Kepercayaan Aleesya terhadap orang yang paling ia andalkan hancur begitu saja, membuatnya nyaris kehilangan arah.
Namun saat air matanya jatuh di tempat yang gelap, Victor datang diam-diam... menjadi pelindung, meskipun hal itu tak pernah ia rencanakan. Dalam pikiran Victor, ia tak tahu kapan hatinya mulai berpihak. Yang ia tahu, Aleesya tak seharusnya menangis sendirian.
Di saat masa lalu kelam mulai terbongkar, bersamaan dengan bahaya yang kembali mengintai, mampukah cinta mereka menjadi perisai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CutyprincesSs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, namun Victor belum kunjung keluar dari kamarnya sama sekali. Aleesya yang baru saja selesai mandi merasa khawatir dengan pria itu. Setelah memakai setelan rok santai berwarna coklat dengan motif bunga dan mengikat rambutnya menjadi satu, ia mengetuk pintu kamar Victor. Lampu tempel yang menyala temaram menyinari sudut villa membuat suasana menjadi hangat, bayangan siluet Aleesya bahkan tercetak jelas di depan pintu kamar.
"Victor..." ketukan pertama tak ada jawaban, begitupun dengan ketukan kedua tak ada sahutan. Hingga Aleesya mencoba mengetuk ketiga kalinya sambil sedikit mendorong pintu, tapi ternyata pintu coklat itu tidak terkunci. Wanita itu terkejut, "Victor aku masuk, ya?" ucapnya sebelum kakinya melangkah begitu saja masuk ke dalam.
Pandangan pertama yang ia lihat adalah kamar itu terlihat sangat gelap, membuat Aleesya meraba sisi kanan tembok untuk mencari saklar lampu dan menyalakannya. Ia mendapati banyak kaleng bir berserakan dengan pecahan gelas dimana-mana, sementara si empu justru tidur terlentang di lantai dengan satu kaki di atas meja, dengan baju yang sudah acak-acakan dan rambut berantakan. "Apa-apaan ini?mengapa berantakan sekali?" Aleesya dengan sabar memunguti satu persatu kaleng bir dan mulai membersihkan kamar Victor.
Selesai dengan semuanya, ia lantas mengangkat tubuh Victor yang sedikit lebih besar. Pria itu bahkan berdeham kecil, "Astaga ih... bau sekali, Vic! Bangunlah! Ganti bajumu... apa kau juga tidak lapar?" Victor membuka matanya perlahan, "Aleesya... apa itu kau?" tanyanya setengah sadar. "Ya ini aku! Jika bukan Aleesya siapa lagi? Ayo bangun!"
Namun tarikan tangan Aleesya terhenti, berganti tangan Victor yang menariknya hingga terjatuh di atas dada Victor. Spontan pria itu mencium bibir Aleesya tanpa ampun. "Emhh .. Victor-" Aleesya berontak sekaligus terkejut. Ia meremas bahu Victor tapi bukannya berhenti malah memperdalam ciumannya. Aleesya tidak bisa bergerak saat tangan kekar Victor menarik pinggangnya dan mengunci pergerakannya.
Setelah beberapa menit dan merasa Aleesya tak bisa bernapas, Victor melepas ciuman mereka, matanya terlihat merah, napasnya memburu. "Katakan kau tidak menyukai Noah!" suaranya sedikit tinggi membuat Aleesya yang mengatur napas merasa bingung. "Apa maksudmu Victor? Aku-" ucapannya terhenti karena Victor memegang dan sedikit meremas bahu Aleesya. "Katakan Sya! Kau tidak menyukai Noah kan?! Sya! Aleesya! Argh!! Mengapa aku selalu memikirkan dirimu?" kini kedua tangan Victor memegang kuat pundak Aleesya. Aleesya berkata dengan terbata, "Vi-Victor... kau mabuk! Sadarlah!" Aleesya memberanikan diri menepuk pipi Victor, namun pria itu malah tertidur di ceruk lehernya. Aleesya menegang.
"Aku akan menunggumu sampai siap, Sya! Selama itu, kau tidak boleh menyukai pria lain! Argh! Aku gila padamu!" Aleesya tak tahu harus bereaksi seperti apa, namun ucapan Victor sukses membuatnya tertegun. Dengan gugup, ia memindahkan Victor ke ranjang dan menyelimutinya lalu bergegas keluar dengan detak jantung tak karuan. bibirnya masih bergetar, tangannya terasa dingin... adegan tadi masih berputar di kepalanya membuat lututnya lemas seketika. Sentuhan di pinggang, ciuman itu... masih belum bisa ia terima dengan akal sehat.
Aleesya masih berdiri setelah keluar dan menutup pintu kamar Victor. "Apa benar yang di ucapkan Victor? Noah... menyukaiku? Tapi kelihatannya biasa saja tuh. Tapi jika di pikir kembali, ucapan yang keluar dari orang mabuk adalah kejujuran." Aleesya bermonolog sebelum memutuskan untuk ke pantai.
Suara deburan ombak mulai menyapa Aleesya saat wanita itu menginjakkan kaki di pantai. Ia membiarkan rambutnya yang terurai terkena angin sambil melangkah perlahan menyusuri bibir pantai. Ombak kecil langsung mengenai kaki telanjangnya, menciptakan sensasi dingin dan menyejukkan. Aleesya tersenyum mendapat semua itu.
