Rahasia Dibalik Pernikahan Paksa

"Berapa banyak yang kalian inginkan, aku janji kali ini aku tidak akan mengambil lagi uang itu, bila perlu aku akan siapkan uang tunai agar kalian percaya, Aku juga tidak akan melibatkan polisi. Sekarang katakan saja berapa yang kalian inginkan?" Rakha yang tidak ingin terjadi sesuatu pada ibu mertuanya berupaya bernegosiasi.

"Baiklah, siapkan uang tunai sebesar 20 Miliyar. Jika Anda menipuku lagi, maka aku tidak akan segan-segan menghabisi ibu mertuamu!"

"Ya, Aku janji, besok pagi, begitu Bank buka, aku akan menyiapkan uangnya dan menyerahkannya pada kalian."

"Tapi ada satu syarat lagi yang harus Anda penuhi."

"Satu syarat lagi, katakan."

Orang itu mengatakan syarat kedua yang harus dipenuhi oleh Rakha. Meskipun syarat itu begitu berat dia lakukan, tapi demi keselamatan ibu mertuanya, Rakha setuju dengan syarat tersebut.

Keesokan paginya, Rakha pergi dari hotel tanpa menyentuh sarapan yang telah disiapkan. Bahkan saat Elvira memanggilnya, Rakha berlalu begitu saja. Hal itu membuat Elvira merasa penasaran dan mengikuti kemana Rakha akan pergi.

Dengan setengah berlari, Elvira mengikuti Rakha yang masuk kedalam lift. Elvira segera bersembunyi dan melihat Rakha menuju lantai dasar. Tidak ingin kehilangan jejaknya, Elvira berlari ke tangga darurat dan menuruni satu persatu anak tangga tanpa sedetik pun berhenti.

Dengan nafas yang terengah-engah, akhirnya Elvira sampai di lantai dasar. Elvira melihat kearah lift memastikan apakah Rakha sudah keluar atau belum. Melihat lift yang sudah kembali ke atas, Elvira berlari keluar mencari mobil yang hari itu digunakan oleh Rakha.

Melihat mobil itu baru saja keluar meninggalkan hotel, Elvira segera berlari ke jalan, mencari taksi yang lewat. Beruntung Elvira langsung mendapat taksi sehingga dia masih bisa mengejar Rakha yang kebetulan berhenti di tengah kemacetan.

"Ikuti terus mobil itu Pak," ucap Elvira pada supir aksi.

"Baik Non."

Lima menit berlalu, mobil Rakha kembali berjalan tanpa mengalami kemacetan lagi, sampai di depan salah satu Bank, Rakha baru kembali menghentikan mobilnya.

Dari dalam taksi, Elvira mengawasi Rakha yang di dampingi dua pengawal pribadinya masuk kedalam Bank. Cukup lama Elvira menunggu sampai dia merasa bosan, tapi entah kenapa Elvira enggan pulang sebelum mengetahui apa yang sebenarnya Rakha akan lakukan sampai pagi-pagi sekali pergi tanpa pamit apalagi sarapan.

"Udah satu jam lebih Non, kita masih mau menunggu?" tanya Supir taksi yang juga merasa bosan.

"Iya, tunggu sebentar lagi Pak, nanti pasti saya bayar lebih."

Setelah bersabar sekitar lima belas menit lagi, akhirnya Elvira melihat Rakha membawa begitu banyak koper berukuran besar keluar dari Bank. Terlihat Rakha dan kedua pengawalnya memasukkan koper-koper itu kedalam mobil Box lalu mereka naik dan pergi meninggalkan Bank dengan mobil box tersebut tanpa pengawalan.

"Ikuti mereka lagi Pak," ucap Elvira menepuk bahu Supir taksi. Elvira tidak ingin sampai kehilangan jejak Rakha karena gerak geriknya semakin mencurigakan.

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, Elvira melihat mobil box itu memasuki sebuah bangunan tinggi setengah jadi yang nampak tak dilanjutkan pembangunannya.

Tidak ingin keberadaannya di ketahui, Elvira meminta supir taksi untuk menunggunya dari kejauhan, sementara dirinya dengan mengendap-endap menaiki tangga dimana Rakha dan dua pengawalnya naik ke lantai empat.

"Aku sudah menyiapkan uangnya,"

Terdengar Rakha mengatakan itu sambil menunjukkan uang satu koper yang dia bawa kepada tiga pria bertopeng yang berdiri sekitar dua meter dari tempat Rakha berdiri.

"Sisanya ada di bawah." lanjut Rakha lagi.

"Kalau begitu kita kebawah,"

Ucapan pria bertopeng itu membuat Elvira panik dan berlari sekencang mungkin agar tidak di ketahui, tapi karena hal itu, Elvira jatuh tersandung besi tangga yang mencuat keluar.

"A-oughhh... " Elvira langsung membungkam mulutnya sendiri agar suaranya tak terdengar oleh Rakha dan orang-orang itu. Kemudian, Elvira kembali berdiri dan berlari dengan sedikit menyeret kakinya yang berdarah terkena besi.

Mendengar suara jejak kaki dari orang-orang itu, Elvira yang merasa tidak kuat lagi bersembunyi dibawah tangga. Dia melihat bagian bawah lututnya yang terkena besi mengalirkan darah hingga ke bawah. Elvira tidak tahu apalagi yang terjadi antara Rakha dan orang-orang itu sampai terdengar suara dentuman kuat dari bedeng yang letaknya tak jauh dari tempat persembunyian Elvira.

Setelah suara itu, Elvira melihat Rakha, kemudian disusul orang-orang itu pergi meninggalkan lokasi, sementara Elvira yang masih merasa penasaran apa yang terjadi mendekati bedeng, membuka pintu yang belum terbak4r. Dan alangkah terkejutnya Elvira saat melihat ada seorang wanita terikat di kursi yang sudah hampir terb4kar habis.

Elvira yang merasa begitu shock melangkah mundur menjauhi pintu, namun langkahnya terhenti saat ada sesuatu yang terinjak di kakinya.

Melihat sesuatu yang mengkilap dari dalam pasir, Elvira berjongkok dan mengambil benda itu. Elvira terus memperhatikan benda kecil itu yang nampak tak asing baginya, setelah memperhatikan dengan seksama, Elvira membulatkan kedua matanya saat menyadari itu adalah liontin yang sama seperti milik ibunya.

Sebelumnya Elvira masih tidak yakin dengan itu, tapi beberapa langkah dari sana, Elvira juga menemukan kalungnya. Kalung yang persis seperti yang Elvira berikan untuk hadiah ulang tahun ibunya tahun lalu.

"Tidak salah lagi, ini milik ibu."

"Ibuuuu....." teriak Elvira histeris sambil melihat kedalam bedeng yang kini tak lagi nampak wujud seseorang yang sebelumnya terbak4r disana.

Bersambung...