Warning 21+
Aku masih suci sebelum kejadian itu. Aku masih ranum dan bersih seperti namaku, Ayu.
Semuanya berubah. Kebahagiaanku runtuh. Aku harus meninggalkan laki-laki yang mencintaiku demi laki-laki lain yang bahkan tidak kukenal.
Sanggupkah aku melewati kehidupan baruku. Kehidupan bak roller coaster yang kadang menjungkirbalikkan hidupku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Aku diam saja tanpa berkata apapun. Toh Dio juga tidak membelaku untuk apa aku menentang keluarganya? Nafsu makanku seakan hilang padahal tadi perutku sudah keroncongan minta diisi.
Aku hanya mengacak-acak makanan di piringku sampai keluarga Dio selesai makan baru kubereskan piring dan gelas bekasnya. Sekilas Dio melirikku namun aku berpura-pura tidak melihatnya.
Mama menawarkan untuk membantuku mencuci piring, namun kutolak secara halus. Toh cucian piring hanya sedikit aku masih bisa mengerjakannya sendiri.
Papa terlihat sedang melihat-lihat keadaan rumah. Sedangkan Mama asyik tertawa membaca group di Hp nya. Aku berinisiatif mengupaskan buah untuk cemilan mereka.
Aku sedang menghidangkan buah di ruang tamu ketika kudengar suara menggelegar Papa dari arah halaman belakang. Aku dan Mama saling pandang lalu bergegas kesana.
"Papa kan sudah bilang, jangan buat furniture lagi! Harus berapa kali Papa bilang? Lupakan hobby kamu. Fokus! Jalankan perusahaan Papa!"
Ternyata Papa menemukan hasil karya furniture mini milik Dio yang sekarang sudah dibuangnya dan terlihat berserakan di lantai. Dio menunduk saja tanpa membantah sedikitpun. Terlihat Ia tengah menahan amarahmya.
"Kalau kamu tidak fokus bekerja dan hanya bermain dengan furniture sialan ini, akan Papa hancurkan semuanya!"
Dio mengepalkan tangannya menahan emosi. Entah apa yang merasukiku sehingga tanpa sadar aku melangkah mendekati Dio dan menggenggam tangannya.
"Pa, apa salahnya jika Dio menyalurkan hobby yang disukainya? Toh Dio tidak melupakan kewajibannya di kantor. Apa Papa tidak tahu bagaimana bahagianya Dio saat membuat sesuatu yang disukainya? Dio yang berhak menentukan hobby dan masa depannya, Pa." ucapanku malah menantang kemarahan Papa. Aku tahu itu. Tapi aku kasihan melihat Dio diperlakukan seperti itu.
"Tahu apa kamu tentang masa depan Dio? Kejadian malam itu denganmulah yang telah merusak masa depan Dio! Kalau bukan Papa yang menyuruh Dio bertanggung jawab, sudah ditinggalkan kamu oleh Dio! Sudah jelas berpacaran dengan Sheila kok malah tidur sama wanita kayak kamu yang tidak ada apa-apanya dibanding Sheila. Sekarang kamu malah besar kepala mentang-mentang sudah dinikahi Dio sok banget pakai menentang perkataan saya. Siapa kamu? Sadar diri!"
"Aku-" ucapanku dipotong Dio.
"Maafin Ayu, Pa. Ayu tidak berniat menentang Papa. Ayu hanya membela Dio saja. Maaf Dio belum bisa mendidik Ayu dengan baik sebagai istri. Jangan marahi Ayu, Pa. Marahilah Dio saja." Dio pasrah dan memohon maaf Papa atas ucapanku. Aku merasa bersalah malah membuat keadaan makin memanas saja.
"Kamu!" Papa menunjuk ke arahku. "Saya peringati kamu ya. Sheila akan segera pulang ke Indonesia. Setelah Sheila pulang maka mereka akan saya nikahkan. Dan saya akan membuat Sheila sebagai istri pertama Dio dan kamu istri keduanya!"
Ancaman Papa membuatku lemas dan tak percaya. "Bagaimana bisa? Pa, Dio suami aku. Bagaimana bisa Papa menyuruhnya berpoligami tanpa seijin aku?" aku masih berusaha membela diri.
"Apa yang tidak Papa bisa? Dio anak Papa. Kalau Ia masih mau namanya tercantum di harta warisan Papa, Dio harus menuruti permintaan Papa. Lagipula kamu yang telah merusak hubungannya dengan Sheila. Kamu yang telah masuk diantara hubungan mereka. Papa hanya membalikkan keadaan seperti semula saja." Aku tidak menyangka bahwa sifat Papa Mertuaku sekejam itu. Bagaimana mungkin rumah tangga anaknya Dia yang atur?
"Pa, udah cukup. Ayu istri Dio. Istri sah. Masalah Sheila nanti Dio pikirkan lagi. Cukup bertengkarnya. Rumah tangga Dio, biar Dio yang urus. Papa tidak perlu ikut campur. Jangan memaksakan semua kehendak Papa." Dio berusaha membelaku lagi.