Langit masih menyisakan warna ungu kehitaman, bintang mulai muncul diikuti bulan yang masih malu-malu dari balik awan. Wanita itu terus melangkah dan akhirnya berdiri diam. Ia menarik napas panjang, menikmati angin semilir yang menemaninya. Kemudian duduk di sebelah batu besar.
Aleesya memejamkan mata, membiarkan wajahnya tersapu lembut oleh angin dan rasa sesak yang memenuhi dadanya menghilang bersama angin di gantikan dengan rasa tenang dan lega. Nuxvar benar-benar menjadi obat untuk jiwanya setelah kenyataan pahit menghancurkan hatinya dan membuat semangat hidupnya hilang.
Tak lama, suara langkah kaki terdengar mendekat membuat Aleesya membuka matanya lalu menoleh. Ia mendapati Noah sedang berjalan sambil tersenyum ke arahnya. Kedua tangannya sibuk membawa botol jus strawberry. Malam ini entah kenapa di mata Noah, perasaan wanita itu menguar dan mungkin sekarang adalah momen berharga dalam hidupnya karena bisa menghabiskan waktu bersama Aleesya yang beberapa bulan ini memenuhi pikirannya.
"Aleesya!" seru Noah. "Noah... mengapa kesini?" tanya Aleesya menerima satu botol jus itu. "Justru aku yang harusnya bertanya. Apa yang kau lakukan disini? Kau bisa sakit." Noah balik bertanya, membuat Aleesya terkekeh sambil melihat pria itu duduk di sampingnya dan membuka botol jus. "Aku hanya mencari udara segar, moodku sedikit berantakan. Malam ini langit terlihat berbeda, ya? Bulan dan bintang berkumpul bersama. Sungguh indah." Aleesya mendongak menatap langit, senyumnya kini merekah.
Noah hanya diam, matanya tak berkedip melihat senyum Aleesya yang cantik malam ini. Bahkan tanpa sadar bibirnya mengucapkan, "Cantik, seperti wanita yang duduk di sampingku." Aleesya terkejut, kemudian menoleh ke arah Noah sambil mencerna maksud perkataan temannya ini.
"Noah... kau?" Noah tersadar, ia segera mengalihkan pandangannya sambil menggaruk lehernya yang tak gatal. "Ah maaf. Itu bukan apa-apa, Sya. Oh ya... ku dengar kau akan sedikit lama disini. Sampai kapan?"
"Tidak tahu, mungkin hanya beberapa hari. Setidaknya sampai moodku membaik." Aleesya menyilangkan tangannya. "Akhir-akhir ini pikiranku sungguh kacau. Aku harus fokus agar bisa kembali bekerja. Kau tahu aku bukan wanita yang betah berlama-lama berdiam diri, bukan?" ia terkekeh di akhir ucapannya. Noah mengangguk setuju sambil tertawa kecil. "Kau benar. Itu salah satu alasan aku menyukaimu. Kau selalu tahu cara mengatasi masalahmu sendiri, selalu berpikir positif, dan tegar. Makanya aku selalu betah berlama-lama ataupun mengobrol denganmu." Noah tidak melihat Aleesya, dan hanya menatap ujung lautan.
"Kau... suka padaku?" Aleesya membeku, lagi-lagi ia mendengar sesuatu yang membuat jantungnya berolahraga. Noah menoleh dan mengangguk mantap sambil menatap dalam kedua mata Aleesya seolah memperlihatkan perasaannya. Entah mengapa rasanya gugup, tapi keyakinannya justru meningkat.
"Tapi apakah aku boleh berjuang untukmu, Sya? Aku tahu waktu sekarang tidak tepat karena kau baru saja putus dengan Maxime. Aku hanya ingin memperjuangkan cintaku. Jika nanti akhirnya kamu tetap tidak bisa menyukaiku, tidak masalah untukku, Sya. Aku akan tetap menganggapmu sebagai sahabatku."
Aleesya bimbang.
Apa yang harus ia katakan pada Victor nanti? Sedangkan Noah terlihat benar-benar menyukainya. Tatapannya yang dalam, bahkan diam pun sudah menjelaskan isi hatinya.
Aleesya menunduk, menggigit bibir bawahnya lalu menatap Noah. Rasa asin dari angin laut menempel di bibirnya, tapi hatinya terasa jauh lebih berdebar daripada dingin angin malam. "Noah... jika aku melarangmu melakukannya, aku tidak mempunyai hak. Karena setiap orang berhak jatuh cinta. Namun jika kau berusaha mengambil hatiku. Aku... aku takut hanya memberimu harapan saja. Tak pernah terpikirkan olehku jika kau menyimpan rasa untukku. Aku... benar-benar bingung,"
Noah diam sebentar sebelum tangannya terulur menggenggam tangan Aleesya. Ia mengerti, wanita di depannya pasti sangat kalut. Aleesya terkejut melihat tangannya sudah di genggam Noah. "Aku tidak masalah jika kau tidak bisa menyukaiku. Aku hanya ingin berjuang saja. Jika pada akhirnya kau dengan yang lain, aku akan mencoba merelekanmu."
Waktu seolah berhenti. Keheningan menyelimuti mereka berdua. Hanya suara ombak kecil yang perlahan datang lalu pergi seperti latar belakang mereka. Namun siapa yang tahu, peristiwa yang Aleesya alami justru tanpa sadar akan membawanya menuju takdir yang sulit di tebak.
***
Setelah di sakitin Maxime, Aleesya di rebutin Victor sama Noah!😭
Kalian tim Victor - Aleesya atau Noah - Aleesya nihh???