Sulastri tak menyangka kalau dia akan jadi korban pemerkosaan oleh pria yang tak dia kenal, dia sampai hamil dan dihakimi oleh warga karena merasa kalau Sulastri merupakan wanita pembawa sial. Sulastri meninggal dunia dan menjadi kuntilanak.
Wanita yang menjadi kuntilanak itu datang kembali untuk membalas dendam kepada orang-orang yang dulu membunuhnya, dia juga terus gentayangan karena mencari siapa yang sudah merenggut kesuciannya.
Jangan lupa follow Mak Othor biar gak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BD Bab 17
Wisnu tak pernah bermimpi akan ditemui oleh Dea, dia tak pernah bermimpi kalau Dea akan menawarkan dirinya hal yang belum pernah dia alami. Dia tak menyangka kalau gadis cantik yang merupakan anak juragan di kampungnya itu kini sedang berdiri menggunakan kedua lututnya di tanah.
Wanita itu kini sedang menatap miliknya yang tertidur pulas, Wisnu jadi salah tingkah karena wanita itu menatap miliknya sambil tersenyum dengan penuh arti. Senyum yang Wisnu saja tak tahu apa artinya.
"Ka--- kamu sebenarnya mau apa, Neng? Kenapa ka--- kamu--- ah!"
Pikiran Wisnu tiba-tiba saja melayang, karena kini Dea mulai menyentuh miliknya. Lalu, tanpa ragu Dea mengurut milik pria itu, benda yang tadinya kecil itu berdiri dan mulai mengembang.
"Duh! Enak bener, Neng. Tangan Neng Dea lembut banget, Akang suka." Wisnu merem melek keenakan, dia sampai menengadahkan kepalanya ke atas.
"Nikmati, Kang. Tapi, kok punya Akang masih kecil aja ya?"
"Eh? Emang udah segitu ukurannya, beda sama punya bule." Wisnu malu, tapi dia tak mau berhenti mendapatkan kenikmatan itu.
"Masih bisa dipegang, masih boleh lah."
Wisnu menganggukan kepalanya, dia menikmati kembali sensasi kenikmatan yang diberikan oleh Dea. Tak lama kemudian dia merasakan tubuhnya begitu ringan, karena Dea memasukkan miliknya ke dalam liang bergerigi miliknya.
"Ouch! Neng! Kok pinter banget?"
Ah! Kalau saja ada kasur, rasanya dia ingin merebahkan tubuhnya. Dia ingin dimanjakan oleh Dea dengan kenikmatan yang tiada terkira ini, sungguh ini sangat menakjubkan.
"Enak ya, Kang?" tanya Dea di sela kegiatannya.
"He'em," jawab Wisnu sambil menggigit bibir bawahnya.
Awalnya pria itu terlihat begitu keenakan, matanya merem melek dengan kedua tangannya yang mulai menjambak rambut Dea. Namun, tak lama kemudian dia menjerit kesakitan karena miliknya terhisap dengan kuat.
"Argh! Sakit!" teriak Wisnu karena milihnya terasa terhisap oleh vacuum cleaner. "Hentikan, Neng!"
Wisnu mendorong kepala Dea, dia berharap wanita itu akan menghentikan aksinya. Namun, Wisnu begitu kaget karena tiba-tiba saja kepala wanita itu terpental jauh, sedangkan tubuhnya masih ada di hadapannya.
"Se---- setan!" teriak Wisnu.
Tubuh Wisnu bergetar dengan hebat, lututnya bahkan terasa kopong. Kedua telapak kakinya seperti dipaku pada bumi, dia kesulitan untuk berjalan.
Wisnu lebih ketakutan lagi ketika melihat kepala dan juga tubuh Dea menyatu, awalnya wajah itu masih terlihat cantik, tetapi lama-kelamaan wajah itu menjadi buruk rupa.
Penuh luka dan juga darah, darah berwarna hitam mengalir dari setiap lubang yang ada di tubuh wanita itu. Wisnu lebih takut lagi ketika melihat wajah Dea berubah menjadi wajah Sulastri.
"La--- Lastri!" pekik Wisnu.
Bruk!
Tubuh pria itu ambruk, Wisnu sungguh sangat ketakutan. Arwah Sulastri langsung mendekat ke arah Wisnu, pria itu mencoba menghindar dengan merangkak.
"Ja--- jangan dekati aku, Lastri. A--- aku mohon," ujar Wisnu dengan ketakutan yang luar biasa.
