NovelToon NovelToon
Beauty To Crystal

Beauty To Crystal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Anak Lelaki/Pria Miskin / Romansa
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Reenie

Di atas kertas, mereka sekelas.
Di dunia nyata, mereka tak pernah benar-benar berada di tempat yang sama.

Di sekolah, nama Elvareon dikenal hampir semua orang. Ketua OSIS yang pintar, rapi, dan selalu terlihat tenang. Tak banyak yang tahu, hidupnya berjalan di antara angka-angka nilai dan tekanan realitas yang jarang ia tunjukkan.

Achazia, murid pindahan dengan reputasi tenang dan jarak yang otomatis tercipta di sekelilingnya. Semua serba cukup, semua terlihat rapi. Tetapi tidak semua hal bisa dibeli, termasuk perasaan bahwa ia benar-benar diterima.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reenie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Papaku Tahu Segalanya

Achazia berdiri di depan cermin, memperbaiki letak bando di rambutnya. Ia mengenakan blus putih sederhana dan celana bahan warna krem. Mama memintanya tampil ‘sopan’ untuk makan malam bersama Papa malam ini. Tapi Achazia tahu, ini bukan sekadar makan malam keluarga biasa.

Di ruang makan, Papa sudah menunggu. Pria berwibawa dengan jas abu-abu itu duduk dengan punggung tegak, membaca sesuatu di tablet-nya. Mama duduk di sampingnya, tampak tenang, namun tatapan matanya sering melirik Achazia seolah berkata: Hati-hati, Za.

“Makan malam sudah siap, Pa,” ucap Mama lembut.

Papa meletakkan tablet, menatap Achazia dengan pandangan yang sulit ditebak. Hangat, namun penuh perhitungan. Seolah ia sedang memindai seluruh diri putrinya, mencari celah untuk bertanya.

“Achazia,” sapa Papa dengan nada biasa. “Bagaimana kuliahmu?”

“Baik, Pa. Kelas kemarin aku belajar teknik contouring wajah dan pengaplikasian foundation untuk berbagai jenis kulit.” Achazia berusaha terdengar antusias, berharap Papa tertarik pada topik itu saja.

Tapi Papa hanya mengangguk singkat. “Kamu terlihat menikmatinya.”

“Iya, Pa. Aku senang.”

Makan malam berjalan dengan percakapan ringan. Tentang kampus, tentang proyek kecantikan yang dikerjakan Achazia, bahkan tentang dosennya yang mantan make up artist selebriti. Namun, setelah hidangan penutup disajikan, Papa meletakkan sendoknya dan menatap Achazia dalam-dalam.

“Ada satu hal yang ingin Papa tanyakan.”

Achazia meneguk air putihnya pelan. Ini dia. Bagian yang ia takuti.

“Kemarin malam, Mama kamu mencoba menghubungimu. Tapi kamu sedang dalam video call selama hampir dua jam, benar?”

Achazia menelan ludah. “Iya, Pa. Aku… sedang ngobrol dengan teman-teman SMA.”

Papa mengangguk pelan. “Termasuk… anak laki-laki yang pernah mengantarmu pulang pakai sepeda tua saat di Crystal High School?”

Diam. Achazia tak bisa berkata apa-apa. Elvareon. Papa sudah tahu. Entah bagaimana caranya, Papa selalu tahu.

“Namanya Elvareon, kan?” lanjut Papa.

“Iya, Pa.” Akhirnya Achazia mengaku. “Dia sekarang kuliah kedokteran dengan beasiswa penuh di St. Aurelius.”

Papa bersedekap, matanya tajam namun tidak marah. “Za, Papa tahu kamu sudah dewasa. Papa juga tahu, kamu punya hak untuk memilih teman. Tapi Papa ingin kamu sadar, pilihanmu akan selalu membawa konsekuensi. Papa tidak bicara soal perbedaan status. Papa bicara tentang masa depan.”

Achazia menegakkan punggungnya. “Pa, Elvareon itu pekerja keras. Dia bahkan dapat beasiswa penuh karena kemampuannya sendiri. Dia punya impian besar, Pa. Dia ingin membuka klinik gratis untuk orang-orang yang nggak mampu.”

Papa terdiam, sejenak menatap ke luar jendela. “Mimpi itu mulia. Tapi dunia tidak semudah itu, Za. Papa khawatir kamu akan kecewa jika terlalu berharap.”

Achazia menahan air mata. “Aku nggak berharap apa-apa, Pa. Aku cuma ingin punya teman yang tulus. Elvareon, Brianna, Kaivan… mereka selalu ada buat aku.”

Mama menimpali dengan lembut, “Pa, mungkin kita harus percaya sama pilihan Achazia dulu. Kita pantau dari jauh.”

Papa menghela napas panjang. Ia menatap Achazia lama, sebelum akhirnya berkata, “Baiklah. Papa tidak akan melarang. Tapi kamu harus janji, kamu tidak akan mudah terbawa perasaan. Jangan sampai emosi membuatmu lupa akan tujuanmu.”

