Warning terdapat beberapa part area 21+ Harap bijak.
*Sekuel dari cerita MENIKAHI IBU SUSU BABY ZAFA.
Velia Agatha Hartanto (23) Putri seorang konglomerat. Hidupnya sejak kecil bergelimang harta. Semua keinginannya selalu dituruti oleh orang tuanya. Ia begitu dimanja. Namun bukan berarti dia gadis yang sangat manja. Justru gadis itu ratunya pembuat onar.
Rian Al Fares (33) seorang duda beranak satu yang selalu tampil menawan. Diusianya yang sudah berkepala tiga tak membuat dia ingin melepas status duda yang di sandangnya. Sampai suatu hari ia bertemu dengan Velia si gadis aneh versi pengamatan Rian.
Akankah bisa tumbuh benih-benih cinta di hati keduanya. Simak terus kisahnya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17. Kembali Ke Ibukota
*********
Dering ponsel pagi itu membangunkan kedua insan yang terlelap karena kelelahan. Aroma percintaan masih melekat ditubuh masing-masing. Velia terbangun dan meraih ponselnya.
"Dina .."
Velia buru-buru mengangkat panggilan sahabatnya itu.
"Ada apa Din? kenapa pagi-pagi meneleponku?"
"Gawat Veli. Nyokap lo masuk rumah sakit." Kata Dina, dari kata-katanya sepertinya keadaan mamanya benar-benar genting.
"Kamu ga lagi sekongkol sama mama kan Din?" Ujar Veli curiga, karena biasanya setiap dia kabur dari rumah pasti mamanya akan meminta bantuan Dina agar Veli pulang.
"Engga Veli, kali ini gue berani sumpah. Nyokap lo kondisinya gawat darurat. Papa lo yang hubungi gue buat nanyain Lo."
"Ya udah gue balik. Tapi awas ya kalo lo ketahuan bohongin gue lagi. Gue pecat lo sebagai sahabat." Veli menutup teleponnya.
Rian menatap Veli, wajah gadis itu tampak sangat cemas.
"Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Rian pada Veli.
"Mama masuk rumah sakit. Aku harus bagaimana? ini semua salah aku." Ujar Velia, matanya berkaca-kaca.
"Sshh .. semua ini sudah takdir. Sekarang bersiaplah kita kembali ke Ibukota." Ujar Rian tenang, ia membelai rambut panjang Velia.
"Apa kau yakin?" tanya Velia, karena jika boleh jujur ia nyaman berada di sini.
"Tentu saja. Kita lihat kondisi mama dulu. Jika mama baik-baik saja kita kembali kesini. Namun jika kondisi mama kurang baik, kita tinggal di Jakarta sementara waktu. Lagipula perusahaanku tidak bisa terlalu lama aku tinggalkan. Karena itu akan menjadi sarang tikus yang haus dengan materi." Kata Rian.
Velia akhirnya mengikuti saran Rian. Selama Velia mandi, Rian menghubungi Gerry untuk mengajak pulang Zafrina terlebih dulu. Beruntung Zafrina mau. Setelah sambungan dengan Gerry terputus. Rian menghubungi Yusuf dan Alif untuk mengantar mereka kembali ke Jakarta. Dan lagi-lagi nasib baik. berpihak padanya. Keduanya menyanggupi mengantar Velia dan Rian kembali ke kota.
.
.
.
Rian sudah siap, Ia hanya mengenakan kemeja dan celana panjang jeans. Baju-bajunya sengaja ia tinggal agar praktis. Ia hanya membawa ponsel dan laptopnya.
Velia juga melakukan hal yang sama. Ia meninggalkan baju-bajunya dan hanya membawa uang yang banyak yang ada di ranselnya. Uang hasil penjualan kalung dan jam tangan mewahnya.
Velia keluar dari kamar. Auranya benar-benar berbeda. Ia tampak segar dan lebih dewasa.
"Ayo ..!" Velia tanpa sadar mengandeng tangan Rian. Pria itu tersenyum samar.
"Baik yang mulia ratu." Jawab Rian, Velia melempar senyum termanisnya untuk pertama kali pada Rian.
Mobil yang dikendarai Yusuf melaju meninggalkan perkampungan itu. Tempat bersejarah bagi Veli dan Rian. Mereka mampir terlebih dahulu ke rumah Sekar untuk menjemput Zafrina.
Gadis kecil itu tampak senang melihat kedatangan papi dan maminya.
"Papi, mami ..!" Seru Zafrina tersenyum senang. Rian menyambut kedatangan putrinya dengan merentangkan tangannya. Zafrina melompat senang ke pelukan Rian.
"Apa kau siap tinggal bersama papi dan mami?" tanya Rian, Zafrina mengangguk antusias. Gerry memeluk Dian, ia tau betul perasaan istrinya saat ini. Dian menatap kearah Gerry dan tersenyum.
