NovelToon NovelToon
Biarkan Ku Tenggelam Di Dasar Hati Mu

Biarkan Ku Tenggelam Di Dasar Hati Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:827
Nilai: 5
Nama Author: Erny Su

Cinta, benarkah cinta itu ada? kalau ya, kenapa kamu selalu mempermainkan perasaan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

"Katakan padaku siapa orangnya."ucap Dion yang kini terlihat sangat marah.

"Itu tidak penting, yang terpenting sekarang tolong jauhi aku karena itu adalah kenyataannya. Bahkan aku hanya akan membuat mu digunjing oleh orang lain, aku bukan siapa-siapa yang pantas berada di samping mu Dion tolong menjauh lah."ucap Jiwa yang kini berusaha untuk bangkit dari duduknya tapi lagi-lagi dia terjatuh.

"Kenapa kamu tidak bisa bangun!!"teriak Jiwa yang kini memukul paha nya sendiri secara bertubi-tubi hingga tangan kekar itu menghentikan pukulan nya.

"Lepas tuan, biarkan aku sendiri yang pergi."ucap Jiwa yang kini berusaha bangkit dan kali ini dia bisa dengan langkah kaki yang lebih mirip dengan robot berjalan jiwa terus melangkah meskipun kesulitan untuk itu hingga Dion menghadang langkah nya itu.

"Katakan padaku apa aku pernah menyakiti mu heh, apa perlakuan ku selama ini telah menyakiti mu hingga kamu memilih pergi dariku."ucap Dion yang kini memegang kedua bahu Jiwa.

"Tidak Dion tapi semua yang mereka katakan benar, aku hanya benalu."ucap Jiwa yang kini hendak melepaskan tangan Dion.

"Persetan dengan mereka, yang harus kamu lihat dan kamu pedulikan itu hanya aku babe hanya aku! Dan semua itu karena kau terlalu berharga bagi ku."ucap Dion yang kini membingkai wajah Jiwa.

"Kau bukan benalu, kau adalah wanita yang sangat berharga bagiku dan aku mencintaimu."ucap Dion yang kini menyambar bibir manis milik Jiwa yang terdiam ditempatnya.

"Mari kita menikah."ucap Dion yang kini dibalas gelengan kepala oleh Jiwa.

"Kenapa?"tanya Dion.

"Kau bisa mendapatkan gadis yang jauh lebih baik dari ku tuan."ucap Jiwa yang kini meneruskan langkahnya.

"Babe yang jauh lebih baik memang banyak, tapi tidak ada yang aku cintai selain kamu."ucap Dion tegas.

"Kau hanya belum menemukan nya tuan, saya tidak pantas untuk anda."ucap Jiwa yang kini melanjutkan langkahnya.

"Mutiara Di Jiwa aku sangat mencintaimu."ucap Dion yang kini membuat langkah Jiwa terhenti.

Jiwa pun memejamkan matanya dia pernah mendengar kata-kata itu di setiap malam disaat tidurnya."Siapa kau sebenarnya tuan, kenapa suara itu berbeda."ucap Jiwa yang kini menatap lekat wajah tampan yang tengah menatap kearahnya.

"Aku Dion babe, aku adalah pria yang selalu memuja dan mengharapkan mu sejak kamu masih sekolah dulu. Tapi kau selalu menjauh dari ku karena teman-teman mu selalu membanding-bandingkan kita berdua. Dulu aku sempat menyerah dan berusaha untuk menjauh darimu tapi tidak untuk saat ini."ucap Dion yang kini membuat Jiwa berpikir keras untuk mengingat masa lalu nya.

Tapi kali ini tidak ada apapun yang terjadi, Jiwa tidak pingsan ataupun merasa sakit kepala dan Dion kini kembali berkata."Kamu pasti ingat ini nona Mutiara yang cantik."ucap Dion yang kini berjalan menuju nakas dan mengambil sebuah syal rajut yang sempat Jiwa berikan pada Dion saat jiwa mengikuti pesta perpisahan sekolah nya di malam itu Dion menyusup kedalam gedung dengan memecahkan kaca jendela dan tangan Dion terluka hingga dia menghampiri cinta nya itu dengan luka yang bercucuran darah dan Jiwa terlihat sangat panik sekaligus merasa bersalah karena dia telah mengabaikan Dion hingga pria itu nekat masuk kedalam dengan memecahkan kaca.

