Ganti Cover dari NT yah
Mencintai dengan sepenuh hati ternyata belum tentu membawa kebahagiaan bagi Alia Valerie Putri, gadis yang kurang beruntung dalam hubungan keluarga dan ternyata tak beruntung juga dalam urusan cinta.
Setahun berusaha menjadi kekasih terbaik bagi Devan Bachtiar, berharap mendapatkan kisah romansa bak film Drama Korea, justru berujung duka.
Hubungan penuh tipu daya yang dilakukan Devan, membuat luka di dalam hati Alia. Hingga takdir membawanya bertemu dengan Sam Kawter Bachtiar yang semakin membuat hidupnya porak poranda.
Siapa sebenarnya Sam Kawter Bachtiar? Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Alia bersama Devan Bachtiar? Akankah Devan menyesali perbuatannya?
Akankah masih ada kesempatan baginya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Bodoh!
Setelah ciuman itu, Sam membawa Alia pulang dari acara tersebut. Tangan Alia ditarik begitu saja dan dipaksa untuk berjalan menyamai langkahnya. Alia merasa kesulitan karena sepatu high heels yang dikenakannya sangat mengganggu.
Ia tak biasa menggunakan high heels apalagi yang setipis itu. Sepatu mahal memang rumit, pikir Alia. Tapi lebih rumit lagi jika mengenakannya bersama Sam Kawter. Pria itu benar-benar tidak memikirkan bagaimana kesulitan Alia berjalan bersamanya.
Alia pun merasakan kakinya pegal dan membuatnya terkilir hingga terjatuh. Tangan yang digenggam itu terlepas begitu saja bersamaan dengan jatuhnya Alia ke tanah yang dilapisi aspal itu.
Sam pun menghentikan langkah dan menoleh ke arah Alia. Gadis itu terlihat sedang mencoba berdiri dibantu oleh Ardi.
"Kau benar-benar merepotkan!" kesal Sam.
"Maaf."
"Berhenti mengucapkan itu, aku pusing mendengarnya!"
Sam pun mendekati Alia dan mengambil alih tangan Alia yang berada di tangan Ardi.
"Lepas sepatumu," perintah Sam sambil memegangi salah satu tangan Alia.
Alia terlihat hendak membungkuk, namun dihentikan oleh Suara Sam.
"Dimas, lepaskan sepatu itu dari kaki nya!" titah Sam pada salah satu bodyguard nya.
Pria bernama Dimas itu pun bergegas menuruti perintah sang majikan dan melepaskan sepatu itu dari kaki Alia.
Alia merasa tidak enak, ia mengambil kembali sepatunya dari tangan Dimas.
"Terima kasih pak," ucap Alia tersenyum.
"Kau benar-benar naif dan membosankan!" tutur Sam lalu berjalan mendahului Alia masuk ke dalam mobil.
Melihat itu, Alia pun buru-buru mengikuti Sam untuk masuk ke dalam mobilnya. Setelah beberapa kekacauan hari ini, ia tak mau Sam semakin marah padanya karena menganggap ia lelet. Meskipun lututnya berdarah, ia memilih tak merasakan rasa sakitnya.
...----------------...
Sepanjang jalan di dalam mobil, mereka pun hening.
Tiba-tiba saja rasa penasaran Alia membuat dirinya berani membuka suara.
"Apa kau dan Devan adalah kakak beradik Tuan?" tanya Alia.
"Kau sudah mendengarnya sendiri," sahut Sam dingin.
"Kau menjadikan aku tawananmu karena kau tahu aku pernah memiliki hubungan dengannya?"
Mendengar itu, Sam yang semula memperhatikan jendela mengalihkan pandangannya pada Alia.
"Kau wanita yang cukup pintar Alia."
"Tapi kau salah orang Tuan, kekasihnya kini bukanlah aku. Dia masih memiliki kekasih lain bernama Riska dan Devan mencintai Riska daripada aku. Jadi mungkin—"
"Aku tidak peduli."
Mendengar itu Alia terdiam. Sepertinya Sam memang pria yang sangat dingin dan berhati sekeras batu.
