" Aku akan membiayai sekolahmu sampai kamu lulus dan jadi sarjana. Tapi kamu harus mau menikah denganku. Dan mengasuh anak-anak ku. Bagaimana?
Aqila menggigit bibir bawahnya. Memikirkan tawaran yang akan diajukan kepadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ai_va, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bocah Mesum
"Ayo papi gendong ke kamar."
" Nggak mau. Sama kak Qila aja."
" Kak Qila nggak bisa gendong Leon. Berat."
" Leon jalan sendiri aja."
Abizam menatap ke arah Aqila yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Aqila. Bahkan dengan Ryan pun Leon tetap tidak mau. Dengan dituntun oleh Aqila, mereka naik ke kamar Leon. Aqila terus mendampingi Leon.
" Leon kenapa??"
Leon menggelengkan kepalanya.
" Cerita sama kakak. Kalau ada yang mau ditanyakan juga tanya sama kakak."
" Ke mana mama papa nya Leon kak??"
Walaupun sudah mendengar saat tadi Leon ketakutan, tak ayal pertanyaan ini membuat Aqila terkesima juga.
" Tadi Tante Vira bilang apa??"
" Tante Vira bilang kalau mama papa Leon sudah meninggal. Jadi lebih baik Leon nyusul mama papa Leon aja. Jangan merepotkan papi Abi."
Aqila mengepalkan tangan nya. Tidak menyangka kalau Tante Vira bisa mengucapkan kata-kata seperti itu kepada anak kecil. Di balik pintu pun Abizam dan Ryan juga mendengar ucapan Leon. Mereka pun mengepal kan tangannya.
" Aku gak akan tinggal diam."
" Aku juga Bi."
" Terus Leon mau gimana??"
" Kalau Leon nyusul kedua orang tua Leon bagaimana kak?? Biar Leon gak merepotkan papi Abi juga."
Air mata mulai mengalir dari pelupuk mata Leon.
" Leon nggak sayang sama papi Abi?? Leon gak sayang sama Om Ryan??"
" Sayang. Leon sayang sama Om Ryan. sama Papi Abi. Tapi..."
" Kalau sayang, Leon tega melihat papi Abi sedih?? Bagi papi Abi, walaupun Leon bukan anak kandung papi Abi,tapi bagi papi Abi Leon adalah segalanya. Jadi kalau ada yang bilang Leon bukan anak kandung Papi Abi,jangan di dengarkan. Yang penting papi Abi sayang sama Leon dan juga om Ryan . Om Ryan itu juga sayang sama Leon. Jadi Leon harus jadi anak yang baik juga untuk om Ryan."
" Nanti...nanti Kak Qila juga sayang sama Leon??"
" Kalau Kak Qila nggak sayang sama Leon, gimana mungkin kak Qila ada di sini?? Kak Qila ada di sini karena Kak Qila sayang sama Leon."
" Kalau begitu nanti Kak Qila nginep di sini??"
" Kalau itu sih....Kak Qila nggak bisa."
" Kenapa?? Kak Qila nggak sayang ya sama Leon??"
" Kak Qila sayang sama Leon. Tapi kak Qila harus menyelesaikan ujian sekolah kak Qila dulu. Baru nanti kak Qila bisa tinggal bareng sama Leon. Selama kak Qila nggak di sini, Leon mau jadi anak baik kan??"
Leon menganggukkan kepalanya.
" Tentang ucapan Tante Vira, abaikan saja. Anggap Leon gak pernah dengar tentang ucapan Tante Vira. Oke??"
" Oke Kak."
" Janji jari kelingking dulu."
Aqila dan Leon saling menautkan jari kelingkingnya. Lalu mereka berpelukan.
*Cklek*
" Papi...."
Leon menghampiri Abizam dan memeluknya. Setetes air mata mengalir di pelupuk mata Abizam.
" Maafkan Leon udah bikin papi sedih."
" Iya. Lain kali kalau ada sesuatu yang meragukan Leon, tanyakan pada papi langsung ya. Jangan takut. Sebisa mungkin papi akan menjawab nya."
" Iya."
Leon tersenyum bahagia walaupun wajahnya kotor karena air mata.
" Johan udah datang Bi."
" Iya. Suruh masuk."
" Hallo Leon. Something happen with you??"
" Just a little thing uncle Johan."
" Ayo Om periksa."
Dokter Johan memeriksa seluruh tubuh Leon. Kemudian meminta air hangat kepada Abizam . Abizam pun menyuruh asisten rumah tangga untuk mengambilkan air hangat. Setelah itu luka-luka Leon dibersihkan oleh Dokter Johan.
" Karena ini sudah aku kasih salep, jadi jangan kena air dulu ya. Mandi besok saja Boy. Jangan hari ini."
Dokter Johan menyentil hidung Leon.
" Bau dong Om??"
" Euuuhh..."
Dokter Johan memencet hidung nya. Dan kemudian terkekeh bersama Leon.
