NovelToon NovelToon
Aku Yang Kau Nikahi Tapi Dia Yang Kau Cintai

Aku Yang Kau Nikahi Tapi Dia Yang Kau Cintai

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua / Nikah Kontrak
Popularitas:16k
Nilai: 5
Nama Author: riena

“Pernikahan kita cuma sandiwara. Di depan keluarga mesra, di belakang orang asing. Deal?”
“Deal!”

Arman sudah punya kekasih, Widya ogah ribet. Tapi siapa sangka, hidup serumah bikin aturan mereka berantakan. Dari rebutan kamar mandi sampai saling sindir tiap hari, pura-pura suami istri malah bikin baper sungguhan.

Kalau awalnya cuma perjanjian konyol, kenapa hati ikut-ikutan serius?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 33. Tawaran mau dimanja.

Pagi berikutnya, udara masih agak lembab. Widya sudah lebih baik. Suhu tubuhnya turun, tenggorokan tidak terlalu sakit, hanya sedikit lemas. Ia duduk di tempat tidur sambil merapikan selimut. Dari dapur terdengar suara panci dan benturan sendok.

Tak lama kemudian, Arman muncul membawa nampan berisi bubur dan teh hangat. “Selamat pagi, pasien kesayangan,” ucapnya penuh gaya.

Widya mengangkat alis. “Kesayangan?”

Arman tersenyum lebar. “Iya dong. Sekarang giliranku jadi perawat ganteng.” Arman menaik turunkan alisnya.

Widya hanya tertawa kecil. “Kemarin kamu bilang kalau sakit rasanya kayak mau mati. Sekarang malah semangat banget.”

“Karena sekarang aku sehat,” jawab Arman santai sambil menaruh nampan di atas meja nakas. “Dan karena sekarang kamu yang sakit, aku yang gantian manjain kamu.”

Widya berdecak pelan. “Untungnya aku nggak drama kayak kamu, Mas.”

Arman duduk di tepi ranjang. “Makanya itu, Wid. Kamu tuh kalau sakit kayak robot. Diam, nggak ngeluh, nggak minta apa-apa. Nih, sekarang aku mau kasih kesempatan: mau dimanja kayak aku kemarin nggak?” tawar Arman.

Widya menatapnya geli. “Dimanja gimana?”

“Ya, dipijitin, disuapin, dibuatin minuman, dipeluk biar hangat. Paket lengkap.”

Widya tertawa kecil. “Mas, perempuan kalau demam itu cuma butuh tidur tenang, bukan layanan VIP.”

Arman terlihat bingung. “Lho, sama aja kan? Aku juga waktu itu cuma butuh perhatian.”

“Bedanya jauh,” sahut Widya. “Kalau laki-laki demam, dikit aja langsung rebahan sambil bilang ‘aku sekarat’. Kalau perempuan, udah panas, kepala muter, masih sempat masak mie instan.”

Arman memutar bola mata. “Stereotip banget tuh.”

“Tapi nyata,” jawab Widya tenang.

Arman bersandar, menatap istrinya lama. “Oke, berarti kamu nggak mau dimanja?”

Widya tersenyum. “Bukan nggak mau. Aku cuma nggak butuh sebanyak itu. Cukup kamu duduk di sini, nggak bikin berisik, itu udah penyembuhan paling ampuh.”

Arman mengangguk pelan. “Berarti aku duduk aja ya?”

“Duduk aja.”

Dua menit berlalu dalam hening. Arman berusaha diam, tapi tak lama kemudian ia mulai bergumam. “Wid, buburnya udah pas belum rasanya?”

Widya menatapnya lemah. “Mas, tadi katanya duduk aja.”

“Oke,” jawab Arman cepat. Lima detik hening. Lalu ia bersuara lagi. “Tapi aku penasaran, kamu mau aku bacain berita biar nggak bosen?”

Widya menutup mata. “Mas, serius, aku cuma pengen tidur.”

Arman terdiam. Lima belas detik. Lalu batuk kecil. “Kalo aku diem terus kamu beneran tidur, aku nganggur dong.”

Widya membuka satu mata. “Mas Arman, tolong ya. Perempuan sakit tuh butuh ketenangan, bukan komentator.”

Arman mengangkat tangan tanda menyerah. “Baik, Bu Dokter versi pasien.”

Ia pun diam. Tapi lima menit kemudian, Widya mendengar suara kursi bergeser pelan. Saat membuka mata, Arman sudah duduk di lantai, bersandar di ranjang sambil menatapnya.

“Mas, ngapain di situ?”

“Jaga kamu dari ketinggian yang berbeda,” jawab Arman dengan wajah serius. “Biar kalau kamu mimpi jatuh, aku bisa langsung nangkep.”

Widya menatap suaminya tak percaya. “Mas, aku demam, bukan jatuh cinta.”

Arman nyengir. “Tapi efeknya bisa sama: bikin lemes, bikin jantung cepat berdebar-debar.”

Widya tak bisa menahan tawa kali ini. “Mas, serius deh, kamu tuh kalau nggak lucu, nyebelin.”

“Dua-duanya nilai plus kan?”

“Relatif,” sahut Widya sambil memalingkan wajah.

Arman berdiri lagi, mengambil handuk dingin dan meletakkannya di kening Widya. “Udah, tidur. Aku janji diem.”

“Janji beneran?”

“Beneran. Aku cuma bakal jaga.”

Widya menarik selimut, perlahan memejamkan mata. Suara langkah Arman menjauh, lalu kembali dengan kursi. Ia duduk diam, kali ini benar-benar tanpa suara.

Beberapa menit berlalu. Suasana hening. Lalu dari arah kursi terdengar suara lirih.

