepnya Mbak, tolong ditebus dulu ya,” ujar perawat.
“Aku urus ini dulu,” pamit Kania.
“Biarkan yang lain saja, pasti ada orang di depan ‘kan?”
Kania menolak usulan Elvan.
“Tidak, biar aku saja. Bagaimana kalau ada yang sengaja menukar obatnya,” ungkap Kania.
Elvan terkekeh kemudian mengaduh sakit, dia memang belum boleh banyak bergerak dan bicara.
“Tunggu di sini, aku akan kembali.”
Kania sudah melangkah tapi terhenti karena panggilan Elvan.
“Apa … kamu baik-baik saja?”
“Ya, aku baik-baik saja. Sepertinya Lukas memang bertujuan melukaimu,” sahut Kania. “Kita bicara lagi nanti, aku tebus ini dulu.”
Elvan menatap kepergian Kania dan menghilang di balik pintu. Dia ingat jelas gadis itu menantang dan berkelahi dengan Lukas dan tidak suka saat Lukas berani menyentuh tubuh Kania.
“Aku pastikan pria bodoh itu akan menyesal,” ujar Elvan.
Kania menebus obat ditemani Abil. Agak lama karena ada beberapa orang antrian saat menunggu obat siap. Setelah mendapatkan obatnya, Kania langsung menyerahkan pada perawat yang khusus bertugas untuk kamar rawat Elvan.
Melihat pintu yang tidak tertutup rapat tentu saja membuat Kania bertanya pada kedua bodyguard yang sedang berjaga.
“Ada siapa?”
“Ada dokter di dalam.”
Kania sudah membuka pintu dan melangkah masuk, tapi mendengar pembicaraan dokter dan Elvan membuat gadis itu terpaku.
“Seharusnya kita sudah bahagia, bukan perempuan itu yang harus menjadi istrimu bahkan kalian sudah berbulan madu.”
Kania melihat wanita yang itu memang menggunakan jas dokter.
“Alexa, jangan begini,” lirih Elvan karena wanita yang dipanggil Alexa memeluk Elvan.
Jadi dia yang bernama Alexa, kekasih Elvan. ternyata seorang dokter, batin Kania.
“Kamu sudah janji kalau kita akan menikah. Berapa lama aku harus menunggu?”
Entah kenapa Kania merasa tidak nyaman mendengar pembicaraan antara Alexa dan Elvan. Apalagi mengingat apa yang pernah Elvan katakan sebelumnya, kalau pernikahan hanya akan berjalan satu tahun. Tentu saja Kania menduga itu karena Elvan akan kembali pada Alexa.
“Loh Mbak Kania kenapa keluar lagi?” tanya Abil.
“Masih ada dokter di dalam, aku tunggu di sini dulu,” sahut Kania yang menempati salah satu kursi.
Sedangkan di dalam, Elvan dan Alexa masih melanjutkan pembicaraan mereka.
“Aku tidak bisa menjanjikan apapun. Saat ini Kania sudah sudah menjadi istriku, aku tidak bisa mengatakan akan kembali padamu,” tutur Elvan.
“Tidak bisa, aku masih mencintaimu dan aku tahu kamu juga mencintaiku. Elvan berjanjilah padaku, kamu akan lepaskan wanita itu dan kembali padaku,” pinta Alexa.
“Alexa, pernikahan bukan main-main. Aku dan Kania sudah menikah baik secara agama maupun negara jadi ….”
“Aku tidak peduli,” sela Alexa. “Kalau sampai bulan depan kamu masih belum bisa memutuskannya, aku akan buktikan kalau aku hanya bisa hidup denganmu,” ancam Alexa.