"Terimakasih sudah mengijinkan Zafrina tinggal denganku." Ujar Rian pada Gerry dan Dian.
"Semua berjalan dengan semestinya. Hanya perlu kamu ingat jangan sampai menyakitinya atau membuat gadis kecilku menangis." Ujar Gerry tegas.
"Aku tidak mungkin melukai hati anakku sendiri." Kata Rian, akhirnya mereka pamit untuk segera ke Jakarta.
Selama perjalanan Velia mendengarkan cerita Zafrina yang akan memiliki adik bayi lagi. Veli hanya tersenyum ia membayangkan jika dirinya hamil apakah anak sambungnya akan sebahagia ini.
"Mami, kapan mami kasih adik bayi buat Ina?" tanya gadis itu.
"Secepatnya sayang." Jawab Rian mengusap pundak Velia. Velia menyandarkan tubuhnya di dada bidang Rian. Badannya masih terasa sakit seperti tak bertulang.
.
.
.
Bianca terbaring dirumah sakit. Bukan karena kepikiran putri mereka melainkan terlalu banyak makan durian. Teman-teman sosialitanya mengajak dirinya mengunjungi depot makan durian. Dan Bianca yang begitu menyukai buah itu makan tanpa aturan. Hingga malam harinya dia harus dibawa ke rumah sakit karena diare.
"Papa, udah bilang kan sama Dina?" tanya Bianca.
"Sudah, mama tenang aja Veli pasti pulang. Mana mungkin anak itu mengabaikan mamanya." Kata Daniel menahan tawa. Dia berhasil membuat Dina mempercayai jika kondisi Bianca mengkhawatirkan. Ia yakin pasti sebentar lagi Velia akan kembali pulang.
David dan Stevi datang mengunjungi Bianca. Stevi membawakan buah-buahan segar. Wajah Bianca sedikit panik. ini tidak seperti yang dia rencanakan. Bagaimana jika nanti Veli datang dan sakit hati? Bianca dan Daniel saling memberi kode. Namun salah satu dari mereka merasa canggung untuk mengusir David dan Stevi.
"Tante apa kabar?" tanya Stevi.
"Sudah jauh lebih baik. Terimakasih Stevi, sudah mau membesuk tante." Kata Bianca basa-basi. David duduk di dekat Daniel, tidak ada pembicaraan diantara mereka hingga keheningan tercipta.
Saat semua orang sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing. Pintu ruangan itu terbuka. Dan tampaklah Velia berdiri terpaku disana. Mata Velia dan David saling bertemu, ada pancaran kerinduan dimata keduanya. Namun mata Velia sarat akan kekecewaan. Saat ia melihat Stevi ada disana. Rian menerobos masuk dan merangkul Velia. Velia menoleh, Rian tersenyum lebar seraya membelai rambut istrinya.
"Apa kau akan berdiri disini sampai nanti sayang? bukankah kau mencemaskan mama mertua?" tanya Rian, Wajah Velia memerah saat Rian memanggilnya sayang.
Berbeda dengan kedua insan itu, David terbakar cemburu menatap Velia dan Rian. Tangan David mengepal. Rian dapat melihat semua itu dari ekor matanya. Dia memang sengaja berbuat demikian agar tidak ada satupun pria yang bisa mendekati istrinya.
"Sayang .." Ujar Bianca lirih. Ia sedang berakting di depan Velia. Velia mendekati ibunya dan memeluknya.
"Maafin Veli mah. Veli udah buat mama sampai sakit seperti ini." Kata Veli.
"Ini semua salah mama dan papa. Kamu sama sekali tidak salah sayang." Kata Bianca, dalam hati bersorak gembira.
Rian menyalami Daniel dan David. Saat tangannya bertaut dengan tangan David, pria itu mencengkeram tangan David dengan erat hingga David sedikit meringis.
"Duduklah Rian!" perintah tuan Daniel.
"Iya papa .." Rian duduk di depan David dan Daniel. Mata Stevi tak lepas memandangi Rian. pria itu tampak begitu mempesona. Padahal saat ini Rian hanya memakai pakaian santai. Tapi membuat darah Stevi berdesir hebat.
"Awas nanti matamu lepas. Jangan suka memandang yang bukan hakmu." Ketus Velia pada Stevi hingga membuat Stevi kikuk. Rian tersenyum tipis mendengar ucapan Velia.
"Sayang .." Tegur Bianca, namun Velia tetap tak memperdulikan ibunya. Ia menatap tajam kearah Stevi.
"Sayang kemarilah. Kau belum berkenalan dengan mama." Kata Velia pada Rian. David semakin panas dibuatnya.
⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅
Jangan lupa like komen dan hadiah kalian buat Zafrina.