Bagaimana Wisnu tidak takut, karena kini tubuh Sulastri melayang di udara. Tubuh itu berlumur darah berwarna hitam, perut wanita itu nampak bolong, Wisnu rasanya ingin mengusir Sulastri tetapi tidak bisa
"Sekarang saja usir aku, dulu kamu mau cicipi aku. Ayo cicipi, jangan sungkan."
Arwah Sulastri semakin mendekat, Wisnu semakin ketakutan. Pria itu juga kesusahan untuk menghindar, karena celananya yang menyangkut di kakinya.
"Jangan mendekat! Argh!" teriak Wisnu.
Pria itu berteriak dengan sangat kencang, karena seperti ada yang menarik miliknya sampai putus. Sulastri tertawa cekikikan melihat wajah pria itu yang kini begitu pias.
"Tolong!" teriak Wisnu sambil berlari dari sana.
Pria itu akhirnya bisa berlari karena celana yang dia pakai terlepas, pria itu berlari dengan hanya menggunakan baju saja. Saat tiba di warung, pak sopir, Dea dan juga Sultan sampai melongo melihat Wisnu yang tidak memakai celana.
"Hey! Di mana ada kamu? Kenapa datang ke sini tanpa pakai celana?!" teriak Pak sopir.
Mendengar pak sopir yang berkata dengan cukup kencang, Sultan dengan cepat menutupi kedua mata Dea dengan kedua telapaknya. Dia tak mau remaja perempuan itu ternoda matanya.
"A--- anu, Pak. Ada setan," jawab Wisnu sambil menutup burung perkututnya dengan kedua telapak tangannya.
"Gila, kamu! Mana ada setan di sini? Saya sudah dua puluh lima tahun jadi sopir di sini, lewat ke sini hampir tiap hari. Tak pernah saya melihat setan, ngada-ngada kamu!"
Pak sopir lalu menarik taplak meja milik Sultan, lalu melilitkan taplak meja itu ke pinggang Wisnu. Pak sopir sempat melirik-melly Wisnu yang berdarah.
"Bilang aja kamu tadi ketemu lacur murah yang bayarnya cuma semangkok bakso, puas dengan cara lain. Makanya punyanya sampai berdarah, eling! Jangan mentang-mentang sudah membujang terlalu lama. Nanti tak ada wanita yang mau sama kamu," ujar Pak sopir.
"Nggak, Pak. Mana ada kaya gitu," ujar Wisnu sambil meringis karena merasakan sakit yang luar biasa.
"Sudah diam! Saya ke kebun dulu ambil celana punya saya, saya pinjemin. Daripada kamu begitu, lain kali jangan melakukan hal aneh."
"Iya, Pak."
Selepas kepergian pak sopir, Wisnu menolehkan wajahnya ke arah Dea. Dia menatap wanita itu dari ujung kepala sampai ujung kaki, karena penasaran akhirnya dia bertanya.
"Neng Dea dari tadi di sini?"
Dea menurunkan tangan Sultan dari matanya, dia menatap Wisnu dengan jijik. Lalu, dia berlari menuju kamar mandi dan muntah-muntah di sana.
Hoek! Hoek!
Sultan dengan cepat berlari untuk melihat keadaan Dea, Wisnu garuk-garuk kepala melihat hal itu.
"Kayaknya dilihat dari ekspresinya dia nggak ke mana-mana, itu artinya yang tadi adalah setannya Lastri. Hiiih! Apa dia datang untuk balas dendam, ya? Apa dia datang kembali untuk membunuhku?"
Wisnu merasakan ketakutan yang luar biasa, dia takut kalau arwah Sulastri akan membalas dendam kepada dirinya. Karena walaupun dia bukan yang memperkosa Sulastri, tetapi dia yang menjadi provokator agar masyarakat membunuh Sulastri.
"Kalau dia datang lagi gimana? Aduh! burungku juga sakit banget ini, besok pulang dari pasar aku harus periksa. Takutnya aset aku yang satu ini tidak bisa bangun lagi," ujar Wisnu sambil menolehkan wajahnya ke kanan dan ke kiri. Dia takut kalau arwah Sulastri masih ada.
ternyata begitu ceritanya... dasar laki-laki...
jahat pula...
kalo ada udaku geplek pala abg syahdan 🤣
syahdan ini udah termakan omongan ibunya.. kasihan juga sih.. nggak tau apa-apa, malah dimanfaatkan ibunya..