NovelToon NovelToon
I Love You My Sugar Daddy

I Love You My Sugar Daddy

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Seroja 86

Ia berjuang sendirian demi menebus kesalahan di masa lalu, hingga takdir mengantarkannya bertemu dengan lelaki yang mengangkatnya dari dunia malam.
Hingga ia disadarkan oleh realita bahwa laki laki yang ia cintai adalah suami dari sahabatnya sendiri.
Saat ia tahu kebenaran ia dilematis antara melepaskan atau justru bertahan atas nama cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seroja 86, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Malam itu Alma berkali kali merubah posisi tidurnya, matanya enggan terpejam, benaknya penuh dengan rencana.

Dan ketika matahari menyusup lewat celah gorden tanpa menunggu ia bangkit dari tempat tidur, ia berjakan kearah jendela membukanya lebar lebar seolah olah disana ia bisa melihat jalannya yang semakin terbuka.

Sejurus kemudian ia telah duduk di ruang makan ditemani secangkir kopi yang masih mengepul , di hadapannya laptop menyala memuat daftar ruko yang menjadi incarannya.

“Mbak Sri, siapin Asha ya, hari ini ikut saya kita survey tempat.”Ujar Alma lembut.

Mbak Sri menunjukkan ekspresi heran.

“Kita mau pindah, Bu?, "sahutnya polos.

Alma terkekeh kecil sambil menyesap kopinya.

“Bukan pindah, Mbak. Kita cari tempat buat usaha.”

“Alhamdullilah…” Mbak Sri mengangguk sambil tersenyum—senyum bangga yang tulus, seperti melihat keluarga sendiri berhasil.

Tidak perlu menunggu lama, ketiga kini sudah berada dalam perjalanan Sesekali Alma tersenyum mendengar celoteh Putrinya.

Ini semua untuk masa depanmu Nduk." Ucapnya dalam hati sambil mengusap pelan kepala putrinya

Konsentrasi Alam sedikit buyar saat terdengar notifikasi muncul di layar ponselnya.

Alma melirik sekilas notifikasi Banking.

Matanya membelalak sempurna saat melihat nominal transfer yang terera disana Tangannya menutup mulut refleks, seolah apa yang dilihatnya tidak mungkin nyata.

“Mbak Sri… coba cubit saya,” pintanya dengan suara gemetar.

Pengasuh itu menatap bingung.

“Lho kenapa, Bu?”

“Cubit aja.”

Tanpa banyak pikir, pengasuh anaknya melakukan perintahnya.

“Aww!” Alma meringis sambil mengusap lengannya.

lalu ia tersenyum sumringah campuran lega, terharu, dan sedikit tidak percaya.

“Berarti ini bukan mimpi,” gumamnya hampir berbisik.

Mbak Sri hanya menatapnya, masih bingung tapi ikut tersenyum karena melihat Alma benar-benar bahagia hari itu.

Alma mengusap sudut matanya, yang basah oleh airmata haru.

Siang itu matahari cukup terik, tapi langkah Alma ringan—berbeda sekali dari hari-hari biasanya. Mobil berhenti di depan ruko pertama, lalu kedua, lalu ketiga… semuanya bagus, tapi tidak menggugah minatnya.

Ruko pertama terlalu sempit.

Ruko kedua lokasinya ramai tapi parkiran kacau.

Ruko ketiga interiornya bagus, tapi terlalu jauh dari pusat kota.

Melelahkan. Tapi Alma tetap lanjut.

Hingga akhirnya mobil memasuki kompleks pertokoan yang letaknya strategis.

Begitu Alma turun, ia langsung tertegun.

Ruko itu tidak paling besar… tapi sesuai spesifikasi yang ia inginkan.

Mbak Sri mendekat.

“Bu, ini yang paling bagus dari semuanya.”

Alma hanya mengangguk senyumnya muncul tanpa dipaksa.

Mereka masuk untuk melihat bagian dalam, Alma tersenyum puas

Tanpa berpikir panjang, Alma langsung bicara pada agen yang menemani.

“Saya ambil yang ini.”

Agen itu tersenyum lega.

Negosiasi berlangsung sekitar singkat, dan Alma mendapat satu minggu untuk melunasi pembayaran.

Selesai bernegosiasi Agen menjabat tangan Alma yang terasa dingin — antara gugup dan bahagia.

Alma tidak bisa menahan diri untuk tidak mengabarkan berita gembira itu pada Harsya Tangannya sedikit gemetar ketika ia membuka galeri ponsel — foto ruko yang baru saja dipilihnya. Setelah menarik napas panjang, ia mengirim foto itu pada Harsya.

