**Ini adalah sekuel terakhir dari "Jatuh Cinta Sama Duda"
#follow ig author ya @dydyailee536 disana ada visual semua tokoh, hehehe
Tampan, kaya, mempesona, dan digilai banyak wanita adalah deskripsi dari sosok Brian Arga Putra Dirgantara, putra seorang konglomerat ternama. Tidak perlu kerja keras, karena sejak dilahirkan ke dunia, Brian sudah digariskan menjadi orang kaya.
Dengan ketampanan dan kekayaan yang dimilikinya, Brian dapat dengan mudah menaklukkan hati para wanita. Tak jarang pula Brian membuat hati wanita-wanita itu patah.
Sikapnya itu akhirnya membuat Brian harus mendapat hukuman dari orang tuanya. Hukuman itu mereka berikan karena mereka ingin Brian menjadi pribadi yang dewasa dan menemukan cinta sejatinya, cinta yang tak memandang kekayaan Brian.
Kira-kira apa hukuman yang akan Brian terima?? Dan berhasilkah Brian mendapatkan cinta sejati yg tulus??
Yukkkk kepoin serunya kisah Brian yang mengharu biru dan kocak, hehehehe....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dydy_ailee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CH-18 Jangan Datang ke Pestaku!
Saat jam pulang kampus, Brian menghampiri Ghea yang masih berada ditempat parkir bersama dengan kedua sahabatnya.
"Ghea!" seru Brian. Ghea melihat sekilas dengan ekspresi kesal.
"Males ngomong sama lo." Ketus Ghea.
"Aku cuma mau bilang, jangan datang ke pesta ku." Ucap Brian.
"Kenapa? Ada masalah apa lo sama Ghea? Lo udah di tolong Ghea tapi lo jahat banget sama Ghea." Cerocos Roni yang merasa kesal mendengar apa yang baru saja Brian ucapkan.
"Pasti ini karena hasutan Fiona dan Raymond kan?" sahut Lula yang ikut merasa kesal dengan ucapan Brian.
"Tidak ada yang mepengaruhiku. Aku tahu hubungan Ghea dengan mereka tidak baik, daripada nanti ada keributan di rumahku, jadi lebih baik Ghea tidak usah datang. Untuk kalian berdua silahkan datang."
"OGAH! Kalau Ghea nggak pergi, kita juga nggak pergi. Ngapain datang kalau ujung-ujungnya jadi badut di hadapan kalian." Sambung Roni yang benar-benar kesal mendengar ucapan Brian. Roni merasa Brian tidak tau terima kasih.
"Emangnya, gue kesenangan apa lo undang ke pesta lo itu? NGGAK, sama sekali. Mending gue cari duit. Soalnya apa? Karena ulah lo dan Fiona, gue di pecat." Ghea lalu menyalakan mesin motornya dan pergi begitu saja.
"Kita juga cabut!" ucap Roni yang kemudian menyalakan motor maticnya bersama dengan Lula yang membonceng di belakang. Brian menghela nafas kasar, sekalipun ia brengsek, ia tidak akan membiarkan geng Raymond melakukan hal bodoh pada Ghea.
Saat pulang kampus, Ghea tidak pulang begitu saja. Ia pergi untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Mengandalkan balap pun tidak pasti ada. Hampir seharian Ghea mengelilingi kota dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Ghea yang merasa lelah memutuskan untuk istirahat sejenak di sebuah trotoar yang menghadap ke pantai. Ghea memesan satu kelapa utuh untuk melepas dahaganya.
"Ahhhh... segar sekali. Hmmm... akhirnya tenggorokanku basah juga. Susah sekali mencari pekerjaan." Gumamnya sambil menyeka keringat yang membasahi keningnya. Tiba-tina ponselnya berdering, ada satu panggilan masuk dari Bang Baron.
"Halo Bang..."
"Ghe, lo nanti malam kosong nggak?" tanya Bang Baron diseberang sana.
"Kebetulan kosong, Bang. Ada apa?"
"Biasalah Ghe, gue mau pasang buat balap nanti. Dan gue mau lo yang maju. Walaupun nggak seberapa tapi lumayan ini, Ghe. Gimana?"
"Boleh Bang. Gas aja lah."
"Oke, nanti gue shareloc ya dan pastiin lo jangan telat. Gue tunggu jam 11 malam."
"Siap Bang!"
"Oke Ghe, sampai nanti. Hati-hati dan siapin stamina."
"Pasti, Bang." Ghea mengakhiri panggilannya.
"Akhirnya ada pemasukan juga gue. Sedikit atau banyak terima aja daripada nganggur." Ucap Ghea yang bermonolog dengan diriya sendiri. Begitulah kehidupan keras yang Ghea jalani di kota ini sendirian. Berbeda dengan kedua sahabatnya yang tidak perlu susah payah bekerja. Meskipun sama-sama dari kampung, orang tua Roni dan Lula memiliki lahan pertanian sendiri yang hasil panennya sudah bisa diandalkan. Berbeda dengan orang tua Ghea yang hanya merupakan seorang buruh tani dengan penghasilan tidak menentu. Orang tua Ghea bahkan tidak tahu jika untuk menyambung hidup Ghea sering mengikuti balap liar. Ghea tertarik dengan balap motor sejak masih duduk di bangku SMP namun saat itu Ghea yang masih dibawah umur, nekat diam-diam mengikuti balap dengan motor matic di kampungnya dengan rute yang pendek. Upah kecil yang Ghea dapatkan dari taruhan balap, ia kumpulkan untuk membeli motor sport yang kini sudah menemaninya selama empat tahun.
Saat ia menginjak bangku SMA, Ghea semakin sering mengikuti balap motor dengan motor yang di pinjamkan oleh joki dengan cara menyewanya. Hampir tengah malam, Ghea mengendap keluar dari kamarnya untuk mengikuti balapan. Sampai akhirnya motor itu terbeli saat ia lulus SMA, meskipun itu hanyalah motor bekas dari tangan kedua. Ghea sendiri bisa kuliah di Universitas tersebut karena beasiswa yang ia dapat. Jauh dari orang tua membuat Ghea semakin leluasa untuk mengadu kecepatan dengan pebalap di kota besar. Namun, selama disana Ghea tetap harus mempunyai pekerjaan tetap. Ia tidak mau menyusahkan kedua orang tuanya. Balap liar dan bekerja paruh waktu tidak membuat Ghea merasa kuwalahan untuk menghadapi mata kuliah. Itu terbukti dengan ia selalu bisa mempertahankan prestasinya. Bahkan tidak banyak yang tahu kalau Ghea adalah joki balap liar. Bagi mereka Ghea dalah gadis tomboy yang berani dan cerdas. Namun bagi Fiona dan gengnya, Ghea adalah gadis tidak jelas, kampungan dan pembawa sial. Ghea sendiri setelah lulus ingin mendapatkan pekerjaan yang bagus, supaya ia bisa mengangkat derajat kedua orang tuanya. Impian orang tua Ghea adalah ingin melihat Ghea bekerja kantoran dengan memakai pakian yang bagus dan anggun. Itulah impian sederhana kedua orang tua Ghea dan Ghea akan berusaha mewujudkan itu.
Sementara itu, Brian sibuk belanja untuk persiapan pestanya besok. Tentunya untuk meperpanjang sewa mobilnya dan sisa uang sewa rumah, Brian telah menjual beberapa barang miliknya. Brian begitu ambisi ingin menunjukkan jika ia bisa mendapatkan kembali semua kemewahan dan teman-teman yang menurutnya 'keren'. Puas berbelanja, Brian bergegas kembali ke rumah. Ia meminta pembantunya untuk mempersiapkan semuanya besok dengan sempurna, bahkan Brian ikut melibatkan satpam di rumahnya untuk mengirit biaya EO. Brian yang malam itu merasa suntuk dan kesulitan tidur, memutuskan untuk pergi menikmati suasana malam di tengah kota dalam keadaan sadar, bukan mabuk seperti beberapa waktu lalu.
Dengan mobil mewah sewaannya, Brian menyusuri malam yang masih enggan untuk tidur. Topi hitam dan hoodie warna senada sengaja ia pilih untuk menyeimbangkan penampilannya dengan langit yang sudah sangat gelap. Hingga akhirnya sebuah keramaian memancing Brian untuk mendekat.
"Ada apa disana? Kenapa ramai sekali?" gumamnya sembari membelokkan mobilnya ke arah keramaian itu. Brian memarkir mobilnya agak jauh, memastikan bahwa keramaian itu adalah hiburan bukan suatau masalah yang nantinya akan membuatnya semakin sulit. Terdengar suara deru motor yang memecah keheningan jalanan yang memang sudah terbiasa digunakan sebagai arena balap liar. Di tengah keramaian, Brian mencoba menerobosnya.
"Wah, ada balap liar juga rupanya. Sejak disini aku belum pernah pergi kemanapun apalagi melihat balapan liar ini" Gumamnya dalam hati di antara kerumunan orang disana.
tak sia² penantian ku akhirnya up juga kak dydy.
sehat slalu ya kak Dydy..❤❤❤
lanjut thor msh setia sm Brian semangat ❤
jadi lupa alur ceritanya