"Dengan siapapun Devan pernah menjalin hubungan, yang aku pilih adalah kamu. Kamu yang akan aku gunakan untuk menghancurkan Devan."
"Tidak Tuan, kau salah. Devan tidak akan patah hati hanya karena kau bersama denganku. Sebab dia tidak mencintaiku," sahut Alia.
"Kita lihat saja nanti," sahut Sam tak peduli.
"Kau hanyalah pion ku untuk menghancurkan Devan dan hatinya, Alia. Setelah itu terjadi, kau tidak lagi aku butuhkan. Jadi bersikap baiklah selama aku menampung mu," tutur Sam yang lagi-lagi terdengar menyakitkan.
"Bagaimana kalau kau gagal?"
"Tidak ada kata gagal dalam kamus ku Alia," sahut Sam percaya diri.
"Tapi aku bukan wanita yang dicintai adikmu Tuan. Kau salah jika menganggap aku bisa membantumu," selah Alia, mencoba membuat Sam mengerti.
"Jika begitu aku akan membuang dan menjual mu ke mucikari agar kau bisa berguna untukku!"
Apa?
Alia langsung terdiam. Ia memang ingin bebas dari Sam tapi kalau bebasnya malah diberikan pada mucikari, lebih baik ia tetap menjadi tawanan Sam. Setidaknya Sam tidak tertarik pada tubuhnya, begitu pikir Alia.
Sam melirik Alia sejenak, lalu tersenyum tipis.
Mudah sekali membuatnya diam. Dia benar-benar mudah diperdaya.
Beberapa puluh menit kemudian, mereka telah tiba di Mansion Sam. Pria itu turun dari mobil dan mendahului Alia tanpa sepatah kata pun.
Alia pun buru-buru keluar dari mobil, namun saat kakinya menapak tanah, barulah Alia merasakan perih pada lututnya yang tadi sempat berdarah. Alia berhenti sejenak lalu melihat kondisi lututnya yang lumayan tidak baik.
Lagi-lagi Alia tidak menghiraukannya. Ia kembali berjalan mengikuti Sam di belakangnya. Alia tahu tidak akan ada yang memperhatikannya. Jadi mengabaikan rasa sakit di lututnya bukanlah lah hal yang sulit.
Sedangkan Sam masih terus berjalan dengan langkah yang lebar. Alia mengikutinya dengan sedikit berlari sebab langkahnya tak dapat menyusul Sam.
Hingga mereka telah berada di ruang tengah, Sam menghentikan langkahnya sehingga Alia pun ikut berhenti.
Sam memperhatikan Alia. Gadis itu terlihat sedikit berantakan dengan mengenakan dress selutut, namun sedikit rusak pada bagian lututnya akibat Alia terjatuh tadi. Alia pun membawa high heels di pelukannya.
Sam mendekati Alia dan mengambil high heels itu dengan paksa.
"Untuk apa kau memeluk sepatu ini Alia?" sentaknya seraya membuang sepatu itu.
"Eh itu kan sepatu mahal, aku...aku hanya ingin menjaganya," sahut Alia.
"Kau menjaga sepatu tapi membiarkan dirimu terluka?"
Sam pun menarik ujung dress Alia yang rusak hingga robek dan memperlihatkan lututnya yang terluka.
"Apa hidup mu begitu miskin hingga lebih mementingkan sepatu daripada dirimu sendiri?" tanya Sam dengan nada yang tinggi.
"Aku...aku terluka karena aku jatuh, tapi luka ini tidak seberapa jadi aku tidak terlalu memikirkannya," sahut Alia mencoba tersenyum.
Mendengar itu, Sam pun tersenyum miring. Ia menekan lutut Alia hingga membuat Alia meringis.
"Menurutmu ini tidak sakit?"
Alia diam dan hanya menahan rasa sakitnya. Semakin Sam menekannya, Alia pun semakin memejamkan matanya.
"Wanita bodoh!!" tutur Sam kesal lalu melepaskan tangannya dari Alia.
jangan bertempur dengan masa lalu karena terlalu berat