Jiwa yang waktu itu panik pun melepaskan syal rajut yang ia gunakan lalu membalut tangan Dion dengan gulungan syal tersebut.

Dion yang selalu diikuti oleh pengawal bayangan pun langsung dilarikan ke rumah sakit, pria yang kala itu baru saja masuk kuliah S2 di usianya yang baru dua puluh dua tahun itu pun tidak pernah terlihat lagi sejak Jiwa tidak datang untuk menengok nya di rumah sakit.

Jiwa pun pindah ke luar kota, dan Dion keluar negeri untuk pindah kuliah. Dion dan Jiwa tidak pernah bertemu lagi hingga insiden pembegalan itu terjadi dan Jiwa yang menolong Dion.

Kembali pada Jiwa yang kini hanya menggeleng pelan, dia tidak ingat apa-apa dan Dion kembali membingkai wajah cantik nya itu.

Dulu aku gagal menjadikan mu kekasih ku, tapi kali ini aku tidak akan pernah gagal untuk menjadikan mu sebagai istriku babe."ucap Dion tegas.

"Maaf saya tidak ingat apapun tuan tolong ijinkan saya pergi."ucap Jiwa.

"Kamu tidak akan pernah pergi kemanapun babe, kamu masih belum menyadari kesalahan mu itu."ucap Dion yang kini menatap lekat gadis yang tengah menundukkan pandangannya.

"Apa aku salah jika aku ingin menjauh dari pria yang selama ini sudah terlalu baik padaku hingga aku menjadi wanita yang lupa diri akan posisi ku selama ini."ucap Jiwa.

"Tapi aku tidak peduli dengan itu karena bagiku kau adalah kebahagiaan ku, dan yang aku inginkan adalah melihat mu bahagia."ucap Dion.

"Aku akan bahagia jadi itu sudah cukup bukan."ucap Jiwa.

"Tidak tanpa aku babe."balas Dion.

"Baiklah Dion yang tampan tolong biarkan aku pulang."ucap Jiwa.

"Pulang kemana babe ini rumah mu juga."ucap Dion tegas.

"Oh tuhan Dion aku mohon."ucap Jiwa yang kini mengatupkan tangan dia sudah sangat putus asa saat ini.

"Baiklah tapi tidak malam ini."ucap Dion.

"Sekarang atau aku akan melompat dari atap rumah mu."ancam Jiwa.

"Baiklah babe baik, tapi kamu harus janji ditemani asisten rumah"ucap Dion tegas tapi dibalas gelengan kepala oleh Jiwa.

"Aku bisa lakukan semua sendiri jadi jangan khawatir."ucap Jiwa.

"Itu artinya kamu akan tetap disini babe."ucap Dion yang kini mengusap lembut sudut bibir Jiwa.

"Dion please aku akan baik saja."ucap Jiwa memohon lagi.

"Tidak babe aku tidak mau kamu sendirian."ucap Dion yang kini tetap kekeuh tidak mau membiarkan Jiwa sendirian.

"Dion please."ucap Jiwa lagi sambil menangis.

"Baiklah babe, tapi untuk malam ini saja besok ada asisten yang akan menemani mu."ucap Dion.

Jiwa pun terpaksa mengangguk karena Dion tidak pernah bisa dibantah, Jiwa akan tetap berusaha untuk bangkit dan berpijak di kaki sendiri.

Dion hendak menggendong Jiwa, tapi Jiwa menghentikan nya."Biarkan aku sendiri."ucap Jiwa yang kini membuat Dion tidak suka dengan itu.

"Babe, kamu tidak tahu rumah ini nanti kamu tersesat."ucap Dion.

"Dion aku bisa sendiri, dan tolong jangan antar aku pulang lagi."ucap Jiwa.

"Babe jangan menguji kesabaran ku, aku sudah cukup bersabar sejak tadi."ucap Dion.