“Wid… kalau kamu sembuh, boleh gantian nggak? Aku pura-pura sakit biar kamu urus lagi.”

Widya membuka mata separuh, menatapnya dengan ekspresi lelah tapi senyum kecil. “Mas, coba ya… satu hari aja kamu diem tanpa bercanda. Bisa nggak?”

Arman mengangkat alis. “Nggak yakin.”

Widya menutup mata lagi. “Ya sudah, berarti penyakit kamu belum sembuh total.”

Arman menahan tawa, akhirnya benar-benar diam. Hanya sesekali ia melirik Widya, memastikan istrinya tidur dengan tenang.

Sampai akhirnya, menjelang siang, Widya benar-benar tertidur.

Arman masih di kursi, kepala bersandar di tepi ranjang, menatap wajah tenang istrinya. Ia tersenyum pelan.

“Kalau begini rasanya jagain kamu, aku nggak keberatan sakit lagi,” bisiknya pelan.

Dan untuk pertama kalinya hari itu, Arman betul-betul diam. Karena ia tahu, bagi perempuan, diam kadang jauh lebih manjur dari segala bentuk perhatian.

—---

Dapur kembali hidup seperti biasa. Aroma teh melati dan roti panggang memenuhi udara. Widya sudah terlihat segar, rambutnya digelung asal, wajahnya tanpa riasan tapi cerah. Arman bersandar di ambang pintu, memperhatikan istrinya yang sibuk memotong buah.

“Cepat banget sembuhnya,” ujarnya santai. “Padahal baru kemarin aku lihat kamu tepar kayak habis maraton.”

Widya melirik sekilas tanpa berhenti bekerja. “Mungkin karena aku nggak drama kayak kamu waktu demam,” balasnya.

Arman tersenyum kecil, melangkah mendekat. “Drama? Itu namanya ekspresi penderitaan yang jujur.”

“Ekspresi? Kamu minta disuapin, minta dielus, minta ditemenin nonton drama Korea sampe ketiduran.” Widya menahan tawa. “Itu bukan ekspresi, itu manja.”

Arman berdiri di belakangnya. “Dan kamu sayang aku kan, karena kamu tetap nurutin semuanya.” Suaranya rendah, sengaja menempel di telinga.

Widya berhenti mengiris apel. “Hati-hati, tehnya bisa tumpah,” ucap Widya datar. Tapi pipinya memanas.

Arman menahan tawa, lalu membulatkan kedua lengan di pinggang istrinya. “Aku bantu jaga biar nggak tumpah,” ujarnya enteng.

Widya mencoba mendorong suaminya pelan. “Mas Arman, nanti—”

Belum sempat melanjutkan, kecupan mendarat ringan di bahunya. Cepat, tapi cukup membuat napas Widya tersangkut sejenak.

“Udah lama nggak begini,” bisik Arman. “Kemarin sempat tertunda, ingat?” tambahnya sembari tetap memeluk Widya dari belakang, lalu mengecup pipi Widya.

Widya menatap suaminya lewat pantulan kaca lemari dapur. “Kalau semua ditunda terus, nanti....Mas Arman! Geli ah." Arman menekan ujung hidungnya di pipi Widya, tentu saja Widya kegelian

“Makanya jangan ditunda.” ucap Arman seraya menatap mata istrinya dari belakang. Senyumnya lembut, tidak terburu-buru, hanya menunggu reaksi.

Widya menghela napas, tapi senyum kecil muncul juga. “Bantu aku plating buah dulu baru boleh lanjut ganggu.”

“Deal.” Arman melepaskan pelukannya sebentar, mengambil piring, dan mulai menata buah di meja. Tapi tangan kirinya masih sempat menyentuh pinggang Widya, sekadar pengingat halus bahwa “perjanjian” tadi belum berakhir.

Suasana dapur pagi itu terasa penuh: aroma kopi, bunyi pisau di talenan, dan tawa kecil di sela percakapan mereka. Tak ada sisa demam, hanya kehangatan yang berganti bentuk.

---

1
Safitri Agus
terimakasih kak Riena updatenya 🙏🥰
Safitri Agus
syahdu 🤭
Safitri Agus
terimakasih kak Riena updatenya 🙏🥰
Mam AzAz
terimakasih up nya 😊
Mam AzAz
begitulah perempuan kalau lagi sakit inginnya tiduran dan butuh ketenangan,kalau laki laki cuma demam aja sudah seperti sekarat dan sangat drama😂😂😂
Safitri Agus: setuju 👍😊
total 1 replies
Mam AzAz
terimakasih up nya 😊
Mam AzAz
gantian jadi pasien 🤭🤭
Enisensi Klara
Manja si Arman 😂😂
Safitri Agus
terimakasih kak Riena updatenya 🙏🥰
Safitri Agus
semoga rukun dan damai RT mereka
Safitri Agus
pasti rasanya pedes
Safitri Agus
ketularan demamnya Arman
Safitri Agus
eh ngelunjak ya🤭
Enisensi Klara
Modus Àrman 🤣🤣🤣
Enisensi Klara
Lebay Arman 🤣🤣🤣
Enisensi Klara
Makasih up nya kk Riena 😍😍
Ratu Tety Haryati
Perasaan laki2 klo sakit berasa sudah paling tak berdaya, malah buat istri double repotnya.
Ratu Tety Haryati
Klo Arman sudah ingkar janji berarti, ia bukan pria yang baik untukmu.
Ratu Tety Haryati
Klo sudah begini ada rasa iba dan tak menyalahkan Priya sepenuhnya, karena Arman sendiri yang memberikan janji untuk minta ditunggu.
Ratu Tety Haryati
Memangggg😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!