Achazia mengangguk. “Aku janji, Pa.”

Suasana makan malam itu selesai tanpa ledakan emosi. Tapi di dada Achazia, ada gelombang yang sulit diredam. Papa tahu. Sekarang, semua tergantung pada tindakannya ke depan.

Malam harinya, di kamarnya, Achazia merebahkan diri di kasur sambil memandangi langit-langit. Ponselnya berbunyi, notifikasi dari grup chat mereka.

Group: Masa SMA Paling Chaos 🌀

Kaivan: “Zia, kamu hidup? Kasih kabar dong. Kita deg-degan nih.”

Achazia tertawa kecil.

Achazia: “Baru selesai ‘sidang’. Papa nanyain Elvareon langsung.”

Brianna: “Astaga… Papa kamu detektif.”

Elvareon: “Maaf, Zia. Aku bikin kamu kena semprot.”

Achazia membaca pesan itu, tersenyum lalu membalas.

Achazia: “Gak apa, El. Papa cuma… khawatir aku terlalu larut dalam perasaan. Tapi aku bilang ke dia, aku bangga sama kamu.”

Butuh beberapa detik sebelum Elvareon membalas.

Elvareon: “Terima kasih, Zia. Aku janji akan buktikan kalau aku pantas dianggap setara.”

Brianna: “Gak usah nunggu jadi kaya dulu, El. Kita udah tahu kok kamu setara. Bahkan lebih.”

Kaivan: “Betul. Status sosial bukan syarat jadi manusia, bung.”

Achazia merasa dadanya hangat. Meski jauh, mereka tetap jadi tembok pelindung bagi satu sama lain.

Keesokan harinya, Achazia mengikuti Mama ke sebuah acara makan siang bersama keluarga besar. Sepanjang perjalanan, pikirannya masih melayang ke obrolan semalam. Ia tahu, jalan di depan tak akan mudah. Namun, dia siap.

Di sisi lain, Elvareon duduk di kantin St. Aurelius University. Dia memandangi layar ponselnya, membaca ulang percakapan semalam. Ia tahu, status dan latar belakangnya akan selalu menjadi tembok tinggi di mata orang-orang seperti Papa Achazia. Tapi ia juga tahu, tembok itu bukan alasan untuk menyerah.

Arvin duduk di depannya, meletakkan nampan makan siang. “Kamu udah siap ujian minggu depan, El?”

Elvareon mengangguk. “Aku harus siap. Bukan buat aku sendiri, tapi buat orang-orang yang percaya sama aku.”

Arvin tersenyum. “Termasuk cewek yang kamu ceritain itu? Pacarmu itu kan?”

Elvareon tertawa kecil. “Iya. Dia salah satu alasan aku gak boleh gagal.”

Sore itu, Achazia kembali ke kamarnya. Saat memasuki kamar, ia menatap pantulan dirinya di cermin. Ia sadar, semakin dewasa, ia tak bisa hanya diam dan menunggu diterima oleh dunia Papa dan Mama. Ia harus membuktikan diri. Bukan demi siapa-siapa, tapi demi dirinya sendiri.

Ponselnya kembali bergetar.

Elvareon: “Za, kapan kamu ada waktu? Aku mau kamu denger rencana klinikku nanti.”

Achazia tersenyum.

Achazia: “Nanti malam kita VC lagi ya, Ver. Aku mau denger semua mimpimu.”

Dan malam itu, untuk kesekian kalinya, mereka saling menguatkan dari kejauhan. Mereka tahu dunia tak mudah, tapi mereka percaya, kisah mereka belum selesai.

Mereka VC diam-diam dan berbicara dengan pelan supaya tidak ketahuan oleh orang tuanya. Elvareon menceritakan bahwa dia berencana membuka klinik gratis bagi orang-orang yang kurang mampu. Mengingat dirinya dari keluar yang kurang mampu, dia merasa berjasa jika membuat klinik gratis seperti itu.

Achazia mendukungnya tapi Elvareon harus juga tetap menjadi dokter di rumah sakit lain. Entah itu rumah sakit swasta maupun negri.

Tidak terasa sudah satu setengah jam mereka VC. Suara Achazia terdengar sedikit tepat saat Pak Gino lewat dari kamarnya. Pak Gino tidak sengaja mendengar bahwa Achazia bertelepon dengan anak laki-laki itu lagi.

Pak Gino tidak ingin memberitahu kedua orang tua Achazia. Dia ingin putri yang diantar jemputnya setiap hari sedari dia kecil itu menjadi gadis yang tangguh akan pilihannya sendiri.

Pak Gino juga sadar bahwa dia sewaktu kecil juga dari keluarga yang kurang mampu hingga dia sukses sekarang menjadi supir dari keluarga Velmorin yang terpandang ini.

Beliau memang merasa dihargai bekerja sebagai supir dikeluarga ini. Namun dia berpikir bahwa cara papa Achazia juga salah jika dia terlalu menekan putrinya.

1
Nana Colen
ceritanya ringan tapi asiiik 🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!