Pria itu langsung membawa Jiwa dalam gendongannya dan membawa dia pergi meninggalkan rumah nya itu, kerumah Jiwa.

...*****...

Sesampainya di rumah tepat saat jam makan malam ustadzah Salamah sudah ada di depan pintu pagar rumah Jiwa dan Jiwa pun menyapa nya dengan ramah, sementara Dion hanya menatap interaksi keduanya.

Dion tidak suka saat melihat ustazah memberikan bingkisan makanan dan dia tau bahwa wanita itu sering kirim makanan pada Jiwa seperti saat ini.

Dia tidak ingin calon istrinya diperlukan seperti orang tidak mampu, dia pun turun lebih dulu dan menghampiri wanita bercadar itu.

"Maaf nyonya, saya minta maaf karena tidak bisa terus membiarkan anda mengirimkan makanan itu pada nya, dia punya banyak stok makanan yang tidak bisa dimakan jika anda terus memberikan semua itu."ucap Dion.

"Dion please."lirih Jiwa yang tidak ingin membuat ustazah salamah tidak enak hati.

Dion pun menatap kearah Jiwa lalu pada ustadzah Salamah secara bergantian, kemudian dia pun mengatakan."Baiklah ini untuk yang terakhir kalinya."ucap Delon yang akhirnya membuat ustazah salamah mengangguk sambil tersenyum dibalik cadarnya.

Dia mengerti dengan maksud keduanya, wanita paruh baya itu pun undur diri Delon pun mengiyakan nya dia langsung kembali kedalam mobil dengan bingkisan tersebut dan dia pun memarkirkan mobilnya di carport.

Delon turun dari dalam mobil dan kini dia mengelilingi mobil tersebut kemudian membuka pintu mobil itu. Jiwa turun dari dalam mobil dengan sangat hati-hati meskipun Dion sudah meminta dia untuk menunggu.

"Babe kamu ini begitu keras kepala kalau kamu jatuh lagi bagaimana kamu bisa hidup mandiri yang ada kaki mu itu bisa cedera.

"Dion aku harus bisa lakukan apapun sendri jadi sudah saatnya aku harus belajar."ucap Jiwa.

Jiwa pun berjalan dengan sangat hati-hati hingga ia tiba di dalam rumah, Dion dengan setia mengikuti langkah Jiwa yang tetap kekeuh ingin jalan sendiri.

"Dion mau makan malam disini atau diluar nanti saat kamu pulang?"ucap Jiwa bertanya.

"Siapa yang akan pulang hmm... aku tidak akan pernah meninggalkan mu babe"ucap Dion.

Jiwa pun hanya menghela nafas panjang setelah itu dia pun kembali berkata, tapi kamu tidak bawa baju ganti Dion lagipula tempat ini tidak akan nyaman untuk mu."ucap Jiwa.

"Babe saat bersamamu aku akan merasakan kenyamanan dimana pun itu."ucap Dion.

"Terserah saja jika ingin menginap kamar nya ada disana."tunjuk Jiwa.

"Hmm... kita akan tinggal di kamar yang sama bagaimana pun caranya karena aku sedang menjaga mu."ucap Dion.

"Oh ya ampun Dion tampan itu tidak boleh kita bukan pasangan."ucap Jiwa yang membuat Dion langsung menatap lekat wajah cantik itu.

"Kita akan menikah jadi tidak ada salahnya kalau kita membiasakan diri untuk tidur bersama."ucap Dion dengan sengaja.

"Tidak teori dari mana itu?"ucap Jiwa yang kini berusaha untuk melangkah pergi meniti tangga sambil berpegangan dengan sangat kuat dan ekstra hati-hati.

Dion langsung mengikuti langkah Jiwa dan benar-benar menjaganya."Dion aku bisa please jangan seperti ini aku tidak lumpuh."ucap Jiwa.

"Siapa yang bilang kamu lumpuh babe, kamu hanya sedang beradaptasi kembali."ucap Dion lembut.

"Tapi kalian semua selalu memperlakukan ku seperti orang lumpuh."ucap Jiwa yang kini kembali terisak.