" Aku buat kan resep antibiotik supaya luka nya cepet kering juga. Habiskan sampai habis. Kalau udah habis ya udah sembuh dia."
Dokter Johan menyerahkan resep yang harus ditebus oleh Abizam. Lalu saat akan pergi di lihatnya Aqila. Aqila kemudian tersenyum kepada Dokter Johan. Melihat lesung pipi Aqila dan sinar matanya yang cerah, Dokter Johan berbalik kepada Abizam.
" Ini...gadis lollipop Melon itu kan??"
" Seperti yang kamu lihat. Dan lebih baik kamu pulang. Kamu membuat Qila salah tingkah."
Dokter Johan terkekeh mendengar ucapan Abizam. Lalu kemudian dia meninggalkan kediaman Abizam. Abizam mendekati Leon yang hampir terlelap karena kelelahan.
" Papi kasih waktu dua jam ya. Nanti papi kembali dari nebus resep, kamu harus bangun dan minum obat. Oke??? Sekalian papi antar Kak Qila pulang."
" Harus minum obat ya papi??"
" Seperti yang Leon dengar dari Uncle Johan tadi."
" Kak Qila harus pulang ya??"
" Kak Qila besok ada ujian, jadi dia harus belajar."
" Iya deh."
" Pastikan kamu segera tidur."
" Siap papi."
Leon menarik selimut nya. Dia memejamkan mata dan terlelap tidak lama kemudian.
"Aku antar Qila dulu. Kamu jaga Leon ya??"
" Oke."
Abizam meninggalkan Ryan berdua dengan Leon yang sedang tertidur. Abimana dan Aqila mampir ke apotek untuk dulu untuk menebus obat bagi Leon. Ditengah perjalanan, Abizam menghentikan mobilnya.
" Ada apa kak??"
" Beri kakak pelukan. Hari ini hari yang sangat berat untuk kakak."
Aqila tersenyum dan kemudian memeluk Abizam.
" Sudah."
Abizam terkekeh. Dan mencubit pipi Aqila.
" Sebelum kamu ujian, ayo kita menikah.
Aku gak mau menunggu lebih lama lagi. Asal kamu tahu, akan ada Vira-Vira yang lain yang akan bersiap merebut ku dari sisimu."
Aqila tersenyum dan memakluminya. Memang pesona Abizam tidak bisa di ragukan. Aqila harus memikirkannya juga.
" Kakak bicara saja sama Ibu dan ayah.
Aqila siap walaupun itu hanya pemberkatan pernikahan saja."
" Baiklah. Akan kakak urus segera."
" Tapi kak..."
" Ada apa??"
" Anu.. itu..ehm setelah menikah kita gak langsung melakukannya kan?"
" Melakukan apa??"
" Itu..ehm..."
" Malam pertama??"
" Iya."
Wajah Aqila memerah saat menjawab ucapan Abizam . Abizam mendekati Aqila dan menyentil keningnya.
*Ctak*
" Aduh sakit kak."
" Biarin. Dasar bocah mesum. Kamu mau coba-coba godain om-om ya??"
Aqila terkekeh. Dan menutup wajahnya karena malu.
" Tenang saja. Kita akan melakukannya saat kamu siap. Oke."
Aqila pun mengangguk kan kepalanya. Abizam mengantarkan pulang Aqila dan tidak lupa menyematkan ciuman di kening nya. Kedua orang tua Aqila dapat melihat jelas pancaran kebahagiaan dari wajah Aqila.
"Ayah ibu..."
" Baru pulang kamu??"
" Iya. Ada sedikit insiden tadi."
" Ada apa??"
"Ada yang mau menculik Leon."
Aqila pun kemudian menceritakan apa yang terjadi pada hari itu kedua orang tuanya tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.
" Gila... benar-benar gila. Ayah nggak habis pikir ada perempuan yang tega melakukan hal seperti itu. Biasanya hati perempuan lemah lembut dan nggak tegaan tetapi wanita itu benar-benar sudah keterlaluan sampai memperlakukan anak kecil seperti itu."
" Iya. Maka dari itu ehm..kak Abi berencana untuk mempercepat pernikahan kami kak Abi bilang rencananya kami akan menikah sebelum Aqila melakukan ujian nasional. Gimana Yah??"
" Kalau ayah sih terserah sama keluarganya Abizam maunya seperti apa kita ngikut aja."
" Jadi ayah gak keberatan kan??"
"Sama sekali nggak."
" Jadi ayah gak keberatan kan??"
"Sama sekali nggak."
" Kalau ibu??"
" Sebenarnya Ibu merasa sedikit keberatan bagaimanapun juga Ibu nggak tega anak ibu yang masih muda harus segera menikah seolah-olah ini terjadi karena ibu."
"Ibu jangan bicara seperti itu. Qila iklhas melakukan nya dan Qila mencintai Kak Abi. Cepat atau lambat Qila akan jadi istri kak Abi."
" Yayaya....Oke.. terserah Qila. Pokok Qila bahagia."
Nirmala memeluk ibunya.