"Papa tidak mau tahu. Pernikahan kamu dan Sheila harus tetap dilaksanakan. Kamu tinggal pilih, menikah dengan Sheila dan rumah tangga kamu dengan Ayu tetap terjaga atau kamu tidak memilih mereka berdua dan ceraikan Ayu."
"Pa....." Dio mengacak rambutnya pertanda betapa frustasi dirinya.
"Ayo, Ma kita pulang." Papa pun meninggalkanku dan Dio yang masih terdiam tak percaya dengan keputusan yang Papa buat.
"Kalian tenangkan diri. Biar Mama yang bicara pelan-pelan sama Papa nanti." Mama berusaha menenangkan kami lalu pergi mengikuti Papa.
Aku menghapus beberapa tetes air mata yang mengalir. Apa ini, aku akan dipoligami? Mengapa aku harus mendapat takdir seburuk ini?
"Jelaskan, Dio. Apa maksud Papa tadi? Kenapa kamu mau saja disuruh melakukan poligami?" aku meminta penjelasan pada Dio.
Dio menatap mataku, terlihat jelas kalau dirinya pun tengah pusing menghadapi kenyataan yang terjadi.
"Waktu Papa memergoki kita berdua tidur bareng, Papa meminta aku bertanggung jawab sama kamu. Papa tidak mau berita negatif tentangku beredar luas dan malah membuat namaku jelek dimata pemegang saham. Akhirnya aku menikahi kamu. Namun Papa juga minta aku menikahi Sheila karena orangtua Sheila adalah rekan bisnis yang penting buat Papa. Nanti Papa yang mengatur kalau Sheila akan menjadi istri pertama dan kamu menjadi istri kedua. Karena kalau sampai kita bercerai kamu tidak akan mendapat warisan seperti istri pertama."
"Lalu kamu menyetujuinya saja?"
"Aku bisa apa Yu? Aku hidup dibawah ketiak Papa selama ini. Aku tidak bisa melawan kehendak Papa, Yu. Maafkan aku...." Dio berusaha memelukku namun aku melepaskan pelukannya.
"Kalau sampai kamu menikahi Sheila, lebih baik kamu ceraikan aku dulu. Sampai kapanpun aku tidak mau dimadu!"
Aku meninggalkan Dio yang menatapku dengan putus asa. Kubanting pintu kamar sampai kencang untuk meluapkan emosiku. Tangisku pun pecah di dalam kamar.
Tuhan... apa yang terjadi dengan hidupku? kenapa Papa Putra tega berbuat seperti ini padaku. Aku ingat, dulu saat memergoki aku dan Dio aku yakin Papa Putra merencanakan sesuatu yang hasil akhirnya pasti akan merugikanku. Pantas saja Papa Putra yang berinisiatif mendaftarkan pernikahan kami. Yang membuat aku curiga adalah sampai sekarang aku belum menandatangani surat nikah yang artinya pernikahanku dan Dio belum resmi alias masih nikah siri. Apakah semua ini bagian dari rencana Papa?
Aku hanya tinggal menghitung hari sampai akhirnya Sheila datang dan yang akan terjadi maka terjadilah. Apa aku siap menjadi janda di usia muda? Apakah Dio akan terus mengikuti keinginan Papanya?
Pintu kamarku dibuka perlahan. Aku pura-pura sudah tertidur pulas. Dio berjalan mendekatiku. Dio berjongkok di samping tepat tidur dan menatapku lama. Tangan Dio terulur dan membelai lembut rambutku. Aku menahan air mataku jangan sampai tumpah agar Dio tak tahu kalau aku masih terjaga.
"Maafin aku, Yu. Aku memang tidak berpendirian. Aku juga tidak tahu apa yang harus aku lakukan lagi. Semuanya dalam hidupku masih tergantung sama Papa. Aku belum bisa memilih salah satu diantara kalian. Kamu istriku, dan Sheila pacarku. Kalian dua orang yang ada di hidupku saat ini. Maafkan aku Yu...."
Dio lalu bangun dan berjalan keluar kamar melanjutkan pekerjaannya di halaman belakang.
Akhirnya aku seharian berada di kamar, tidak mau keluar sama sekali, bahkan untuk makan siang dan makan malam sekalipun. Aku hanya ingin tidur dan menenangkan pikiranku.
Namun ketenanganku tak berlangsung lama. Sebuah notif di Hp ku berbunyi. Ada sebuah foto yang dikirimkan oleh temanku Dian. Kubuka pesan tersebut dan betapa hancurnya hatiku saat kulihat foto Dewa sedang di pelaminan. Ternyata benar perkataan Mama Dewa kalau putranya akan menikah. Hilanglah sudah segala harapan yang kupunya. Dewa sudah menjadi milik orang lain. Dan Dio yang saat ini suamiku malah akan menikah lagi dengan wanita lain.
Pilih mundur✊️
ntar papanya meninggal kan akhirnya warisan buat dia juga
Smoga Ceritanya Yg Bagus...😘👍🏻
Namanya Ayu 👍🏻👍🏻