"Maaf babe tapi semua itu ini karena aku ingin yang terbaik untuk mu."ucap Dion dengan lembut.

"Terimakasih tapi aku tidak ingin terus menjadi beban mu."ucap Jiwa.

"Babe please jangan pernah katakan itu lagi aku tidak pernah mengatakan bahwa kamu adalah beban aku bahagia bisa bersama dengan cara itu aku bisa mencurahkan isi hati ku padamu."ucap Dion.

Jiwa hanya menatap lekat wajah tampan itu mencari jawaban atas perkataan nya, dan Jiwa tidak melihat adanya kebohongan.

Mereka pun tiba di kamar utama dimana Jiwa kini berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara Dion pun pergi menuju lantai bawah untuk mengecek semuanya, dia juga memastikan bahwa semua aman termasuk memeriksa isi persediaan makanan dan juga lainnya.

Dia pun merogoh handphone miliknya dari saku jasnya dan bergegas menghubungi orang kepercayaannya."Sediakan cctv untuk satu rumah full dan ingat yang terbaik."ucap nya yang kemudian meraih pintu kulkas dimana dia baru sadar bahwa seluruh perabotan rumah yang ada begitu sederhana dan Dion juga kembali menghubungi seseorang untuk membelikan furniture atau barang-barang untuk rumah tersebut dari kualitas terbaik.

Dion pun teringat isi kamar Jiwa saat ini hanya ada kasur berukuran sedang dan juga meja rias dan lemari plastik, dia tidak tahu sebegitu sederhana nya Jiwa.

Jiwa pun turun tangga dengan sangat hati-hati dia sudah terlihat jauh lebih fresh saat ini."Babe kamu begitu cantik tanpa polesan make-up."ucap Dion yang kini terus menatap wajah polosnya.

"Hmm... terimakasih."ucap Jiwa.

"Besok rumah ini perabotan nya akan diganti keseluruhan nya, dan juga ada orang yang akan memasang cctv di seluruh sudut ruangan seluruh rumah ini."ucap Dion.

"Terserah saja tapi jangan ada asisten rumah aku tidak nyaman tinggal dengan orang lain."ucap Jiwa.

"Babe."ucap Dion tidak setuju.

"Dion tampan kalau ada orang tidak boleh ada perabotan."ucap Jiwa.

"Tidak ada pilihan."ucap Dion tegas.

"Aku akan pergi untuk tinggal di luar sana jika kamu menempatkan orang disini."ucap Jiwa tegas.

"Baiklah tapi ingat jangan buat aku khawatir."ucap Dion.

"Aku janji Dion tampan ayo makan dulu."ucap Jiwa pada Dion saat dia sudah mendekat ke arah meja makan dengan perlahan hingga dia berhasil duduk di kursi yang ditarik oleh Dion.

"Terimakasih ayo makan ini sepertinya sangat lezat, tapi ini lebih mirip makanan dari restaurant mewah."ucap Jiwa yang kini terlihat heran.

"Kamu yakin bahwa ini ustadzah Salamah yang buat babe, dan kalau pun ia tidak mungkin dia membeli bahan makanan premium seperti ini."ucap Dion yang memang ada benarnya.

"Mungkin dia diberi itu dari jemaah nya."ucap Jiwa tidak ingin berburuk sangka.

"Hmm... apa dia juga bergaul dengan orang berada?"tanya Dion.

"Tentu saja Dion, bukan teman tapi lebih ke umat atau jemaat."ucap Jiwa.

"Hmm ya aku tahu itu."ucap Dion.

Mereka pun akhirnya makan bersama hingga makanan itu habis Jiwa pun meminta Dion untuk mandi terlebih dahulu didalam kamarnya, karena didalam kamar lain tidak ada ruang head shower.

"Aku tidak hanya akan mandi babe tapi juga tidur di sana bersama dengan mu."ucap Dion.

"Baiklah istirahat lah langsung."ujar Jiwa yang kini menatap kearah kamar lainnya karena jiwa masih bisa tidur di kamar lainnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!