Hanya berjarak lima langkah dari rumah, Satya dan Sekar lebih sering jadi musuh bebuyutan daripada tetangga.
Satya—pemilik toko donat yang lebih akrab dipanggil Bang... Sat.
Dan Sekar—siswi SMA pecinta donat strawberry buatan Satya yang selalu berhasil merepotkan Satya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Foto
Sekar, Binar, dan Nala berdiri berjejer di depan cermin besar toko kostum. Mereka sudah lengkap dengan kostum pilihan Aidan: rok pendek cokelat yang dipadukan dengan kemeja putih panjang, vest berwarna cokelat muda, dan syal merah mencolok yang dililitkan rapi di leher masing-masing.
Di atas kepala mereka, topi besar khas koboi membuat penampilan mereka terlihat mencolok. Sekar menatap bayangannya dengan heran. "Gua kaya mau ngisi acara ulang tahun anak TK," komentarnya datar, menyentuh pinggir topinya dengan pelan. Dan berpose di depan cermin. Membayangkan dirinya adalah seorang Sherif yang ia lihat di salah satu film kartun favoritnya.
"Keren juga idenya Aidan. Lucu buat story gua!" seru Binar semangat. Ia mengambil beberapa foto di depan cermin.
Nala tak berkomentar. Ia sibuk memutar badannya ke kanan dan kiri. Membenarkan topi koboinya yang sedikit miring. "Ternyata lucu juga ya pake kostum kaya gini. Berasa cantik banget gua." gumamnya.
Dari arah belakang, Aidan dan Niel muncul bersamaan. Mereka mengenakan kostum yang serupa—kemeja putih, vest cokelat, syal merah, dan topi koboi. Bedanya, Aidan dan Niel memilih celana panjang berwarna cokelat dan sepatu boots khas seorang koboi.
"Yuk! Kita foto sekarang!" ajak Aidan kepada teman-temannya. Tangan kanannya sudah siap memegang kamera.
Mereka berdiri di tengah sebuah lapangan terbuka yang luas, rerumputan kering menyelimuti tanah di bawah kaki. Aidan sengaja mengajak mereka berfoto di tempat terbuka. Agar lebih mendapatkan suasana yang pas untuk tema fotonya.
Sekar berdiri dengan tangan menyilang di depan dada, syal merahnya melambai pelan tertiup angin. Di sebelahnya, Binar berpose menghadap Sekar. Sementara Nala dan Niel saling menempelkan lengan atasnya, berpose layaknya pasangan. Aidan menyusul setelah mengatur timer. Berdiri ditengah dengan gaya santai diantara mereka.
Setelah melakukan beberapa sesi foto, mereka berkumpul untuk melihat hasilnya. Matahari sudah mulai turun saat kelimanya selesai berfoto. Hasilnya memuaskan. Aidan bahkan bersorak ringan saat melihat hasil jepretannya. Bukan hanya karena hasil fotonya yang bagus. Tapi karena ia suka momen kecil seperti saat ini dijadikan kenangan yang menyentuh.
Kelimanya tampak serasi dengan kostum yang digunakan. Terlebih lagi, wajah mereka yang bisa berekspresi bebas saat sesi foto. Cocok dijadikan sebagai album kenangan. Aidan tak sabar untuk mencetak fotonya dan memajangnya di kamar pribadi miliknya.
"Ternyata lo lucu pake baju tema begini," ungkap Niel. Kedua matanya tertuju pada Nala di sampingnya.
Nala melirik cepat. "Ishh gombal banget lo!" balas Nala salah tingkah.
"Udah deh kalian—romantisnya nanti aja kalo lagi berdua," sela Sekar dengan nada menggoda. Ia berdiri dengan tangan di pinggang, topi koboinya sudah ia lepas sejak sesi foto terakhir. Meski angin sore berhembus pelan, panas mentari masih terasa menyorot tubuhnya.
Binar meninju pelan lengan Aidan dari samping. "Cuma demi lo. Kita mau tampil begini!"
Aidan yang masih memegang kamera di kedua tangannya terkekeh. "Iya. Kalian emang best banget deh!"
"Next time kita pake tema lain kayanya bagus," kata Sekar membayangkan. Tema disney mungkin? Atau berfoto dengan latar belakang pantai?. Pasti akan sangat cocok saat ia kenakan.
"Yang penting gak yang aneh-aneh aja," sambungnya lagi.
"Aneh menurut lo itu—gimana emangnya?" tanya Niel sambil mengangkat alis.
"Kostum ayam hidup," jawab Sekar cepat.
"Kayanya lo terobsesi banget jadi ayam deh." Aidan menunjuk Sekar sambil tertawa puas.
Ketiga teman Sekar yang lain juga ikut tertawa. Mereka tidak tahu saja, seburuk apa kenangan Sekar dengan kostum ayam berwarna kuning. Semua karena Satya. Ia berjanji akan membalasnya nanti. Dengan hal yang lebih memalukan lagi.
Canda tawa mereka mengisi sore yang hangat. Kelima remaja yang mengabadikan momen lewat sesi foto singkat. Kenangan yang mungkin saja tak akan bisa diulang kembali. Mereka tak tahu sampai kapan pertemanannya bertahan. Tapi saat seperti inilah yang membuat kelimanya terlihat seperti keluarga.
ditunggu next chapter ya kak😁
jangan lupa mampir dan ninggalin like dan komen sesuai apa yang di kasih ya biar kita sama-sama support✨🥺🙏
sekalian mampir juga.../Coffee//Coffee//Coffee/
Dikasih koma ya, Kak. Biar lebih enak bacanya. Semangat terus nulisnya!😉