Beberapa saat kemudia balasan datang

"Kamu yakin mau yang ini?,Kalau mau, Mas bisa ambilkan yang lebih proper."Alma terdiam

Jarinya menggantung di atas keyboard.

Ia sempat mengetik Iya Mas kalau begitu… lalu menghapusnya.

Mengetik lagi Mas bebas pilih aja… menghapus lagi.

Ia memejamkan mata sejenak.

Akhirnya ia mengetik balasan

"Tidak usah, Mas. Ini sudah lebih dari cukup.Terima kasih banyak untuk semuanya ya, Mas".

Balasan datang cepat.

"Iya sayang, kalau ada yang kurang tinggal beritahu Mas."

Di layar, terlihat emoji hati dari Harsya… tapi Alma hanya menatapnya tanpa membalas

Ia menyandarkan kepala ke kursi.

Ada hangat di hatinya… namun juga sedikit getir.

Karena ucapan Harsya barusan sehangat apa pun mengingatkan satu hal

Harsya tetaplah milik orang lain

Alma menaruh ponsel di kedalam tasnya dan menghembuskan nafas dengan sedikit resah.

Di tempat berbeda dalam ruangan kerjanya

Harsya memandangi layar ponselnya dengan bibir tersenyum penuh.

Alma selalu begitu.tidak pernah meminta lebih.Tidak pernah menuntut.

Selalu merasa cukup — bahkan untuk hal yang sebenarnya layak ia dapatkan jauh lebih baik.

Sikap itu tampak sederhana…Dan justru karena itu—Harsya makin sulit melepaskannya.

Sesaat ia kehilangan fokus, bayangan Nadine muncul tnapa di minta, ada perbedaan yang kontras diantara keduanya

Alma merasa cukup, disisi Nadine terlalu menuntut.

Alma mengarahkan mobilnya menuju kediamannya, Putrinya tampak pulas dalam gendongan Mbak Sri.

Dalam perjalanan pulang, Alma menoleh pada pengasuh bayinya di kursi belakang.

“Doakan aku sukses ya, Mbak…” ucapnya pelan, tapi penuh arti.

Mbak Sri tersenyum tulus,

“Pasti, Bu.saya doakan semoga semua lancar.”

Alma mengangguk sambil membalas senyuman itu.

Ia kembali fokus ke jalan, mengarahkan mobil menuju apartemen.

Senyum itu… tidak pernah benar-benar hilang dari wajahnya sejak pagi.

Hampir seharian mengelilingi kota ternyata tidak membuatnya lelah—justru membuatnya hidup.

Sudah lama sekali ia tidak merasakan antusiasme seperti ini, seolah ada pintu baru sedang terbuka dan ia berani melangkah masuk.

Alma duduk di meja makan dengan secangkir teh, membuka laptopnya.

Jari-jarinya langsung menari di keyboard—mencari ide desain interior butik rak display, mannequin, lighting, konsep warna, sampai gaya layout.

Berjam-jam berlalu tanpa ia sadari.

“Ini… mimpi yang benar-benar akan jadi kenyataan.”bisiknya dalam hati.

Tidak ada drama, tidak ada air mata malam itu.

Yang ada hanya seorang wanita yang sedang membangun mimpinya.

Dering ponsel mengalihkan perhatiannya sejenak, nama Rena tertera di layar.

"Alma besok kita bertemu sebentar? ada yang ingin saya tunjukan pada kamu."Ucap Rena terdengar penuh antusias.

"Oouh, tentu saja bisa, " Sahut Alma hangat.

Studio Rena terlihat sibuk saat Alma masuk.

Rena yang tampak sedang mengatur manekin langsung menoleh—dan senyum lebar merekah.

“Akhirnya kamu datang , aku punya sesuatu buat kamu.”

Tanpa banyak bicara, Rana menarik Alma ke arah sebuah rak display.

Di sana tergantung dress rancangan terbaru — elegan, modern, tapi tetap sederhana.

Alma tertegun.

Ia menyentuh kain itu dengan lembut, seolah takut merusaknya.

“Ini untuk butikmu,” ujar Rena bangga.

“Kalau kamu mau, kita pajang ini sebagai signature piece."

Alma sedikit tidak percaya.

“Rena… kamu serius? Ini bagus banget. Aku bahkan belum buka."

“Spesial buat kamu ,” potong Rena sambil mengedip.

Alma tertawa kecil, senyum yang lama sekali tidak muncul dari bibirnya.

Setelah berdiskusi tentang banyak hal ia pun berpamitan pada Rena

""Saya pamit dulu ya, terima kasih banyak." Ucpnya pelan dan hangat.

"Iya hati hati di jalan, kalau ada yang kutang jelas jagan sungkan telfon saja."Sahut Rena sambil menepuk bahunya lembut.

“.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!