Gadis cantik bernama Adinda Putri, usianya baru 20 tahun, terpaksa harus tiba-tiba menikah karena sebuah perjodohan, ia menikah dengan laki-laki yang usianya 7 tahun lebih tua darinya.
Namun laki-laki yang ia nikahi secara resmi itu ternyata punya kekasih dan setelah menikah, suaminya pun masih menjalin hubungan dengan kekasihnya.
Akan seperti apa cerita mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maisy Asty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Vira dan Dinda bertemu
Vira melangkahkan kakinya dengan gontai, ia berjalan tidak semangat. Pikirannya tidak tenang, karena memikirkan Reno dan sikapnya yang tiba-tiba berubah.
Devan tampak tersenyum senang melihat kegalauan yang terpancar dari wajah cantik Vira.
"Vira," sapanya mengejek. Devan menunjukkan deretan giginya yang berwarna putih bersih.
"Apa?!" sentak Vira, dengan sorot mata tajam, ia tidak suka melihat Devan tersenyum mengejek dirinya.
"Kok tidak di antar oleh Reno, biasanya kan jalan berdua mesra gitu," sindir Devan sinis.
"Dev, daripada kamu ngurusin aku dan Reno, lebih baik kamu urusin saja dirimu sendiri!" tegas Vira pada Devan.
"Vir, kamu tahukan selama ini hidupku baik-baik saja, lalu apa yang perlu aku urus akan diriku sendiri. Ada baiknya aku urus hidup Reno saja, biar tidak sampai blangsak," ujar Devan yang di iringi tawa ejekan.
Vira semakin menatap Devan kesal, wajah cantiknya sudah merah padam karena menahan amarahnya.
"Dev, kamu lihatkan selama ini Reno bahagia denganku," pungkas Vira.
"Karena Reno itu terlalu buta dengan cinta, ia tidak melihat seperti apa seorang Vira Syahfira yang sebenarnya, Reno itu terlalu bodoh dalam mencintai wanita, makanya aku harus mengajari dia supaya tidak bodoh lagi," dengan senyum sumringah Devan mengatakan semuanya dengan lantang.
"Tutup mulut kotormu itu Devan!!" kata Vira dengan nada menekan.
"Vira, cepat atau lambat Reno pasti akan tahu semuanya, lihat saja nanti! permisi, aku masih banyak pekerjaan," pamit Reno yang lagi-lagi di senyumannya itu begitu sumpringah. Vira, tidak selamanya Reno akan menjadi bodoh karena cintanya padamu.
Setelah Devan berlalu pergi, Vira tampak marah, ia menghentakkan kakinya penuh amarah.
"Dev, awas saja kamu," lirihnya penuh ancaman, akhirnya Vira berjalan keluar dari kantor Reno.
Raut wajah Vira tampak merah padam karena amarahnya pada Devan, ia memang tidak suka dengan Devan, karena baginya Devan adalah salah satu penganggu hubungannya dengan Reno.
***
"Dev," sapa Reno saat Devan sudah berdiri di ambang pintu ruangan kerjanya.
"Apa?" sahut Devan santai.
"Masuklah!!"
Devan melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan kerja Reno, lalu ia menutup pintunya.
"Siapa laki-laki yang bersamanya?" tanya Reno penasaran.
"Apakah benar, itu adalah om nya? karena setau aku Vira tidak pernah punya om, dia juga dulu yang merawat neneknya dan neneknya sudah meninggal," cerita Reno pada Devan.
"Masih dalam penyelidikan, karena laki-laki setiap kali ketemuan begitu rahasia, jadi masih belum jelas, tapi mata-mataku sudah aku tambahi," jelas Devan pada Reno.
"Oh begitu, dapatkan bukti-bukti secepatnya! aku tidak mau tahu," kata Reno dengan tegas.
"Tenang saja, semuanya akan terbongkar," ujar Devan dengan yakin.
"Oh iya, kenapa kamu bersikap dingin pada Vira?" tanya Devan pada Reno.
"Aku sedang malas saja dengannya," jawab Reno singkat.
"Sudahlah, kita lanjutkan pekerjaan kita, ada meeting juga, ayo kita ke ruang meeting sekarang!" ajak Reno, Devan mengangguk.
Mereka berdua langsung pergi ke ruang meeting.
***
Jam menunjukkan pukul 12 siang, Dinda sedang istirahat dan makan siang bersama Leo.
Dinda dan Leo tampak bahagia menikmati makanan mereka sambil asik mengobrol.
"Din, laki-laki yang menjemputmu waktu itu siapa?" tanya Leo, sudah lama ia penasaran dengan laki-laki yang menjeput Dinda beberapa waktu yang lalu, namun hari ini Leo baru bertemu dengan Dinda dan baru sempat bertanya.
Dinda terdiam, ia memikirkan harus menjawab apa? tidak mungkinkan kalau aku jawab laki-laki itu adalah suamiku, bisa ngamuk Tuan Reno, kan pernikahan ini tidak boleh ada orang yang tahu.
"Dia adalah,"
"Dia adalah kekasihku," cetus suara yang tidak asing itu, Dinda menoleh dan terkejut karena melihat Vira tiba-tiba datang.
"Kamu, darimana kamu tahu tempat kerjaku," tanya Dinda dengan sorot mata tidak suka.
"Apakah itu penting? kalau hanya tempat beginian, mudah bagiku mencarinya," ujar Vira dan ia berjalan mendekati Dinda duduk. "Aku pernah ke cafe ini, apa dulu Dinda melihatku saat aku datang dengan seorang laki-laki?" batin Vira dalam hatinya, ia mengingat akan kejadian beberapa waktu lalu. "Mudah-mudahan waktu itu gadis tidak tahu diri ini tidak melihatku," harapan Vira dalam hatinya.
Vira menatap Dinda tajam, ia duduk di kursi dekat Leo. "Maaf, saya mau menyelesaikan masalahku dengan gadis tidak tahu diri ini, sebaiknya anda pergi dulu," usir Vira dengan sinis.
Leo melirik Dinda, dan Dinda memberikan isyarat melalui matanya kalau Leo tidak apa-apa pergi dulu.
Setelah Leo pergi, kini tinggal Dinda dan Vira, mereka berdua saling menatap panas.
"Kita harus bicara empat mata," ujar Vira sinis.
"Memangnya apa yang mau kamu bicarakan denganku?" tanya Dinda, jujur malas saja bertemu dengan Vira.
"Kamu apakan Reno?" Vira bertanya dengan nada menggebu-gebu.
"Hah, maksudnya apa? aku tidak melakukan apa-apa, kamu lihatkan seluruh badan kekasih kesayanganmu itu masih lengkap, memangnya apa yang mau aku perbuat?" sahut Dinda, lagian datang-datang nuduh-nuduh yang tidak, dasar Vira gila.
"Dia tiba-tiba bersikap dingin padaku, tapi dia sebaliknya, dia bersikap lembut padamu, katakan racun apa yang sudah kamu berikan padanya?" cecarnya dengan kekeh, Vira bahkan menunjuk-nunjuk wajah cantik Dinda dengan jari telunjuknya.
"Racun! kalau ngomong jangan sembarangan, jika aku memberikan racun pada kekasihmu itu, pasti dia sudah mati dasar bodoh," dengan santainya Dinda menjawab apa yang di katakan oleh Vira.
"Aku yakin, pasti kamu sudah mencuci otaknya, buktinya dia dari aku datang ke rumahnya, dia selalu bersikap dingin dan acuh padaku," terdengar suara Vira cukup sendu.
"Lalu kamu menyalakan aku akan hal itu? aku saja tidak tahu Tuan Reno kenapa padamu?" Dinda tak habis pikir, bisa-bisanya sih Vira gila ini menyalahkan dirinya akan sikap Reno pada dirinya yang dingin dan acuh padanya.
"Kamu senangkan melihat Reno bersikap seperti itu padaku," ujar Vira ketus.
"Nona Vira, saya tidak tahu apa-apa, saya juga mau kembali berkerja, jadi silahkan kamu tinggalkan tempat ini!" dengan kasar Dinda mengusir Vira supaya Vira pergi dari cafe tempatnya bekerja.
Dengan kasar Vira beranjak dari tempat duduknya, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan cafe tempat kerjanya Dinda.
Dinda menghela nafas pelan, kenapa Vira itu bisa menyalahkan diriku akan sikap Reno padanya, padahal aku saja tidak tahu apa-apa.
Setelah Vira sudah benar-benar pergi, Dinda bergegas membereskan piring dan gelas bekas ia dan Leo makan. Kasian Leo padahal belum selesai makan tapi sudah di ganggu oleh Vira gila itu.
"Ehh tunggu, dulu aku juga pernah melihat Vira datang ke cafe ini dengan laki-laki lain, tapi laki-laki bukan Reno, aku lihat mereka juga cukup mesra, ahh dasar Tuan Reno memang bodoh, mau saja di kibulin sama manusia gila seperti Vira," lirih Dinda tak habis pikir.
Dinda tersenyum kecil. "Tapi mereka memang cocok yang laki-laki manusia bodoh dan yang wanita manusia gila," tawa Dinda semakin lebar.
Karena tidak mau di bilang gila juga, buru-buru Dinda melanjutkan pekerjaan.
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia